Site icon SumutPos

Suspect Difteri, Mahasiswi FK USU Meninggal, 2 Lagi Dirawat di Adam Malik

TEMU PERS: Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) RSUP Haji Adam Malik dr Restuti Hidayani Saragih SpPD (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan, Selasa (24/9).
Idris/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tiga orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara (FK USU) yang merupakan warga negara Malaysia, suspect terinfeksi bakteri difteri. Dari ketiganya, satu di antaranya, Nurul Arifah binti Ahmad Ali (NA), mahasiswa semester V meninggal dunia. Sedangkan dua lainnya berinisial LW dan U yang juga teman Nurul, masih dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik.

Kassubag Humas RSUP Haji Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak menyampaikan Nurul dirawat di RSUP H Adam Malik setelah mendapatkan rujukan dari Rumah Sakit USU pada 19 September 2019 sekitar pukul 18.30 WIB. Sedangkan dua lainnya baru masuk pada Selasa (24/9) siang kemarin, setelah merasakan gejala tertular bakteri difteri. “Saat masuk, pasien NA masuk dengan keadaan umum lemah, sesak napas, sulit menelan, air liur selalu keluar dan ditemukan pembengkakan pada leher kirinya,” ungkapnya.

Lebih lanjut Rosa menjelaskan, pasien kemudian dirawat diruang isolasi infeksius dan dilakukan penanganan suspect difteri, antara lain dengan pemberian antibiotik, vaksin ADS (anti difteri serum), terapi cairan serta pengambilan sampel swab hidung dan tenggorokan. Namun, pada Jumat (20/9) kondisi NA terus menurun, kemudian meninggal dunia, pada Sabtu (21/9) dini hari pukul 02.30 WIB.

“Secara klinis, gejala yang diderita pasien sudah mengarah ke difteri. Akan tetapi hal ini masih harus dipastikan melalui hasil pemeriksaan sampel swab hidung dan tenggorokan pasien yang dikirim ke Litbangkes Jakarta. Diperkirakan hasilnya baru akan keluar dalam 7 hari kerja,” pungkasnya.

Sementara itu, dr Restuti Hidayani Saragih SpPD yang merupakan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) RSUP Haji Adam Malik mengatakan, kedua pasien suspect difteri lainnya juga mengalami demam dan rasa sakit menelan. Namun dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, satu kasus ada ditemukan selaput putih di langit-lanit mulutnya dan satu lagi hanya kemerahan saja. “Keadaannya saat ini stabil dan keduanya dirawat di ruang isolasi,” ucapnya didampingi sejumlah tenaga medis RSUP Haji Adam Malik.

Restuti menerangkan, dari hasil pemeriksaan sementara, memang dari pasien ada ditemukan bakteri yang bukan difteri dan sifatnya kolonisasi. Kendati begitu, ia menegaskan, hal ini bukan berarti kasus ini tidak menjadi difteri, sehingga harus dipastikan lagi melalui pemeriksaan di laboratorium Litbangkes Kemenkes.

“Jadi masih pemeriksaan klinis. Artinya, begitu didapat tanda-tanda kecurigaan yang tinggi, kami menyebutkan probable difteri, yang lalu akan didiagnosa secara defenitif melalui laboratorium. Tapi pengobatan tetap untuk mengobati difteri,” terangnya.

Penularan bakteri difteri ini, tutur Restuti, umumnya dapat terjadi melalui percikan ludah, dan kontak erat selama 10 hari ke belakang dengan penderita. Namun ia menegaskan, penularan ini bukan berarti tidak bisa dicegah, yakni dengan cara menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baik bagi diri sendiri dan lingkungan, serta dengan imunisasi. “Difteri secara umum menciptakan komplikasi radang otot jantung, radang persarafan, dan obstruksi jalan nafas berupa pembengkakan leher. Obstruksi ini lah yang bisa menyebabkan pasien meninggal,” tandasnya.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan mengaku, bahwasanya pihaknya telah mendapatkan kabar mengenai adanya WNA Malaysia yang meninggal akibat suspect Difteri. Oleh karena itu, ia mengatakan Dinkes Sumut masih menunggu hasil pemeriksaan sampel swab dari Litbangkes, sebelum menetapkan status KLB untuk penyakit difteri ini.

