Site icon SumutPos

Warga Tionghoa Menggelar Ceng Beng

Bukti Pengabdian Pada Leluhur

Ribuan peziarah memadati pemakaman Tionghoa di Jalan Stasiun, Kedai Durian, Deli Serdang, Minggu (27/3). Tak hanya warga Medan, para peziarah banyak yang berasal dari Jakarta, Bandung dan Jogjakarta. Mereka menggelar ritual suci bagi masyarakat Tionghoa (Ceng Beng) yang dilakukan secara turun-temurun setiap tahun sekali.

Bagus Syahputra, Medan

Tradisi dalam bentuk ziarah ke makam orangtua atau leluhur ini, selalu memiliki keunikan tertentu sebagai ajang “pulang kampung” ke tempat makam leluhurnya. Kegiatan ritual dimulai dengan membersihkan kuburan yang biasanya dilakukan 10 hari sebelum pelaksanaan Ceng Beng karena Ceng Beng berarti bersih dan terang.
Para peziarah juga membawa perlengkapan ritual ziarah kuburan seperti khoci dan choasi yang mana didalamnya terdapat miniatur perlengkap sehari-hari seperti baju, celana, sendal, sepatu dan  perlengkapan mandi, semua itu dibuat dari bahan baku kertas yang dirancang untuk dipersembahkan kepada arwah leluhur.

Selain khoci dan choisa sebagai perlengkapan ritual, penziarah juga mebawa dan buah-buahan seperti  pisang, jeruk dan apel dan bermacam kue seperti kue bak pau dan kue lapis. Perlengkapan ritual seperti khoci, choasi, buah-buahan dan kue ada juga dijual langsung di sekitar pemakaman bagi penziaran yang tidak sempat membuat sendiri.

“Zirah ini kami lakukan setiap tahun sebagai penghargaan kami terhadap arwah saudara kami yang wafat. Selain melakukan ziarah, kami juga melakukan persembah perlengkapan sehari-hari, tapi cuma miatur saja yang terbuat dari kertas,” ungkap seorang peziarah yang mengaku bernama Suyento.

Suyento tidak sendirian, dia datang bersama keluarganya untuk berziarah di kuburan orangtuanya. “Ziarah ini juga dimaksudkan agar kami selalu mengingat orangtua yang telah wafat dan mengajak anak-anak saya agar mereka juga selalu ingat dengan leluhur mereka,” bebernya lagi.

Bahkan, anaknya yang tinggal di Jakarta juga harus pulang ke kampung halamannya di Medan untuk melaksanakan Ceng Beng. Dia juga memperkirakan, hingga lima hari ke depan, lokasi pemakaman ini akan terus dipadati peziarah untuk melaksanakan Ceng Beng.

“Ceng Beng ini juga membuktikan pengabdian serta kepedulian kita kepada leluhur yang telah wafat,” ungkapnya lagi.
Untuk menjaga kekhusukkan dan ketertiban bagi warga Tianghoa melakukan ziarah kubur di pemakaman, pihak kepolisan turut berjaga di lokasi pemakaman, baik dari Polsek Delitua maupun Patumbak serta Muspika yang senantiasa membantu kelancaran pelaksanaan ritual.

Dari pantuan wartawan koran ini, Jalan Brigjend Zein Hamid macet total menuju ke komplek pemakaman. Diperkirakan, kemacatan mecapai 2 Km sehingga penziaraha banyak terjebak di jalan menuju komplek pemakaman. Bahkan, pihak kepolisian sampai kewalahan mengatur arus lalulintas yang macet karena meningkatnya jumlah penziarah. (*)

Exit mobile version