Site icon SumutPos

Erry Marahi Dirut PDAM

 Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erry Nuradi.

SUMUTPOS.CO – Pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi terus menjadi sorotan publik. Apalagi, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemprov Sumut ini kinerjanya terus mengecewakan masyarakat. Padahal, PDAM Tirtanadi Sumut telah menaikkan tarif air.

Tiga hari terakhir, pelanggan PDAM Tirtanadi di Kota Medan dan Deliserdang di sejumlah kecamatan tidak dapat menikmati air. Hal ini dipicu terjadinya kerusakan pipa induk di kawasan Delitua, beberapa hari lalu.

Menyikapi ini, Anggota Komisi C DPRD Sumut, Meilizar Latief mengaku sudah memprediksi kalau pelayanan Tirtanadi tidak akan berubah meski tarif dasar air dinaikkan. Karenanya, dia mendesak agar segera dilakukan evaluasi besar-besaran di tubuh PDAM Tirtanadi untuk memperbaiki kualitas pelayanan kepada pelanggan. Bukan hanya itu, kinerja para direksi di bawah kendali Sutedi Raharjo juga patut dipertanyakan.

“Segala bentuk masalah yang terjadi di Tirtanadi merupakan tanggung jawab dirut. Makanya kita minta Gubernur Sumut mengevaluasi kinerjanya,” kata Meilizar kepada wartawan di gedung dewan, Selasa (24/10).

Melizar menambahkan, persoalan kebijakan kenaikan tarif air dan masalah pecahnya pipa di Delitua menunjukkan kinerja Tirtanadi tidak profesional. “Sudah tidak pernah memberikan kontribusi PAD, Tirtanadi malah tidak bisa meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Inikan miris dan aib bagi Pemprovsu,” cibirnya.

Di sisi lain, Meilizar juga meminta agar Tirtanadi memberikan kepastian kepada masyarakat tentang penanganan masalah air.

“Harusnya besok (hari ini, Red) sudah kembali normal. Kita lihat masyarakat mengantre untuk mendapatkan air bersih, itupun bukan bantuan PDAM. Di mana sebenarnya peran PDAM?” tanya dia.

Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumut ini pun menyatakan, masyarakat juga terpaksa membeli air isi ulang untuk keperluan mandi dan masak. “Itu juga tidak mencukupi, air kebutuhan primer masyarakat. PDAM jangan diam saja. Gangguan yang sudah lima hari ini tidak dapat ditolerir lagi,”katanya.

Kata dia, masyarakat tidak mau tahu tentang alasan yang dibuat PDAM Tirtanadi Sumut. Sebab, masyarakat hanya inginkan kebutuhan air bersih mereka terpenuhi. “Masyarakat baru saja terkena dampak kenaikan tarif air. Pelayanan kenapa tidak menjadi lebih baik, malah sebaliknya,” bilangnya.

Menyikapi keluhan warga Medan dan Deliserdang, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Erry Nuradi pun langsung bereaksi atas keluhan masyarakat terkait air ini. Erry langsung memberi teguran keras kepada Dirut PDAM Tirtanadi Sutedi Raharjo sekaligus meminta alasan, mengapa air yang merupakan kebutuhan vital masyarakat bias tidak mengalir ke rumah warga sebagaimana biasanya.

Erry juga meminta Sutedi bekerja professional, sehingga tidak membuat segenap masyarakat, khususnya pelanggan Tirtanadi di Kota Medan resah karena ketiadaan pasokan air untuk kebutuhan sehari-hari, seperti memasak, mandi, mencuci dan keperluan penting lainnya. “Ini tidak main-main. Air itu persoalan hajat hidup manusia, mengapa bisa macat hampir di semua bagian kota ini. Jadi, saya minta Dirut PDAM segera menjelaskan secara terang-benderang kepada masyarakat, apa sebenarnya yang terjadi,” ucap Gubsu kepada wartawan sebelum berangkat ke Sorong, Papua, Selasa (24/10).

