Site icon SumutPos

Objek Mirip Kapal Terdeteksi

Triadi Wibowo/Sumut Pos-
Keluarga Korban melihat proses pencarian di pinggir danau di dermaga tiga ras, minggu (24/6)

SUMUTPOS.CO – Secercah harapan terbuka bagi keluarga korban hilang dalam insiden KM Sinar Bangun. Minggu (24/6), Tim SAR mendeteksi objek kapal di kedalaman 490 meter dari permukaan Danau Toba. Meski belum pasti, ada indikasi bahwa objek tersebut merupakan bangkai KM Sinar Bangun. Temuan itu langsung ditindaklanjuti untuk dianalisis oleh petugas. Bangkai KM Sinar Bangun atau bukan, masih menunggu hasil analisis tersebut.

Upaya pencarian bangkai KM Sinar Bangun oleh Tim SAR dilakukan menggunakan dua alat. Yakni Side Scan Sonar dan Multibeam Echosounder. Badan Nasional Pencarian dan Penyelamatan (BNPP) atau Basarnas maupun Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) menurunkan alat serupa. Hanya saja, kemampuan deteksi alat yang didatangkan Basarnas lebih tinggi. Yakni sampai kedalaman 2.000 meter dari atas permukaan air.

Sedangkan alat yang didatangkan Pushdirosal hanya mampu memberi gambaran di dalam air sampai kedalaman 675 meter. Kemarin, kedua alat tersebut mampu membantu Tim SAR menemukan objek terindikasi bangkai KM Sinar Bangun. Posisinya berada pada kedalaman 490 meter dari permukaan Danau Toba. Dengan jarak sekitar 786 meter dari lokasi perkiraan awal pertama.

Berdasar data dari Basarnas, posisi itu berada kurang lebih 2 kilometer sampai 2,5 kilometer arah barat daya dari posko utama Tim SAR di Pelabuhan Tigaras. Menurut Kapushidrosal Laksamana Muda TNI Harjo Susmoro, kemarin dia mendapat laporan temuan objek tersebut sekitar pukul 15.30 WIB. Namun, Unit Survei Tanggap Darurat sudah mendapat informasi temuan objek terindikasi bangkai KM Sinar Bangun menjelang siang.

Harjo menyampaikan, analisis objek terindikasi KM Sinar Bangun memang dilaksanakan bersama-sama oleh seluruh tim gabungan. ”Apakah itu kapal yang tenggelam atau yang lain. Itu perlu dicocokan nanti,” ungkap dia ketika diwawancarai Jawa Pos (grup Sumut Pos) kemarin. Dalam urusan pencarian dan penyelamatan, analisis tersebut penting. Sebab, akan turut berpengaruh terhadap langkah lanjutan yang akan diambil oleh Tim SAR.

Apalagi jika mengingat kecelakaan kapal di Danau Toba bukan kali pertama terjadi. ”Jadi, harus diidentifikasi. Tentang ukurannya, kemudian bentuknya, segala macam itu,” beber Harjo.

Hasil identifikasi tersebut, kemudian dicocokan dengan data-data KM Sinar Bangun yang ada. Apabila memang sesuai, upaya evakuasi bisa dilakukan. Bagaimana proses evakuasi? Semua bergantung kesepakatan bersama Tim SAR.

Namun demikian, dengan berbagai pertimbangan data sementara serta situasi dan kondisi yang terakhir kali dilaporkan, besar kemungkinan upaya evakuasi atau pengangkatan bangkai KM Sinar Bangun harus dilakukan menggunakan alat khusus. ”Yang kira-kira mampu untuk mengangkat kapal dari kedalaman sekitar 490 meter itu,” imbuhnya. Untuk urusan tersebut, Tim SAR tidak mungkin hanya mengandalkan penyelam.

Berdasar pengalaman evakuasi objek dari kedalaman air, sambung Harjo, Tim SAR perlu bantuan robot. Pertama untuk memastikan kondisi kapal di dalam air. Selanjutnya guna memulai proses evakuasi. Untuk kebutuhan pertama ROV atau remotely operated underwater vehicle bisa diandalkan. Sedangkan untuk proses evakuasi dibutuhkan alat lain. ”Kalau prosedur yang biasa itu dengan balon,” jelasnya.

