Site icon SumutPos

Gunung Sinabung Erupsi Lagi

AFP PHOTO / FATIMA ELKAREEM Murid SD mengenakan masker saat belajar di kelas di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Selasa (24/5/2016), sambil melihat letusan debu vulkanik Gunung Sinabung melalui pantulan kaca jendela.
AFP PHOTO / FATIMA ELKAREEM
Murid SD mengenakan masker saat belajar di kelas di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Selasa (24/5/2016), sambil melihat letusan debu vulkanik Gunung Sinabung melalui pantulan kaca jendela.

KARO, SUMUTPOS.CO – Gunung Sinabung kembali bererupsi, Selasa (24/5) sekira pukul 05.45 WIB. Awan panas meluncur ke arah selatan dan tenggara yang mencapai jauh 3,2 Km. Namun ketinggian erupsi tak dapat diperkirakan karena gunung tertutup kabut.

Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Karo mengimbau agar seluruh warga di Kabupaten Karo mengenakan masker untuk menghindari abu vulkanik yang disemburkan gunung tersebut.

“Dihimbau kepada seluruh warga tanah Karo, agar mengenakan masker pelindung saluran pernapasan, karena abu vulkanik bisa turun di mana saja sesuai dengan arah angin,” kata petugas PVMBG, Rudra saat di konfirmasi.

Sementara Kepala PVMBG, Kasbani yang dihubungi dari Medan, Selasa (24/5), memperkirakan, luncuran awan panas dan erupsi Gunung Sinabung masih akan berlangsung dengan waktu yang cukup lama. Sebab, aktivitas magma serta pembentukan kubah lava pada gunung tersebut hingga kini masih terus terjadi.

“Sampai kapan erupsinya, kita belum bisa pastikan, apakah bertahun-tahun lagi. Karena, dari gejalanya yang ada, erupsinya masih akan berlangsung cukup lama. Demikian juga pembentukan awan panas. Karena, puncak gunung masih membentuk lava, dan selanjutnya membentuk awan panas,” urainya.

Kasbani mengungkapkan, setiap hari Gunung Sinabung terus mengalami letusan hingga 2 sampai 3 kali. Ketinggiannya bervariasi mulai dari 500 meter hingga 1.000 meter ke udara.

“Jika pengamatan dilakukan pada malam hari, api diam (terjadi pertumbuhan lava) dan akan terlihat dengan jelas. Dengan adanya dorongan dari gunung, hal itulah yang akhirnya menciptakan awan panas,” jelasnya.

Ia menyebutkan, untuk arah luncuran awan panas tergantung dari arah lereng yang terbentuk. Karena, ini tidak dipengaruhi mata arah angin.

“Kita sudah merekomendasikan agar daerah Selatan-Tenggara dikosongkan hingga radius 7 km. Selain itu, daerah Tenggara-Timur 6 km, dan Utara 4 km. Maka dari itu, masyarakat harus direlokasi supaya terhindar dari luncuran awan panas,” sebutnya.

Lebih lanjut Kasbani mengatakan, hingga kini pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan Gunung Sinabung. Apalagi, gunung tersebut adalah satu-satunya gunung berapi yang berstatus awas di Indonesia dari total 127 gunung berapi.

“Di antara jumlah itu (127), 13 persennya aktif. Sinabung menjadi satu-satunya gunung yang berstatus awas atau level tertinggi. Sedangkan gunung lainnya, ada yang level 2 dan 3 atau waspada maupun siaga,” pungkasnya.

Sementara, untuk mencegah jatuh korban jiwa di Gunung Sinabung lagi, Pemerintah sedang melakukan pemasangan alarm warning Sistem di sejumlah tempat, yang tak jauh dari zona merah atau daerah larangan dari kaki Gunung Sinabung.

Hal itu, dilakukan untuk mencegah jatuh korban jiwa dan menyelamatkan warga bila terjadi erupsi disertai dengan awan panas. “Sekarang harus dipersiapkan Alarm Warning Sistem. Supaya ketika ada tanda-tanda gerak vulkanologi, masyarakat bisa mengikuti untuk menghindar dan menjauh untuk menyelamatkan diri,” ungkap Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa kepada wartawan di Kabupaten Karo, Senin (23/5) kemarin.

Pemasangan Alarm Warning Sistem sedang dilakukan Pemkab Karo. Kemudian, fungsi alat tersebut sudah dilakukan sosialisasi kepada warga yang masih bertani yang tak jauh dari titik Gunung Sinabung.

Dia juga meminta kepada Pemkab Karo dan pihak terakit untuk tegas kepada masyarakat yang membandel untuk mendekati zona merah. “Harus juga ada sosialisasi dizona merah itu, memang kultur bercocok tanam. Sehingga perlu ada pemahaman kepada mereka. Agar tidak beraktivitas dizona merah dan harus menghindari zona merah,” jelasnya.

Selain memasang alarm warning sistem, pemerintah, TNI/Polri juga memasang posko dan portal di sejumlah tempat, terutama akses menuju zona merah tersebut. Hal itu, dilakukan memperingati secara tegas kepada warga untuk menjauhi zona merah yang berjarak lima kilometer dari titik Gunung Sinabung.

Posko dan portal yang sudah ada itu, dijaga oleh pihak TNI. Kemudian, TNI juga melakukan sosialisasi kepada warga untuk menjauhi dan tidak beraktivitas dizona merah tersebut.

Sementara itu, Dandim 02/05 Karo Letkol Inf Agustatius Sitepu mengatakan, pihaknya akan meningkatkan penjagaan di portal masuk menuju desa-desa tersebut.

“Pada zona yang sangat rawan, jalannya akan kita beton karena penjagaan dengan personel saja tidak cukup. Sekarang ada enam titik portal. Di sini ada satu,” kata Agustatius.

Agustatius mengatakan, pemasangan beton di jalan utama menuju desa-desa yang masuk dalam zona merah merupakan upaya paksa yang harus dilakukan mengingat masih banyak masyarakat yang nekat.

Dia pun berharap masyarakat dapat mematuhi larangan memasuki zona merah tersebut. “Kalau jalur tikus itu di luar kemampuan. Itu kita bina kesadaran masyarakat, sosialisasi terus menerus. Kita bikin spanduk peringatan kan juga untuk mengingatkan terus,” ujarnya.

Agustatius mengakui, banyaknya warga yang menjadikan berkebun sebagai sumber ekonomi utama merupakan penyebab masih banyak warga yang nekat masuk ke zona merah. Apalagi, lanjutnya, nasib masyarakat terkait relokasi dan lahan pertanian baru masih belum jelas.

“Ladang itu memang jadi kendala karena masyarakat rasa dia punya lahan di situ sehingga mereka selalu berusaha pulang,” kata Agustatius. (ris/gus)

Exit mobile version