Site icon SumutPos

Roti dan Mie Instan Beratkan Devisa Negara

MEDAN- Kenaikan harga gandum kerap membuat pemerintah panik. Untuk meredam gejolak harga di pasaran, pemerintah pun mengambil kebijakan harga. Hasilnya, hingga kini belum optimal. Bahkan devisa negara makin banyak terkuras.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kota Medan, Ir Eka R Yanti Danil MM menyebutkan, untuk mengatasi krisis pangan ini pemerintah harus menyusun program diversifikasi konsumsi pangan. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kian mahalnya harga tepung terigu dan beras di masa datang.

“Bila bangsa ini terus digiring menyantap roti dan mie instan, devisa negara akan semakin banyak terkuras,” katanya kepada wartawan, Minggu (26/6).

Anggota Dewan Ketahanan Pangan Kota Medan, Prof DR Posman Sibuea memaparkan, sulitnya mengubah kebiasaan makan sebagian besar masyarakat ke bahan pangan lokal, melahirkan kecendrungan roti dan mie instan menjadi pilihan sarapan pagi. Kedua jenis makanan itu bahkan telah menjadi makanan bergengsi.

Padahal, sebutnya, bila dihubungkan dengan nilai historisnya, Indonesia dikenal dengan berbagai jenis makanan lokal. Hanya saja, sekarang ini dengan miskinnya inovasi pengembangan disverifikasi produk pangan menyebabkan gagalnya pengambangan produk pangan berbasis sumber daya lokal. “Permasalahannya, banyak sekali produk pangan lokal yang bisa diolah. Hanya saja, sekarang ini tak banyak SDM bermutu di bidang teknologi pangan non terigu,” katanya.
Lebih lanjut, dia memapaparkan, jika pemerintah menekan harga terigu lewat penurunan bea masuk, upaya itu tak memberi ruang memulai gerakan diversifikasi konsumsi pangan. (ril)

Exit mobile version