Site icon SumutPos

80 Persen Anak Miskin Kota Rentan Penyakit IMS

SUMUTPOS.CO- Sekitar 80 persen dari 300 anak miskin kota beresiko terkena penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Melihat resiko ini, Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Sumatera Utara dan alumni SMA Methodist 1990, Medan pun berinisiatif memberikan penyuluhan tentang bahaya narkoba dan seputar penyakit IMS di sanggar kreatifitas PKPA, Selasa (23/9).

Anak miskin kota atau anak-anak yang beraktifitas di jalanan beredar di enam wilayah yang merupakan kantong anak-anak jalanan berada. Di antaranya, Pinang Baris, terminal Amplas, Sambu, Simpang Pos, Ayahanda dan Ringroad. Maka, tempat-tempat Inilah yang menjadi fokus PKPA melakukan penyuluhan IMS.

Hal ini disampaikan oleh Direktur PKPA Sumut, Misran Lubis kepada Sumut Pos usai memberikan penyuluhan. “Data yang kami punya ini fluktuaktif. Hingga kini, kalau diasumsikan mencapai 300 anak miskin kota yang beraktfitas di jalanan. Dari jumlah itu, sebanyak 80 persen beresiko terkena penyakit IMS. Karena, rata-rata mereka mengkonsumsi narkoba yang diawali dengan ngelem,” katanya.

Dia menyebutkan, anak-anak di jalanan harus mendapat support yang tepat, agar mereka tidak terjerumus pada hal-hal yang negative. Apalagi, anak-anak jalanan yang cenderung menghabiskan waktunya dijalanan langsung berinteraksi dengan orang-orang dewasa.

“Misalnya, di terminal. Mereka cenderung berinteraksi dengan sopir-sopir dan orang-orang di sekitar terminal lainnya. Kita khawatir dengan kondisi mereka yang terindentifikasi mengkonsumsi narkoba, mereka akan terjerumus dengan hal-hal buruk. Yang laki-laki bisa dijerat mengonsumsi narkoba dan yang perempuan dijerat jadi PSK. Biasanya, anak-anak yang rentan mengalami hal ini yang berusia diatas 10 tahun,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut Misran, pemberian penyuluhan tentang bahaya narkoba dan pengetahuan penyakit IMS ini sangat tepat disampaikan kepada remaja khususnya anak-anak miskin kota. “Ini bukan tugas pemerintah atau lembaga anak saja, tapi tugas kita bersama. Karena kita merasa masalah anak masih cukup kompleks. Makanya, ketika teman-teman dari alumni SMA Methodist 1990, Medan mau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan bahaya narkoba, kita langsung meresponnya,” ujarnya.

Penyuluhan dilakukan kepada 75 anak jalanan yang terbagi dari dua sesi, yakni hari pertama, Selasa (23/9) untuk anak di usia 15 hingga 18 tahun sebanyak 32 anak, dan sesi kedua, Rabu (24/9) untuk anak usia 10 hingga 15 tahun sebanyak 43 anak.  Sementara itu, hasil pemeriksaan ada 3 anak dari 32 anak yang di periksa terjangkit penyakit Infeksi Manual Seksual yang dilakukan di hari pertama.

“Tiga anak yang positif IMS ini kami berikan obat pencegahan awal untuk penyakit HIV, dan pemeriksaan lagi pada 3 bulan setelah ini apakah anak tersebut terjangkit HIV atau tidak, sementara untuk anak yang terjangkat HIV semua negatif,” ujar dokter Rhamenda, yang juga merupakan anggota alumni 1990 Methodist 1 Medan.

Ketua Alumni SMA Methodist 1990, Medan, Jonathan Gultom menyebutkan, meskipun belum setahun dibentuk, namun alumni Methodist 1990 sudah melakukan 9 kegiatan sosial untuk masyarakat. Kali ini, alumni SMA Methodist 1990, Medan bekerja sama dengan PKPA Sumut memberikan penyuhan tentang bahaya narkoba dan pengetahuan penyakit IMS.

“Kita menganggap penyuluhan ini penting disampaikan kepada anak-anak remaja, khususnya anak-anak miskin kota. Kenapa, karena kami merasa meraka beresiko terkena penyakit IMS. Mungkin diantara mereka sudah mengenal yang namanya seks. Apalagi, mereka banyak bergaul diterminal,” katanya.

Ke depan lanjutnya, pihaknya akan melakukan kegiatan yang berkelanjutan agar anak-anak miskin kota bebas dari penggunaan narkoba sehingga terhindar dari penyakit IMS. (put/ila)

Exit mobile version