Site icon SumutPos

Dari Matanya tak Keluar Lagi Air Mata, tapi Darah!

Armansyah Siregar, Bocah Dua Tahun Penderita Tumor Ganas

Tangisan Armansyah Siregar dua bulan sebelumnya masih normal seperti anak seusianya. Namun kini, dari mata sang bocah tak lagi mengeluarkan air, melainkan darah dari setiap sudut matanya.

Kesuma Ramadhan, Medan

TUMOR: Armansyah Siregar bocah penderita tumor ganas saat dirawat di RSUP H Adam Malik Rindu B 4 Anak, kemarin.//kesuma ramadhan/sumut pos

Bocah berusia 2 tahun sembilan bulan ini didiagnosa oleh medis mengalami tumor ganas di saraf kepala. Akibatnya, kondisi bocah yang berdomisili di Lingkungan Temutua Kelurahan Kota Pinang Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan ini mulai mengalami kebutaan. Tidak itu saja, kedua bola mata buah pasangan Sahman Sahyuti Siregar (23) dan Selvinaria Siahaan (25) ini semakin menjorok keluar dan seakan ingin keluar dari kelopak matanya yang mungil.

Keadaan miris ini, menurut pengakuan Sahman berawal sekitar satu bulan lalu atau tepatnya pada awal Ramadan. Saat itu muncul tanda kebiru-biruan di sekitar bola mata Armansyah. Agar tidak semakin parah, Sahman membawa sang buah hati ke spesialis mata di Labusel dan RS di Rantauprapat.
“Di RS Rantauprapat itulah anakku divonis menderita tumor syaraf.

Karena fasilitas medis rumah sakit tersebut tidak bisa menangani tumor, anakku dirujuk ke sini,” kenang Sahman saat ditemui di ruang Rindu B IV Anak, RSUP H Adam Malik, tempat Armansyah mendapatkan perawatan, Senin sore (27/8).

Sejak dirawat di RSUP H Adam Malik Rabu (8/8) lalu, hingga kini sang bocah harus  menjalani kemoteraphy. Selain itu, Armansyah harus menjalani tarnsfusi darah setiap harinya.

“Setidaknya dia butuh darah merah golongan A sekitar 450 hingga 750 cc per harinya. Selain. Itu dia juga membutuhkan darah putih. Karena menurut dokter yang menangani, kalau sekarang trombosit anakku sangat rendah,” tutur Sahmansyah.

Kenyataan itu membuat Sahman mengelus dada. Bagaimana tidak, biaya yang harus dikeluarkan demi menyembuhkan sang buah hati tentunya tidak sedikit. Padahal, Sahman hanya seorang penderes rambung atau penyadap getah dari pohon karet milik orang lain. Dengan kata lain, dia hanya buruh yang memiliki kemampuan ekonomi sangat minim. Itulah sebab Sahman mengaku kesulitan untuk menyediakan kebutuhan darah sang anak karena harus mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkan darah di rumah sakit lain.

Meskipun berstatus Jamkesda yang perobatan ditanggung oleh pemerintah, namun tetap saja kondisi ini menyulitkan baginya. Pasalnya untuk menjaga sang buah hati, Sahman harus merelakan seluruh waktunya di rumah sakit bersama istri tercinta. “Saya tak kerja, jadinya bingung mau cari duit lagi. Apalagi selama di rumah sakit ini banyak biaya yang harus disediakan untuk menjaga anakku Bang,” ucapnya pilu.

Mendengar kondisi yang dialami Sahman, menarik perhatian sejumlah tokoh Kota Medan. Satu di antaranya dari Ketua PMI Cabang Medan, Musa Rajekshah. Tokoh yang akrab dipanggil dengan nama Ijeck ini berjanji akan membantu dengan memberikan darah sesuai golongan yang dibutuhkan bocah penderita tumor secara gratis.

“Jika mereka membutuhkan darah lagi dan tersedia di PMI Medan, besok bisa diambil secara gratis dengan membawa pengantar berapa banyak kebutuhan serta jenis darahnya,”ujar Ijeck.

Perhatian juga hadir dari Anggota DPD RI Perwakilan Sumut, Parlindungan Purba. Sekembalinya dari Jakarta, Parlindungan berencana melihat langsung kondisi sang bocah. “Saat ini saya di Jakarta. Setelah saya kembali akan kita usahakan untuk membantunya,” ucapnya.

Kini doa dan bentuk kepedulian dari seluruh lapisan masyarakat akan kesembuhan sang buah hati terus diharapkan kedua orangtua Armansyah, bocah penderita tumor ganas.

Sementara pantauan di rumah sakit, hanya rengekan dan tangisan kecil disertai tetesan darah, yang terlihat mengalir  dari kelopak mata sang bocah. Sesekali kalimat haus dan lapar keluar dari bibir mungilnya. Tak banyak yang bisa dilakukannya kecuali hanya mampu menggerakkan kedua tangan halusnya.

Kini Armansyah hanya bisa pasrah mengharapkan kesembuhan atas tumor ganas stadium empat di syaraf kepalanya. Kedua orangtua serta kakek sang bocah pun hanya berharap sebuah keajaiban menghampiri keluarga mereka. “Semoga saja datang keajaiban, anakku bisa sembuh dan bermain ceria seperti biasanya,” harap sang bunda saat menemani anaknya. (*)

Exit mobile version