Site icon SumutPos

Air PDAM, Pelan & Jorok

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Gedung kantor PDAM Tirtanadi yang terletak di jalan Sm.Raja Medan.

SUMUTPOS.CO – Ketidak becusan Direksi PDAM Tirtanadi Sumut dalam memberikan pelayanan penyaluran air kepada masyarakat memicu kemarahan kalangan DPRD Sumut. Anehnya, setelah dijanjikan PDAM Tirtanadi hidup pada Selasa (24/6), ternyata saat dicek pada Rabu (25/6), airnya lambat dan jorok.

Sejumlah warga Kota Medan mengaku lega pasokan air PDAM Tirtanadi berangsur normal pada Selasa (24/10) sore kemarin. Kejadian seperti ini diharapkan tidak terulang kembali, karena sangat menyulitkan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Seperti disampaikan Putri (29) warga Jalan Bajak III, Medan Amplas. Ia menyebutkan, air di rumahnya sudah kembali normal, baik derasnya maupun kebersihannya. “Sudah normal, hari ini, Rabu (25/10) pagi sudah seperti biasa lagi air di rumah kami. Semoga selalu lancar air ke rumah,” ucapnya.

Pengakuan berbeda dari Taufik, warga Kelurahan Kota Matsum III. Di rumahnya, air sudah mengalir. “Alhamdulillah air sudah mengalir sejak semalam (Rabu) sore. Tapi masih kecil kali airnya dan jorok,” katanya, Rabu (25/10).

Sejak tiga hari distribusi air bersih tidak masuk ke rumahnya, Taufik mengaku memanfaatkan air galon isi ulang yang ia beli tak jauh dari tempat tinggalnya. “Terpaksa beli air isi ulanglah. Kebetulan didekat rumah saya ada yang menjual, harganya satu galon Rp5 ribu,” ungkapnya.

Ia menambahkan, kalau boleh memilih, lebih baik mati listrik dibanding mati air. “Kalau udah mati air susah jadinya. Mau apa-apa jadi payah. Jangankan untuk minum dan masak, mau buang air pun susah dibuatnya. Lebih bagus lagi mati listrik,” katanya.

Warga lainnya, Pasaribu warga Medan Perjuangan mengungkapkan hal senada. Katanya, meski distribusi air PDAM Tirtanadi sudah masuk ke rumahnya, namun kondisinya masih jorok dan keruh. “Mungkin karena baru mengalir itu makanya belum jernih sepenuhnya. Sejak malam kemarin udah ada (mengalir) tapi masih kecil. Ya lumayanlah bisa dimanfaatkan,” katanya.

Ia meminta PDAM Tirtanadi memperbaiki layanan pasokan air bersih kepada masyarakat. “Jangan cuma heboh mau naikkan tarif sementara pelayanan masih buruk. Kita sebagai warga sebenarnya tidak keberatan kalau tarif naik, asal kualitas pelayanan semakin baik,” katanya.

Indra, warga Kelurahan Kampung Aur merasa lega dengan air PDAM yang kembali mengalir pada kemarin sore. “Lumayan kalilah bang sekarang sudah mengalir meski masih jorok airnya,” katanya.

Dirinya mengaku sejak pasokan air bersih terkendala akibat pipa transmisi Delitua bocor, rumahnya tidak begitu mengalami dampak signifikan. “Kebetulan di rumah pakai sanyo, jadi bisa ditarik dari sumur airnya. Tapi warga-warga lainnya di sekitar rumah saya banyak yang mengeluhkan sejak pasokan air terkendala,” katanya.

Sementara itu, Anggota Komisi C DPRD Sumut, Muchrid Nasution meminta agar management PDAM Tirtanadi Sumut memohon maaf secara terbuka kepada masyarakat atas kejadian kemarin.

“Harus ada minta maaf. Kalau perlu melalui media massa, pernyataan itu resmi, biar masyarakat tahu bahwa kinerja PDAM Tirtanadi tidak becus,”katanya, Rabu (25/10).