Gubsu juga mengingatkan Sutedi, agar kejadian serupa tidak terulang di masa yang akan datang. “Saya berharap, kinerja dan pelayanan PDAM dalam memenuhi kebetuhan air warga Sumut, khususnya Kota Medan, dapat lebih maksimal dan lebih baik lagi di masa mendatang. Jangan sampai membuat rakyat kecewa, apalagi marah kepada perusahaan daerah ini,” tegas Erry.

Foto: Prans/Sumut Pos
Warga sedang mengisi galon air akibat tidak mengalirnya air ke rumah-rumah.

Tak cuma Gubsu, Pelaksna Tugas (Plt) Sekdaprov Sumut Ibnu S Hutomo juga meminta Direksi PDAM Tirtanadi lebih profesional dalam menjalankan tugas manajemen pengelolaan terutama berhubungan langsung dengan pelanggan. “Kita minta agar PDAM Tirtanadi harus mengedepankan sisi profesional dan harus bisa lebih baik lagi,” ujar Ibnu S Hutomo kepada Sumut Pos di ruang kerjanya, Selasa (24/10).

Ibnu menyebutkan, keberadaan pipa air berdiameter sekitar 1 meter tersebut sudah berusia sekitar hampir 30 tahun sejak dipasang. Sehingga untuk jangka waktu tersebut, sudah seharusnya ada upaya memelihara atau mengganti material. Apalagi bahan pipa yang terpasang sepanjang kurang lebih 8 km itu terbuat dari fiberglass.

“Itu memang pipanya terbuat dari fiberglass yang dipasang pada tahun 1988 lalu. Namun memang kebocoran terjadi karena mungkin usianya sudah tua,” sebutnya.

Selain itu dikatakan Plt Sekda, keberadaan pipa yang mengalami kebocoran tersebut tepat di bawah rumah warga. Sehingga pekerja yang bertugas memperbaiki pipa kesulitan untuk bisa mengganti kerusakan secara cepat, mengingat lokasinya terhalang dinding rumah warga.

Namun untuk lahannya sendiri, Ibnu mengatakan, pipa ditanam bukan di tanah milik warga melainkan aset PT KAI (dahulu PJKA). “Itu tanah milik PT KAI, jadi ya bukan Tirtanadi yang memakai lahan warga. Karena kan dulu belum ada rumah di areal itu,” katanya.

Selain memberikan peringatan kepada PDAM Tirtanadi, Plt Sekda juga mengatakan, pihaknya akan mengajukan permohonan bantuan ke pemerintah pusat agar pipa yang sekarang tertanam itu bisa diganti dengan bahan besi baja yang jauh lebih kuat dan tahan lama. Karena itu, dirinya juga sudah meminta agar perusahaan mencari bahan dimaksud.

“Kita telah sampaikan agar mereka cari. Panjangnya sekitar 8 km akan diganti dengan yang baru, menggunakan besi baja. Makanya Pemprov akan ajukan bantuan kepada pemerintah pusat supaya bisa dibangun,” katanya.

Sementara, PDAM Tirtanadi Provinsi Sumut menyebutkan, pasokan air bersih sudah kembali normal di beberapa wilayah Kota Medan dan Deliserdang, Selasa (24/10) sore. “Sebetulnya pada malam itu (saat terjadi kebocoran) kita sudah langsung dikerjakan, dan terus dikerjakan oleh tim sampai selesai pemasangan tadi pagi. Dan saat ini pipa Delitua sudah berfungsi penuh, tapi air ini tidak seperti listrik, apalagi sempat dalam posisi kosong, maka ditunggu dulu sampai pipa-pipa terisi kembali. Apalagi panjangnya ratusan meter sehingga menunggu itu teraliri kembali. Normalnya sore nanti,” kata Humas PDAM Tirtanadi Provinsi Sumut, Zaman K Mendrofa di kantornya, Selasa (24/10).

