Site icon SumutPos

Apical Edukasi Penanganan Minyak Jelantah Kepada Warga Medan

General Manager of Green Energy, Biofuel Feedstock, and Business Development Apical Group Aika Yuri Winata bersama Head of Commercial B2C Sales and Marketing Apical Group, Ardiahty Bachtiar dan lainnya sedang menunjukkan minyak jelantah yang dikumpulkan dari masyarakat, di Lapangan Parkir Thamrin Plaza, Kota Medan, Minggu (27/8). Dewi Syahruni Lubis/Sumut Pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Apical Group, salah satu pengolah minyak nabati terkemuka menggelar edukasi mengenai penanganan minyak goreng bekas pakai atau yang biasa disebut minyak jelantah serta masakan sehat menggunakan produk kelapa sawit berkelanjutan kepada masyarakat Kota Medan yang digelar dalam acara ‘Pagi-Pagi Sehat’, di Lapangan Parkir Thamrin Plaza, Kota Medan, Minggu (27/8).

Kegiatan ‘Pagi-Pagi Sehat’ yang dimulai sejak pukul 07.00 WIB tersebut, diawali dengan senam bersama yang dipandu oleh instruktur senam dan diikuti oleh ratusan masyarakat Kota Medan. Pada kesempatan yang sama, Apical juga menggelar demo masak membuat Potato Cheese Bread dan Japanese soufflé cake cappuccino dengan menggunakan produk-produk Apical yang terbuat dari minyak sawit yang sehat dan berkelanjutan, dipandu oleh Technical Baker Apical, Chef Teddy Kosasih dan Chef Heri Teguh Mulyono.

Diketahui, bahwa minyak goreng merupakan komoditas penting dalam kegiatan konsumsi masyarakat sehari-hari, dan Indonesia merupakan negara dengan konsumsi minyak goreng terbesar, mencapai 15,4 juta ton pada tahun 2022 lalu.Tak dapat dipungkiri, konsumsi minyak goreng yang tinggi juga akan menghasilkan limbah minyak jelantah yang juga tinggi. Oleh karena itu, apabila  minyak jelantah tidak dikelola dengan baik maka dapat merusak lingkungan.

Dalam pelaksanaan edukasi, General Manager of Green Energy, Biofuel Feedstock, and Business Development Apical Group Aika Yuri Winata menjelaskan, bahwa minyak jelantah sebaiknya tidak dibuang sembarangan, seperti dibuang ke saluran air karena akan menyebabkan penyumbatan saluran air yang berpotensi menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Apabila minyak jelantah dibuang ke tanah, residu dari minyak tersebut akan menggumpal serta menutup pori-pori tanah, sehingga tanah akan mengeras dan tidak mampu melakukan penguraian secara optimal.

“Pada kesempatan ini, kami ingin mengedukasi masyarakat Kota Medan bahwa minyak jelantah jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Karena itu sebaiknya minyak jelantah dikumpulkan ke dalam wadah seperti jeriken kosong, untuk kemudian dapat dijual ke Apical dengan harga terbaik, untuk kemudian kami olah kembali menjadi bahan bakar energi terbarukan, yakni biodiesel,” kata Aika kepada sejumlah wartawan yang hadir, usai acara berlangsung.

Selain dapat diolah menjadi biodiesel yang digunakan sebagai subtitusi minyak solar bagi sektor transportasi maupun industri, lanjutnya, minyak jelantah dapat juga diolah menjadi bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau biofuel, yang dipandang sebagai suatu solusi menuju masa depan tanpa emisi. “Sebagai pengolah minyak nabati terintegrasi secara global, Apical juga dapat mengolah limbah minyak jelantah secara efisien dan berkelanjutan dari rantai pasokan dengan transparan dan dapat dilacak (traceable) menjadi bahan bakar penerbangan berkelanjutan,” paparnya.

Adapun, menurut data Badan Energi Internasional, industri penerbangan menyumbang 2 persen emisi CO2 secara global pada tahun 2022. Industri ini menghasilkan emisi global yang relatif kecil dan merupakan salah satu sektor yang paling menantang untuk didekarbonisasi. Terlebih, industri penerbangan global telah sepakat untuk mencoba mencapai emisi net zero pada tahun 2050.

“Untuk mengajak lebih banyak masyarakat Kota Medan dalam mengumpulkan minyak jelantah, Apical juga telah menyiapkan voucher belanja dengan sejumlah syarat dan ketentuan, yakni, setiap pengumpulan 500ml minyak jelantah, maka akan mendapatkan stamp, dan jika dikumpulkan hingga 4 stamp akan mendapat voucher belanja senilai Rp20.000 untuk dapat dibelanjakan di Maximart. Kegiatan pengumpulan minyak jelantah ini berlangsung setiap Sabtu dan Minggu pada pukul 07.00-09.00 WIB, hingga Desember 2023,” tandasnya.

Sementara itu, Head of Commercial B2C Sales and Marketing Apical Group, Ardiahty Bachtiar menuturkan, kehadiran pihaknya dalam kegiatan ini, yakni ingin memperkenalkan produk-produk Apical melalui demo masak menggunakan margarin serba guna yang diproduksi kepada masyarakat, yaitu Medalia.

Apical dalam kesempatan demo masak bersama tersebut, berfokus untuk mengedukasi masyarakat tentang penggunaan produk minyak kelapa sawit berkelanjutan dalam masakan sehari-hari sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih sehat. “Melalui demo masak yang ditampilkan, pengunjung selain mendapatkan edukasi terkait manfaat penggunaan margarin yang benar juga menikmati hasil makanan yang dimasak,” katanya.

Ia mengubgkapkan, sebagai perusahaan yang menghasilkan produk pangan berbasis sawit berkelanjutan, Apical memiliki komitmen tinggi untuk memenuhi kebutuhan konsumen, tidak hanya kepada masyarakat secara langsung, tapi juga kepada industri-industri besar seperti fast moving consumer goods (FMCG), perhotelan, restauran, serta kafe, juga kepada para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

“Selain mengikuti kegiatan senam pagi, edukasi penanganan minyak jelantah, serta demo masak, pengunjung juga dapat mencoba langsung kreasi  masakan menggunakan margarin Medalia yang diproduksi oleh Apical, serta makanan serta minuman sehat di stan-stan bahan makanan yang juga turut berpartisipasi dalam kegiatan ini,” tandas Ardiahty.

Salah seorang Warga Jalan Perumnas Mandala Medan, Anton (30), saat acara berlangsung menjual minyak jelantah rumah tangga miliknya seberat 5Kg. Ia pun menghasilkan uang dari Apical sebesar Rp50 ribu. “Selama ini minyak jelantah rumah tangga saya selalu dibuang ke selokan, saya bersyukur ada kegiatan Apical ini di Medan, sehingga bisa saya tukarkan minyak jelantah saya dengan diganti uang cash. Pagi-pagi dapat uang saya dari Apical,” katanya sumringah. (dwi)

Exit mobile version