Triadi Wibowo/Sumut Pos_
Keluarga korban melihat daftar nama korban hilang di dermaga Tiga ras, Minggu (24/6)

Tapi, memasang balon yang mampu mengangkat bangkai KM Sinar Bangun dari kedalaman 490 meter bukan perkara mudah. Harjo menyebut, penyelam tidak mungkin dipaksakan turun sampai kedalaman tersebut. Sebab, langkah itu sangat berat dan boleh dibilang mustahil dilakukan. ”Karena mengandalkan kemampuan manusia di kedalaman 490 meter itu sangat tidak memungkinkan,” ujarnya.

Lantas langkah apa yang akan dilakukan Tim SAR? Semua masih mereka koordinasikan. Yang pasti, Harjo dengan tegas menyampaikan bahwa seluruh tim bekerja untuk menuntaskan operasi pencarian bangkai dan korban hilang KM Sinar Bangun. Mengingat besar kemungkinan masih ada korban yang terjebak di dalam kapal tersebut. ”Pastinya demikian (ada korban di dalam kapal),” imbuhnya.

Keterangan itu disampaikan Harjo lantaran laporan korban hilang yang disampaikan masyarakat kepada petugas mencapai ratusan orang. Sedangkan jumlah korban yang ditemukan tidak kunjung bertambah. Sampai kemarin, data menyebutkan bahwa yang selamat dan sudah dievakuasi sebanyak 18 orang. Sedangkan tiga korban lain yang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa dengan tekanan air pada kedalaman 490 meter, tubuh manusia belum tentu mampu bertahan. Termasuk tubuh korban KM Sinar Bangun yang terjebak di dalam kapal tersebut. Apalagi ditambah waktu yang sudah berlalu selama sepekan sejak kapal nahas tersebut tenggelam. ”Bisa hancur,” imbuhnya. Sebab, rata-rata tekanan air bertambah sebanyak satu atmosfer setiap kedalaman sepuluh meter.

Soal kompleksitas pencarian bangkai KM Sinar Bangun dengan operasi SAR lainnya, Harjo menyampaikan bahwa yang sempat menjadi kendala hanya peralatan. Sebab, Side Scan Sonar maupun Multibeam Echosounder yang dibutuhkan harus diangkut ke Danau Toba. ”Kami bawa tidak bisa dengan kontainer, menggunakan pesawat kargo,” imbuhnya. Dengan beragam alat pendukungnya, dua peralatan tersebut memang tidak mudah dipindahkan.

Padahal yang dipakai untuk operasi SAR di Danau Toba hanya alat portable. Bukan alat yang sudah terinstal di kapal. ”Kalau yang di kapal bisa (deteksi) sampai 6.000 meter,” kata Harjo. Alat itu biasa dipakai di laut. Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa karakter Danau Toba mirip dengan laut-laut dalam di Indonesia. ”Laut Banda, Laut Sulawesi, itu daerah-daerah yang dalam. Serta Selat Makassar,” imbuhnya.

Sementara Kepala Basarnas, Marsekal Madya M Syaugi saat berada di Pelabuhan Tigaras berharap, benda yang terdetreksi itu benar-benar bangkai KM Sinar Bangun. “Mudah-mudahan ini betul, kalau tidak kita cari lagi. Kapal Multibeam masih terus mencari, masih memastikan kedua objek yang ditemukan itu,” sebutnya.

Triadi Wibowo/Sumut Pos_
Prajurit TNI AL melakukan pencarian korban tenggelamnya kapal Sinar Bangun, Sabtu (23/6)

Dia pun berharap, seluruh pihak mendoakan upaya mereka bersama pihak terkait untuk menemukan bangkai KM Sinar Bangun, dimana diduga banyak yang berada di dalam kapal tersebut. Meskipun diakuinya, temuan ini berbeda dari perkiraan mereka yakni di 3 km arah Barat Daya dari pelabuhan.

Sementara itu, Direktur PT Mahakarya Geo Survey Henky Suharto menyebut, penemuan objek diduga bangkai kapal diperkirakan sekitar pukul 11.22 WIB, Minggu (24/6) siang. Ia menjelaskan, benda diduga bangkai kapal itu, ditemukan di koordinat 2 deg 47’ 3.835 N, 98 deg 46’ 10.767 E. Kapal berada di kedalaman 450 meter. “Kami menyerahkan hasilnya kepada pihak berwenang untuk langkah strategis berikutnya,” tutur Henky.

