Site icon SumutPos

Jangan Beda Agama Negara Pecah

Foto: Istimewa
Presiden Joko Widodo didampingi Gubsu Tengku Erry Nuradi meresmikan Tugu Titik Nol Islam Nusantara di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Jumat (24/03/2017).

BARUS, SUMUTPOS.CO – Presiden RI Joko Widodo mengingatkan, perbedaan agama di Indonesia jangan sampai membuat negara terpecah. Apalagi karena perbedaan sikap politik untuk memilih pemimpin, membuat kita menjadi terpecah.

“Kita banyak agama, banyak suku dan banyak budaya lokal,  semoga itu dapat menjadi barokah (berkah, Red) bagi bangsa kita,” kata Jokowi pada peresmian titik nol perkembangan Islam Nusantara, pada Jumat (24/3) di Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah

Jokowi menyebutkan, hingga saat ini ada sejumlah kabupaten di Sumatera Utara (Sumut) yang sudah dikunjunginya, seperti di Kepulauan Nias. Sambutan atau ucapan selamat datangnya dikatakan Ya’Ahowu. Ternyata di Tapanuli Tengah berbeda dengan Nias, di Tapanuli Tengah ucapan selamat datangnya adalah Horas. Masih di Sumut juga, di Dairi dan Karo, ucapan selamat datangnya berbeda lagi.

“Jadi ini baru di Sumatera Utara saja ternyata juga memiliki banyak budaya,  apalagi Indonesia yang memiliki 34 Propinsi dan ratusan daerah tingkat dua, tentunya memiliki budaya yang berbeda juga. Jangan sampai karena perbedaan agama, Negara kita ini sampai terpecah. Jangan juga karena politik untuk memilih pemimpin, kita menjadi terpecah. Kita banyak agama, banyak suku dan banyak budaya lokal,  semoga itu dapat menjadi barokah bagi bangsa kita,”harapnya.

Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta ini, dari Sabang sampai Merauke memiliki sekitar 714 suku,  untuk itu ia mengajak semua warga negara Indonesia, khususnya para ulama untuk menjaga semua etnisitas ini.  Perbedaan etnisitas ini adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Jokowi menyinggung potensi daerah Barus, dia menyebutkan, mumi terjadi di Mesir ada yang dapat diawetkan karena adanya kapur barus dari daerah ini, sehingga Barus dari dulu sudah diketahui oleh dunia luar, bahkan Kota Barus pada zaman dahulu sudah ada hubungan dagang dengan dunia luar.

Inilah Tugu Titik Nol peradaban Islam Nusantara yang diresmikan Presiden Jokowi di Barus, Tapteng, Sumut.

“Ini menandakan bahwa kota Barus sudah menyimpan banyak cerita, khususnya tentang syiar Agama Islam sudah dimulai sejak beratus-ratus tahun lalu di Barus. Ini menandakan bahwa Barus merupakan daerah pertama perkembangan agama Islam di Nusantara,” kata Presiden.

Untuk itu, dia berharap dengan adanya acara ini, kita akan mengingatkan pada sejarah dan tidak melupakannya. “Dengan membacakan bismillah, saya resmikan titik nol Peradaban Islam Nusantara,” katanya.

Usai penekanan sirine dan penandatanganan prasasti sebagai tanda diresmikannya perkembangan Islam Nusantara oleh Jokowi, presiden RI bersama istrinya, Ny Iriana Jokowi dan rombongan menuju masjid untuk salat Jumat di Masjid Raya Barus.

Sementara itu, Gubernur Sumatera Utara H Tengku Ery Nuradi dalam sambutannya menyampaikan,  setelah menunggu beberapa lama,  baru kali ini Presiden RI dapat berkunjung ke Barus, Tapanuli Tengah, Sumut.

“Selamat datang bapak Presiden dan ibu di Barus, Tapanuli Tengah. Daerah ini masih menyimpan potensi, sejarah yang berasal dari dari abad IX, dimana barus merupakan pemukiman penduduk yang dihuni oleh berbagai etnis, hal ini dibuktikan dengan banyaknya benda benda purba kala berada di daerah Barus,” kata Gubsu.

Sebagai bukti, kata Erry, peninggalan-peninggalan bersejarah, seperti kuburan berukuran raksasa, batu nisan bertuliskan tulisan Persia kuno dan artefak-artefak sejarah lainnya sampai hari ini masih banyak ditemui di kota ini. Makam mahligai, papan tinggi, dan lainnya,  yang mendiskripsikan tentang asal mula perkembangan agama Islam di Nusantara dan itu berada di daerah ini, diantaranya makam Syeh Mahmud, serta peninggalan sejarah lainnya.

“Tempat ini memang layak menjadi objek wisata religius di Sumut, dan walaupun dihuni berbagai etnis dan agama, hingga saat ini tidak ada pertikaian antar agama,” ujarnya.

Dia juga mengatakan, Kota Barus atau dikenal juga dengan nama Fansur, dulunya pada abad 1 – 17 M adalah merupakan kota Emporium dan pusat peradaban, hal ini menjadikan kota Barus menjadi kota tertua di Indonesia. Pelayar-pelayar terkenal seperti Marcopollo pernah mendarat di kota ini. Pedagang-pedagang dari Persia dan bahkan dari seluruh penjuru Dunia juga berdatangan ke kota ini dimasa-masa kejayaannya.

Dulunya, sebutnya aktivitas di kota ini lebih banyak berdagang, komoditi yang paling dominan adalah rempah-rempah. Salah satu komoditi paling dicari dicaman itu. Adapun barang dagangan dibawa turun dari gunung oleh para penduduk lokal untuk dijual ke para pedagang yang berasal dari luar negeri.