Politisi Golkar ini pun meminta agar ada kompensasi yang sepadan diberikan kepada masyarakat atas insiden memalukan itu. “Kalau bisa masyarakat diberikan air secara gratis selama satu bulan. Akibat kejadian kemarin, masyarakat menjadi kesusahan. Beberapa waktu lalu ada keluarga yang meninggal dunia, karena tidak ada air, terpaksa memandikan jenazah menggunakan air galon, miris melihatnya,”tegas pria berkacamata ini.

Hal yang sama disampaikan Sutrisno Pangaribuan, kolega Muchrid Nasution di Komisi C DPRD Sumut. Sutrisno setuju dengan usulan bahwa PDAM harus menyampaikan permohonan maaf secara terbuka melalui media massa kepada masyarakat.

Tapi, ia kurang setuju dengan usulan menggratiskan penggunaan air kepada masyarakat sebagai kompensasi atas insiden beberapa hari terakhir.

Sutrisno lebih setuju ketika PDAM Tirtanadi Sumut diberikan sanksi tegas. “Sanksinya bisa berupa denda kepada masyarakat. “Ini bukan soal promosi gratis, tetapi komitmen membenahi pelayanan. Lebih baik diberikan sanksi seperti dikenakan denda. Tinggal dibuat aturannya, kalau PDAM ingkar, mereka bayar denda ke pelanggan. Kalau mengratis tarif seakan akan mereka baik, padahal pelayanannya yang buruk,”paparnya.

Humas PDAM Tirtanadi Zaman Mendrofa mengatakan, pasokan air ke rumah warga sudah normal. Pasokan air disebutkan sudah normal sejak Selasa (24/10) sore sekitar pukul 18.00 WIB.

“Sudah normal sejak kemarin sore. Sebenarnya pemasangan sudah selesai pada Selasa (24/10) pagi. Tapi karena karena pipa sempat dalam posisi kosong, baru sore sampai di rumah warga,” jelasnya singkat.

Dia menambahkan, PDAM Tirtanadi Sumut berjanji pasokan air bersih akan kembali normal, Selasa (24/10) sore di beberapa wilayah Kota Medan dan Deliserdang, paskaperbaikan pipa induk Delitua yang mengalami kebocoran.

“Sebetulnya pada malam itu (saat terjadi kebocoran) kita sudah langsung dikerjakan, dan terus dikerjakan oleh tim sampai selesai pemasangan tadi pagi. Dan saat ini pipa Delitua sudah berfungsi penuh, tapi air ini tidak seperti listrik, apalagi sempat dalam posisi kosong, maka ditunggu dulu sampai pipa-pipa terisi kembali. Apalagi panjangnya ratusan meter sehingga menunggu itu tealiri kembali. Normalnya sore nanti,” katanya.

Ia sebelumnya menceritakan kronologi kejadian pipa transmisi yang mengalami kebocoran, pada Sabtu (21/10) di Jalan Purwo, Delitua. “Setelah kita cek ke lokasi, kebocoran pipa itu terjadi di bawah rumah warga. Perlu diketahui, jalur pipa transmisi di Delitua itu melintasi sisi rel kereta api. Bisa dipastikan semua pipa kita berada di bawah rumah warga, sebab kebetulan di area milik PT KAI tersebut banyak berdiri bangunan. Pengecekan kita lakukan pada Sabtu malam Minggu,” katanya.

Pada saat kejadian pula, pihaknya sudah riliskan ke media massa pemberitahuan tentang kondisi tersebut. Dan waktu itu pula pipa Delitua masih beroperasi namun dikurangi produksinya dari 1.600 menjadi 1.300, dengan tujuan meski terjadi kebocoran masyarakat tetap bisa mendapat pasokan air.

“Nah material yang dibutuhkan secara permanen untuk perbaikan pipa transmisi, harus ditempah. Sambil menunggu pipa raper clam yang dibutuhkan kita melakukan penggalian supaya ketika pipa rapaer clam itu ada dapat langsung kita pasang. Rupanya pada Minggu malam Senin, karena rembesan-rembesan yang bocor menyebabkan tanah lembek, rumah di atas pipa transmisi tersebut runtuh,” katanya. (dik/prn/ril)

Exit mobile version