Meski begitu, ia yakin 95 persen titik besar di dalam danau terbesar di Asian Tenggara itu, adalah bangkai KM Sinar Bangun. Dengan alasan, tidak ada titik lain, seperti titik diduga bangkai kapal tersebut. “Kalau dari data yang kami terima, tidak ada kesulitan sama sekali untuk penemuannya,” tutur Henky.

Sedangkan, untuk soal bentuk permukaan dasar Danau Toba, dia menganalogikan danau itu seperti sebuah kuali. “Kalau ambil garis lurus dari pelabuhan itu seperti kuali,” katanya.

Sementara itu, Tim SAR Gabungan sampai saat ini, baru berhasil mengevakuasi 22 korban. Dengan perincian 19 orang temukan dalam keadan selamat, 3 orang dalam keadaan meninggal dunia. Kemudian, 184 orang masih dinyatakan hilang sampai saat ini.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, Riadil Akhir Lubis juga mengakui penemuan objek diduga bangkai KM Sinar Bangun di dasar danau. “Saat ini masih dianalisis oleh Tim Basarnas, apakah jenis objek ini? Laporan hasil analisis akan diinfokan ke publik begitu ada hasilnya,” kata Riadil Akhir Lubis kepada Sumut Pos, Minggu (24/6).

Kata Riadil, perkembangan itu terjadi sekira pukul 14.00 WIB berdasarkan statement Kepala Basarnas, M Syaugi di Posko Tigaras. “Sekaligus juga menegaskan pemberitaan di media sosial yang beredar menyatakan, kapal sudah ditemukan adalah tidak benar (hoax),” katanya.

Pencarian korban pada hari itu dimulai sejak pukul 07.00 WIB. Dimana Tim Scan Sonar beserta Denjaka melakukan penyisiran di perairan Danau Toba khususnya di sekitar tenggelamnya KM Sinar Bangun. Lalu sekitar pukul 07.45 WIB, tim gabungan melakukan pencarian di sekitar 200 meter dari Pelabuhan Tigaras.

“Tim Basarnas akan melakukan pencarian melalui udara dengan menggunakan helikopter Basarnas HR-3604 dan peralatan scan sonar yang mampu mendeteksi sampai dengan kedalaman 2000 meter,” katanya.

Ia menambahkan, pola lain juga dengan melakukan pencarian di air dan di darat, dengan pola pencarian penyisiran pantai. “Operasi SAR hari ini adalah hari ke-7 (tujuh), diperpanjang atau tidak pencarian korban ditentukan sore hari sehabis operasi selesai dilaksanakan,” tegasnya. (syn/jpg/bal/gus/prn)

Danau Rasa Samudra

Indikasi penemuan bangkai KM Sinar Bangun di kedalaman 490 meter menunjukkan betapa beratnya medan pencarian yang dilakukan tim gabungan. Lebih berat daripada medan jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 pada Desember 2014. Saking sulitnya, sangat mungkin bangkai kapal dengan 189 korban yang belum ditemukan itu tidak bisa diangkat. Berikut fakta-fakta tentang Danau Toba.

– Pembentukan

Merupakan kaldera yang terbentuk akibat letusan supervolcano Gunung Toba sekitar 74.000 tahun lalu.

– Dimensi

Panjang 100 km, lebar 30 km, dengan luas 1.145 km persegi. Kedalaman 529 meter. Dengan kedalaman seperti itu, kedalaman Danau Toba menyerupai samudra. Lebih dalam daripada laut. Sebagai perbandingan, pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh pada Desember 2014 ditemukan di perairan Selat Karimata pada kedalaman 30 meter saja.

– Ombak Mencapai 2 Meter

Keberadaan awan kumulonimbus (CB) di atas perairan membuat embusan angin kencang dan hujan lebat serta bisa memicu ombak hingga ketinggian 2 meter.

– Visibilitas

Cahaya matahari hanya mampu menembus perairan danau hingga kedalaman 12 meter.

– Butuh Robot

Kedalaman sekitar 500 meter tidak bisa dijangkau penyelam. Tekanan air yang bisa ditoleransi tubuh penyelam maksimal pada kedalaman 40 meter. Dibutuhkan robot untuk menjangkau kedalaman bangkai KM Sinar Bangun. Indonesia belum punya teknologi seperti itu.

(Berbagai sumber, diolah)

 

 

 

Exit mobile version