Salah satu komoditi paling terkenal dari kota ini hingga saat ini adalah kapur barus, bahkan dalam sebuah penelitian disebutkan, mayat seorang Raja Firaun diawetkan dengan menggunakan bahan rempah-rempah bernama kapur barus yang berasal dari kota Barus. Kedatangan para pedagang-pedagang yang berasal dari Persia, juga sekaligus membawa pengaruh Agama Islam masuk ke Nusantara untuk pertama kalinya. Selanjutnya, kedatangan para pedagang-pedagang yang berasal dari Eropa juga sekaligus membawa pengaruh Agama Kristen ke Nusantara. Akan tetapi, Agama Islam lebih mendominasi.

“Masyarakat Sumatera Utara bangga bahwa penyebaran agama di seluruh Indonesia, mulai dari Barus, Tapanuli Tengah. Tugas kita bersama melestarikan budaya di Kota Tua Bersejarah, Barus ini,” sebutnya.

Gubsu menyebutkan, berdasarkan sejarah penyebaran agama di seluruh Indonesia, terutama Muslim, Nasrani, Hindu, Budha dari Tapanuli Tengah dan ada situs-situs yang membuktikan itu. “Untuk muslim ada situs tua Mahligai, situs Papan Tinggi yang menyebarkan Islam kira-kira abad ke 5 Masehi dari saudagar-saudagar Timur Tengah yang berlayar menuju Tapanuli Tengah,’’ ujar Erry yang sudah tiga kali mengunjungi makam-makam tua ini.

Khusus untuk JBMI, Gubsu Erry mengingatkan, sebagai ormas Batak Muslim dimulai dari DPC-DPC, JBMI  ikut melestarikan adat budaya yang ada di daerahnya. Karena Sumut sebagai provinsi yang berbilang kaum miliki potensi dari segi adat budaya yang cukup banyak. “JBMI yang ada di kabupaten/Kota diharapkan dapat mendorong pelestarian adat budaya dan situs sejarah yang ada di daerahnya, tentunya untuk Sumatera Utara yang lebih maju dan paten,” ucapnya.

Serahkan Bantuan

Dalam kunjungan kerja di Barus, Tapanuli Tengah, Jokowi didampingi  HT Erry Nuradi menyerahkan bantuan Kartu Indonesia Pintar, kartu Indonesia Sehat (KIS), Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan Program Keluarga Harapan, Jumat (24/3) di Lapangan Merdeka Barus.

Bantuan yang diserahkan kepada pelajar, ibu hamil, balita dan keluarga kurang mampu tersebut menurut Jokowi bertujuan untuk menyiapkan generasi yang lebih baik. “Saya titip agar bantuan yang diberikan benar-benar digunakan untuk menyiapkan generasi ke depan yang lebih baik, yang sehat dan pintar. Agar bisa bersaing dengan negara lain,” katanya.

Bantuan KIP diserahkan kepada 156 pelajar SD, 126 pelajar SMP, 162 pelajar SMA dan 103 pelajar SMK. Para pemegang KIP tersebut akan menerima bantuan Rp 450 ribu pertahun bagi pelajar SD, RP 750 ribu per tahun bagi pelajar SMP dan Rp 1 juta per tahun untuk SMK dan SMA.

“Saya titip uang itu harus dipakai untuk hal-hal yang berkaitan dengan sekolah dan pendidikan. Bisa dipakai untuk beli buku, seragam sepatu, tas. Tidak boleh untuk beli pulsa. Janji ya kalau dibelikan pulsa kartunya dicabut,” kata Jokowi.

Sedangkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) diserahkan kepada 150 orang.Dijelaskan Jokowi , apabila sakit, pemegang KIS bisa menggunakannya untuk berobat gratis ke Puskesmas dan untuk penyakit yang lebih serius  dirujuk ke rumah sakit. “Minta pelayanan yang baik, kalau tidak dilayani dengan baik, laporkan ke Bupati, Gubernur dan Menteri Kesehatan. Kalau tidak mempan lapor ke saya,” ujarnya.

Sementara itu, penerima bantuan PKH dijelaskan Joko Widodo akan mendapat Rp 1.890.000 per tahun yag bisa diambil empat kali untuk kebutuhan gizi anak, sekolah dan tambahan usaha. Sementara itu bantuan Tambahan Makanan kepada 25 orang balita, 25 ibu hamil dan 150 pelajar.

Presiden dalam kesempatan itu juga member hadiah sepeda kepada 10 hadirin dengan melontarkan pertanyaan terkait kekayaan budaya dan alam Indonesia. Presiden memilih beberapa orang  mewakili pelajar, ibu rumah tangga, bapak dan bapak dengan pertanyaan sebutkan sila Pancaila, lima nama suku, lima jenis tarian dan nama lima pulau di Indonesia.

Hadir dalam kesempatan itu Ny Iriana Joko Widodo, Ny Evi Diana Erry Nuradi, Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan, Menteri PU dan Prasarana, Pj Bupati Tapteng, Kapolda Sumut, Pangdam I BB, Ketua Umum DPP Jam’iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) Syekh KH Ali Akbar Marbun, Sekjen DPP JBMI Arif R Marbun, Ketua DPW JBMI Sumut  Aidan Nazwir Panggabean, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan mantan Ketua DPR RI Akbar Tandjung dan undangan lainnya . (bal/mis/smg/ril)

 

Exit mobile version