Site icon SumutPos

Djarot dan Nurhajizah Diperhitungkan

Nurhajizah Marpaung (kiri) dan Djarot Saiful Hidayat.

SUMUTPOS.CO – Perebutan kursi Senayan pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 untuk Daerah Pemilihan (Dapil) Sumut III, juga tak kalah sengit. Pasalnya, kandidat yang bertarung adalah politikus senior dan tokoh-tokoh yang mempunyai pengaruh besar di Sumatera Utara. Pendatang baru yang cukup diperhitungkan di dapil ini yakni Djarot Syaiful Hidayat dari PDI Perjuangan dan Nurhajizah Marpaung dari Partai Nasdem.

Masuknya nama Djarot dan Nurhazijah Marpaung, memang cukup mencuri perhatian. Selain jadi kontestan baru yang bertarung ke Senayan dari Dapil Sumut III, keduanya juga pernah mencoba peruntungan sebagai kepala daerah di Sumut. Hanya saja Nurhazijah lebih beruntung, dikarenakan oleh Hanura (partai lamanya), ia diusung menjadi pendamping Erry Nuradi sebagai Wagubsu. Sementara Djarot, sudah dua kali gagal mencoba peruntungan sebagai wakil gubernur dan gubernur. Pertama di DKI Jakarta, dan kedua di Sumut.

Pengamat Politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Dadang Darmawan menilai, saat ini parpol lebih cenderung mendulang suara lewat kadernya atau sosok yang memiliki potensi. Oleh sebab itu, dipasang pada dapil-dapil yang dianggap dapat merebut suara pemilih. “Strategi ini saya kira yang digunakan PDIP dan Nasdem dengan memasang kader atau sosok yang berpotensi mendulang suara dari pemilih. Untuk itu, diyakini Djarot dan Nurhajizah cukup berpeluang meraih kursi di DPR RI nantinya,” kata Dadang.

Menurut dia, untuk sosok Djarot belum tentu dapat mengalahkan elektabilitas Junimart Girsang yang kemungkinan nanti diusung PDIP lagi. Menurutnya, dipilihnya Djarot pada dapil tersebut juga untuk mendulang suara partai, sehingga Junimart Girsang bisa tetap lolos. “Pada Dapil Sumut III parpol akan bertarung setidaknya dapat menembus dua kursi. Jadi yang paling berpeluang adalah PDIP dan Nasdem,” imbuhnya.

Sementara Pengamat Politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Shohibul Anshor Siregar menilai, dari kedua figur tersebut, Djarot lebih cenderung diunggulkan ketimbang Nurhajizah. Sebab, Djarot memiliki kans yang cukup besar karena masyarakat pernah memilihnya dalam pertarungan Pilgubsu 2018. “Djarot dengan modal sebagai mantan Cagubsu yang didukung oleh partainya memiliki peluang cukup besar untuk duduk di kursi DPR RI. Bahkan, dia akan menggeser Junimart Girsang di Dapil Sumut III,” kata Shohibul.

Untuk mantan Wagubsu Nurhajizah Marpaung, kata Shohibul, belum teruji elektabilitasnya di kancah dunia politik. Semenjak berhenti dari militer (TNI), Nurhajizah maju di Asahan namun tidak diketahui kelanjutannya seperti apa. Dengan kata lain, hasilnya tidak memuaskan. “Nurhajizah menjadi Wagubsu karena lobi partai. Dia tidak pernah dilihat suatu wilayah penguasaan dari keahlian maupun pengaruh politiknya. Walaupun beberapa daerah seperti Asahan, Batubara dan Tanjung Balai yang kemungkinan dekat dengan kulturnya, tidak menjamin akan didukung di sana,” sebut Shohibul.

Diutarakannya, seharusnya Nurhajizah ini pada posisi menjaga jaringannya di Partai Hanura. Akan tetapi, entah kenapa malah loncat ke partai lain (Nasdem). “Figuritasnya pun tidak begitu dikenal oleh masyarakat dan berbagai kalangan. Pada semasa menjabat Wagubsu, sepertinya dia tidak lepas dari bayang-bayang Tengku Erry. Artinya, tidak ada kesempatan yang cukup baik untuk memperkenalkan sosoknya di publik secara nasional,” ungkapnya.

Lebih jauh Shohibul mengatakan, meski ada dua sosok baru yang bakal diusung dalam dapil tersebut kemungkinan tidak akan ada hal baru. Pertama, persaingan internal partai akan dieksekusi oleh pimpinan partai. Sebab, mereka tahu siapa yang harus direkrut ke DPR RI hingga kepemihakan dalam kebijakan partai,” cetusnya.

