Site icon SumutPos

Kunci Jawaban UN Beredar Lewat SMS

MEDAN-Komunitas Air Mata Guru (KAMG) kembali menemukan kecurangan dalam pelaksanaan UN di Medan serta beberapa daerah lainnya seperti Sibolga, Humbahas, Perbaungan, Binjai Labuhan Batu dan daerah lainnya.

Selain banyaknya ditemukan kunci jawaban oleh sejumlah pengawas dari  murid, tim monitoring yang melakukan investigasi juga menemukan beredarnya kunci jawaban melalui SMS dan lainnya.

“Dalam pelaksanaan UN SMP selama dua hari ini, tim monitoring menemukan banyak kecurangan yang terjadi di Kota Medan, dan daerah lainnya. Setidaknya indikasi kecurangan terlihat ketika para siswa sudah mulai hadir di sekolah sejak pukul 05.00 WIB,”ungkap Ketua Investigasi UN KAMG, Benny Sinaga saat melakukan temu pers di Kantor KAMG, Jalan Sei Merah Medan, Rabu (25/4). Bahkan, bilang Benny, kebocoran soal IPA juga telah beredar melalui pesan singkat dari salah satu siswa SMP di Kota Medan.

Ironisnya, kunci jawaban tersebut beredar sehari sebelum pelaksanaan ujian yakni Selasa malam(24/4) sekitar pukul 23.00 WIB.
“Yang sangat disayangkan ketika kita coba menanyakan kepada siswa siapa yang memberikan kunci jawabannya, mereka tidak mau menyebutkannya,”aku Benny.

Sementara itu pembina KAMG, Resta Lubis menilai, kecurangan UN terjadi karena kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Menurutnya, pelaksanaan UN baik SMA dan SMP cacat hukum karena MA dengan tegas menolak kasasi pemerintah terkait gugatan warga negara pada 2009 lalu.
“Dalam amanat putusan MA, sebelum melaksanakan UN pemerintah harus meningkatkan kualitas guru dan kelengkapan sarana dan prasarana sekolah serta akses lainnya. Selain itu pengadilan memerintahkan pemerintah untuk mengambil langkah kongkret mengatasi gangguan psikologis dan mental peserta didik dalam usia anak akibat penyelenggaraan UN. Serta meninjau kembali sistem pendidikan Nasional,”terangnya. Hanya saja menurut Resta, pemerintah tidak peduli dengan kondisi tersebut, dan lebih mementingkan sebuah kebijakan yang menguntungkan.

“Sehingga untuk mengejar nilai standar dan mencapai 100 persen kelulusan membuat sekolah, siswa dan guru terpaksa melakukan kecurangan untuk bisa lulus. Mungkin bisa disebut dengan istilah Abang Curang Adik Ikut-Ikutan,”ucapnya. (uma)

Exit mobile version