Sebelumnya, ia menceritakan kronologi kejadian pipa transmisi yang mengalami kebocoran, pada Sabtu (21/10) di Jalan Purwo, Delitua. “Setelah kita cek ke lokasi, kebocoran pipa itu terjadi di bawah rumah warga. Perlu diketahui, jalur pipa transmisi di Delitua itu melintasi sisi rel kereta api. Bisa dipastikan semua pipa kita berada di bawah rumah warga, sebab kebetulan di area milik PT KAI tersebut banyak berdiri bangunan. Pengecekan kita lakukan pada Sabtu malam Minggu,” katanya.

Foto: Prans/Sumut Pos
Warga mengantre mengambil air dari mobil tanki air.

Pada saat kejadian pula, pihaknya sudah riliskan ke media massa pemberitahuan tentang kondisi tersebut. Dan waktu itu pula pipa Delitua masih beroperasi namun dikurangi produksinya dari 1.600 menjadi 1.300, dengan tujuan meski terjadi kebocoran masyarakat tetap bisa mendapat pasokan air. “Nah material yang dibutuhkan secara permanen untuk perbaikan pipa transmisi, harus ditempah. Sambil menunggu pipa raper clam yang dibutuhkan kita melakukan penggalian supaya ketika pipa rapaer clam itu ada dapat langsung kita pasang. Rupanya pada Minggu malam Senin, karena rembesan-rembesan yang bocor menyebabkan tanah lembek, rumah di atas pipa transmisi tersebut runtuh,” katanya.

Amatan Sumut Pos, lokasi pipa induk PDAM Tirtanadi yang bocor berada di tengah pemukiman warga. Namun, tidak ada bangunan yang berdiri di atas tanah pipa di tanam karena warga mengetahui keberadaan pipa itu. Hanya saja, tepat di samping pipa yang ditanam berdiri rumah-rumah sederhana. Karenanya, ketika tanah dikorek, berdampak pada rumah di sekitarnya, hingga tembok rumah roboh.

“Itu rumah milik si Amin. Namun saat ini dikontrakan. Baru satu bulanan orang yang nyewa nempati rumah itu. Namanya belum tahu saya. Tapi kerjanya jual sate. Sebenarnya rumah itu bukan beridiri di atas tanah pipa ditanam. Namun karena dikorek dalam dan posisi sangat dekat, mungkin pondasi tembok ikut tergerus, ” ujar seorang warga sekitar.

Ketika disinggung soal penanaman pipa merupakan lahan milik PT KAI atau lebih dikenal dengan sebutan tanah rel, pria itu mengakuinya. Disebutnya, sejak lama, memang kawasan tersebut sudah dipadati pemukiman. Namun dia mengaku tidak tahu soal administrasi dan status pendirian bangunan di sana. Ketika ditanya batas yang masuk tanah rel, pria itu juga mengaku tidak tahu pasti. Namun disebutnya kalau rumah yang ditempatinya, berjarak 1 rumah dari posisi rel, tidak termasuk tanah rel.

“Rel itu berada pas di belakang rumah di depan rumah saya itu. Habis rumah itu, seharusnya rel. Tapi sekarang ada dua rumah di situ. Setelah dua rumah itu, baru lokasi penanaman pipa, baru rumah yang rubuh temboknya kemarin, ” lanjutnya.

Saat ditanya soal proses perbaikan pipa, menurutnya pada Selasa (24/10) sore pukul 17.30 WIB, perbaikan sudah selesai. Namun, kondisi di lokasi belum kembali seperti semula. Dikatakannya, tanah bekas penggalian masih menumpuk. Begitu juga kayu dan plasik panjang warna merah-putih sebagai tanda dan pembatas, masih terpasang di lokasi. ” Lagian tadi pas para pekerjanya ditanya warga, katanya sudah selesai diperbaiki pipa yang bocor, ” tandasnya. (dik/bal/prn/ain/adz)

Exit mobile version