Site icon SumutPos

Lagi, Lion Air Gagal Terbang dari Kualanamu

Foto: Teddy Akbari/Sumut Pos Pesawat Lion Air JT303 rute KNO-CGK meledak sebanyak dua kali pada bagian Auxiliary Power Unit (APU). Pesawat yang dipiloti Armansyah ini meledak saat mundur dari parkiran Bandara Kualanamu menuju Run Way sekira pukul 11.50, Jumat (24/4).
Foto: Teddy Akbari/Sumut Pos
Pesawat Lion Air JT303 rute KNO-CGK meledak sebanyak dua kali pada bagian Auxiliary Power Unit (APU). Pesawat yang dipiloti Armansyah ini meledak saat mundur dari parkiran Bandara Kualanamu menuju Run Way sekira pukul 11.50, Jumat (24/4).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Belum lagi selesai penyelidikan ledakan pada pesawat Lion Air JT 303 Boing 737–900 R dari Bandara Kualanamu tujuan Jakarta, pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan yang sama yakni JT 303, gagal terbang Minggu (26/4) sekira 11.50 WIB. Padahal pesawat sudah masuk runway dan siap take off.

Saat semua penumpang telah masuk, pintu lalu ditutup. Setelah itu pesawat berjalan menuju runway tapi tidak kunjung take off. Selama itu, AC pesawat tidak dinyalakan sehingga penumpang mandi keringat.

Setelah satu jam antre di runway, tiba-tiba pesawat berbalik arah kembali ke parkiran. Menurut informasi, penerbangan urung dilakukan karena ada kerusakan mesin. Para penumpang pun kembali ke anjungan Bandara Kualanamu menunggu kepastian jadwal penerbangan.

Kepala Otoritas Bandara Wilayah II di Medan M Nasir mengatakan penumpang yang sebelumnya berangkat dengan nomor penerbangan JT 303, dialihkan ke JT 387. Pesawat terbang pada pukul 14.30 WIB.

“Lion Air dengan nomor penerbangan JT 303 mengalami problem di mesin. Kini pesawat dicek di Apron, Kualanamu,” kata Nasir.

Terpisah, Plt manajer pelayanan bandara Kuala Namu Mardiono mengungkapkan, dia mendapatkan informasi dari bagian operasional bahwa ada laporan pesawat Lion Air nomor penerbangan JT 303 tujuan Jakarta sekira pukul 11.50 Wib memindahkan para penumpangnya ke pesawat lain. “Namun alasan ganti pesawat tidak disebutkan,” ungkapnya singkat.

Sementara, pasca ledakan Auxialiary Power Unit (APU) Lion Air jenis Boing 737 – 900 R tujuan Bandara Soekarno Hatta , Jakarta dengan nomor penerbangan JT 303 pada Jumat (24/4) sekira pukul 12.10 lalu, investigasi masih dilakukan. Tim ahli dari Direktorat Kelaikan Udara Dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementrian Perhubungan RI serta tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang melakukan investigasi, kembali ke Jakarta Minggu (26/4) malam.

“Tim KNKT dan inspektur kelaikan udara telah mengumpulkan data insiden Jumat lalu. Akan diolah dan dicarai penyebab insiden. Malam ini tim sudah kembali ke Jakarta,” jelas Kepala Otoritas Bandara Wilayah II Medan, M Nasir lewat SMS, kemarin (26/4).

Namun dia enggan membeber data apa saja yang dikumpulkan tim dan penyebab sementara terjadinya letupan APU itu, serta kapan hasil investigasi akan keluar. Ponselnya yang dihubungi berulangkali tidak diangkat.

Sebelumnya, petugas principal maintenance inspektorat dirjen perhubungan Fahrur Rozi yang ditemui di landasan terminal kargo tempat pesawat Lion Air yang mengalami kerusakan diparkirkan, mengaku tiba-tiba terdengar suara dari turbin.

Dijelaskannya bahwa terjadinya pembakaran ada tiga faktor yaitu teknision , fuel (minyak) dan udara yang rasionya harus tepat. “Jika rasionya tidak tepat  akan terjadi letupan. Kalau terjadi pembakaran, masih terjadi di dalam engine, masih normal. Kalau kesalahan teknis itu biasa, tapi kalau sudah keluar dari APU atau engine maka akan terjadi fire yang sebenarnya,” tegasnya.

Lanjutnya, saat dilakukan pengecekan ternyata fire warning tidak bunyi yang artinya tidak terjadi fire actual di luar mesin itu. Diterangkannya bahwa APU merupakan auto start untuk melindungi sampai jangan terjadi kondisi yang berbahaya dan tidak diinginkan yang bisa terjadi karena misalnya temparatur tinggi yang mati tiba-tiba.

Lanjutnya bahwa sistem kelistrikan dan elektrikal di pesawat mati termasuk lampu dan AC  saat terjadi letupan APU sehingga para penumpang panik. “Sejauh investigasi, pelaksanaan maintenance dijalankan dengan baik oleh Lion Air. Kita ingin mengetahui apa penyebab utamanya supaya kedepan jangan terjadi lagi,” ungkapnya.

Diterangkannya APU itu sendiri merupakan katagori C, dimana pesawat masih bisa beroperasi( terbang)  selama 10 hari tanpa menggunakan APU. Saat ditanya berapa lama perbaikan dilakukan diungkapkannya itu relatif tergantung man power dan peralatannya sudah ada maka bisa diganti.

Sementara itu sebelumnya  GM PT  AP II cabang bandara Kuala Namu  Jaya Tahoma Sirait mengungkapkan kodisi pesawat pasca insiden itu masih diparkirkan di landasan terminal kargo KNIA, menunggu tindak lanjut dari Otban dan KNKT untuk proses penyelidikan. “Tapi diminta kepada media agar tidak membesar-besarkan insiden ini, karena memang masuk kategori minor problem, itu berarti dibawah masalah kecil. Tidak sampai mayor problem atau masalah besar. Jadi biar penumpang dan masyarakat dapat mengetahuinya,” tuturnya.(cr1/trg)

Exit mobile version