“Masih kita tunggu hasil laboratoriumnya. Tapi bukan berarti untuk penanganan kita lakukan secara biasa saja, melainkan, penanganan tetap dilakukan secara KLB,” katanya.

Terpisah, Rektor USU Prof Runtung Sipetu membenarkan satu mahasiswanya meninggal dunia diduga akibat terjangkit virus difteri. Sedangkan dua mahasiswa lainnya dicurigai mengalami hal yang sama karena keduanya merupakan teman dekat dan satu kost dengan almarhumah.

Runtung mengaku, pihaknya sudah melakukan kordinasi dengan Dinkes Sumut dan Dinkes Kota Medan untuk penanganan selanjutnya. Saat ini, kata Runtung, ada 260 mahasiswa FK USU dilakukan faksin dan imunisasi. Diantaranya, 10 mahasiswa mengalami demam panas dan 2 mahasiswa mendapatkan rawat inap. “Kita menunggu hasil spesimen swab dari hidung dan tenggorokan yang dikirim ke Jakarta, apakah positif difteri. Karena gejala klinisnya mengarah ke sana. Untuk dua mahasiswi yang dirawat, semuanya sudah ditangani Dinkes Provinsi, “ tutur Runtung.

Disinggung, apakah sudah ada imbauan agar mahasiswa USU menggunakan masker, menurut Runtung, sejauh ini belum ada. Karena masih menunggu hasil pemeriksaan dan instruksi dari Dinas Kesehatan Sumut. Sebab, yang mengetahui bagaimana dampak secara meluas adalah Dinas Kesehatan Sumatera Utara. “Kita jangan terburu-buru, karena ada SOP-nya, kita menunggu perkembangan bagaimana instruksi dari Dinas Kesehatan,” sebutnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran (FK) USU Dr dr Aldy Safruddin Rambe Sp S (K) menjelaskan, gejela klinis korban mengarah ke difteri. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan dinas kesehatan sejak dimulainya perawatan korban di RSUP H Adam Malik Medan, Jumat 20 September 2019. “Termasuk pemulangan jenazah pada Sabtu 21 September, dikordinasikan antara RSUP Adam Malik, Dinkes dan kantor Pelabuhan, “ katanya.

Aldy menambahkan, saat ini belum diperlukan dilakukan isolasi di kampus, karena secara prosedur masih menunggu instruksi Dinas Kesehatan. Hanya saja yang kontak langsung dengan korban dilakukan vaksin. “Difteri ini sangat menular dan mematikan jika tidak ditangani. Penyakit ini merupakan kuman atau virus dari udara. Selama ini hanya anak dibawa 5 tahun yang rentan, tapi kali ini jika hasilnya positif maka baru ini dialami orang dewasa. Kalau sejak awal diketahui bisa ditangani, “ jelasnya.

Aldy menjelaskan kronologis perawatan dijalani Nurul Arifah. Almarhuma mendatangi Poli Klinik USU, Selasa (17/9) dengan keluhan demam tinggi, batuk dan susah menelan.”Dengan dokter klinik USU dirujuk ke rumah sakit USU untuk dirawat inap di sana,” tutur Aldy.

Kemudian, Nurul Arifah dirawat sejak 17 hingga 18 September 2019. Karena, kondisinya terus menurun dan minimnya ruang isolasi. Almarhumah dirujuk ke RSUPH Adam Malik Medan, Kamis (18/9).”Makanya di rujuk ke rumah sakit Adam Malik pada hari Kamis sore. Dirawat dan meninggal Sabtu dini hari,” tandasnya. (ris/gus)

Exit mobile version