Kedua, sambung dia, pilihan partai sekuler akan memperebutkan orang-orang sekuler. Sedangkan, partai religius akan memperebutkan konstituen religius. Pun begitu, memang akan ada penyimpangan bahwa orang sekuler dipilih oleh orang religius. “Ketiga, money politic akan menjadi bentuk pelanggaran terbesar. Namun semangat demokrasi dan law enforcement yang lemah membuat tak akan begitu penting proses hukum,” tukasnya.

Sementara dari data yang dihimpun Sumut Pos, sejumlah tokoh yang duduk sebagai anggota DPR RI pada Pileg 2014 lalu, akan ikut bertarung kembali pada Pileg 2019. Sebut saja Junimart Girsang (PDI Perjuangan), Delia Pratiwi Sitepu dan Anton Sihombing (Golkar), Ansory Siregar (PKS), Samsudin Siregar (Hanura), Martin Hutabarat (Gerindra), Hinca Panjaitan (Demokrat), Rudi Hartono Bangun (NasDem, eks kader Demokrat) dan Nasril Bahar (PAN). Mereka semua sangat berpeluang untuk kembali duduk di Senayan.

Selain nama-nama bacaleg petahana itu dan Djarot Syaiful Hidayat serta Nurhajizah Marpaung, ada juga pendatang baru yang layak diperhutungkan, yakni Ahmad Doli Kurnia Tanjung (Plt Ketua Golkar Sumut/pengurus DPP Golkar), dan Sugiat Santoso (Wakil Ketua Partai Gerindra Sumut). Kehadiran Ahmad Doli Kurnia maju dari Dapil Sumut III juga bukan kebetulan. Ia diamanahkan partai untuk mendulang kursi dari wilayah tersebut. Dimana periode 2014-2019 Golkar berhasil mendapat dua kursi dari situ. Pun begitu, Doli mengaku bakal terjadi persaingan ketat di dapil tersebut.

“Saya kira ketiga dapil di Sumut untuk DPR RI itu neraka, ya. Karena sosok-sosok yang ada di ketiga dapil kuat dan punya ketokohan,” ujarnya baru-baru ini kepada wartawan. Ia menambahkan, Golkar sudah membuat strategi yang terukur soal alokasi bacalegnya menuju Senayan. Artinya selain nama-nama lama, juga ada wajah-wajah baru. “Saya diminta DPP mengisi dari Dapil Sumut III, karena target tiga kursi dari situ harus bisa kami raih,” ungkapnya.

Pun soal kehadiran sejumlah parpol baru pada Pileg 2019, dirinya menyebut akan berimplikasi pada persaingan suara dan kursi di semua tingkatan. “Tapi sebagai partai besar dan mapan, Golkar yakin dan optimis suara rakyat masih berpihak pada Golkar. Makanya kita perlu untuk bekerja keras mendapatkan suara sebanyak mungkin,” katanya.

Plt Ketua Demokrat Sumut, Herri Zulkarnain pun berpandangan serupa. Ia memprediksi akan terjadi persaingan super ketat mendapatkan kursi menuju Senayan. “Dapil Sumut di Pileg 2019 memang cukup bersaing kali ini. Tapi kami percaya Demokrat punya basis dan kantong suara masing-masing dari setiap bacalegnya,” katanya.

Terpisah, Wakil Ketua Partai Gerindra Sumut Sugiat Santoso yang digadang-gadang menjadi bacaleg DPR RI Dapil Sumut III mengaku siap bertarung dengan Djarot Saiful Hidayat. “Pertarungan Eramas dan Djoss sepertinya akan terulang kembali di Pileg 2019. Terlebih, Gus Irawan akan bertarung dengan Sihar Sitorus dari Dapil Sumut II,” ungkapnya.

Sugiat mengaku, keputusannya maju ke Senayan dari Dapil Sumut III dikarenakan wilayah tersebut pada pertarungan Pilgub Sumut 2018, Eramas menang telak atas Djoss. Jadi, tentu akan melanjutkan apa yang selama ini sudah dibina. “Saya melihat beberapa daerah potensial untuk bisa mendulang suara agar bisa melenggang ke Senayan. Untuk itu, optimis bisa mendulang 100.000 suara dengan mengerakkan mesin Eramas yang sudah ada,” pungkasnya. (prn/ris)

Exit mobile version