Site icon SumutPos

Dewan Kecam PLN

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Kapal Karadeniz Powership Onur Sultan, kapal pembangkit listrik Marine Vessel Power Plant (MVPP) bersandar di dermaga PLTGU, di Belawan, Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Masih intensnya byarpet (pemadaman) listrik di Kota Medan, dikecam keras kalangan DPRD Medan. PT PLN (Persero) disebut belum mampu memberikan pelayanan maksimal kepada pelanggannya. “Pemadaman listrik yang kembali dilakukan PLN seolah sudah seperti rutinitas. Dan tidak ubahnya juga seperti penyakit kambuhan,” kata Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Medan Hasyim kepada wartawan, Jumat (26/10).

Hasyim menyebut, pernyataan pihak PLN soal daya listrik yang surplus cuma retorika semata. Ironinya, sejak kapal Turki bersandar di Belawan sebagai tambahan daya listrik bagi Sumut, juga tidak menyelesaikan masalah defisit listrik.

“Ini yang kita herannya. Ada kelebihan suplai listrik, tapi kenapa masih terjadi pemadaman. Apa sih susahnya memelihara listrik agar tidak terjadi pemadaman. Tidak usah jauh-jauh, Jakarta, Bali jarang terjadi pemadaman. Kenapa sama-sama Indonesia, di Bali bisa di Medan tidak bisa. Apa penyebabnya, apakah ada unsur diskriminasi?” ujarnya.

Menurut dia, jika listrik sudah surplus, merupakan suatu jaminan kepada masyarakat tak ada lagi byarpet. Namun faktanya pemadaman masih terjadi dan sangat merugikan masyarakat dari sisi ekonomi.“Pemadaman tentunya mengganggu aktifitas perekonomian masyarakat, juga terhadap anak-anak pelajar pastinya terganggu. Hal ini tentu sangat merugikan. Belum lagi kerusakan alat elektronik milik masyarakat. Ini bagaimana, apakah ada tanggung jawab PLN terhadap kerusakan alat-alat elektronik milik warga itu,” katanya.

Dengan kondisi listrik surplus harusnya PLN mengimbangi dari sisi pelayanan yang baik. Apalagi masyarakat dibebankan kewajiban setiap bulan membayar rekening listrik. “Lantas hak masyarakat untuk menikmati listrik tidak mati apa? Kalau bisa dalam 365 hari listrik jangan lagi mati,” katanya.

Wakil Ketua DPRD Medan Ihwan Ritonga mengungkapkan, bahwa tidak ketahui apa motif sesungguhnya PLN melakukan pemadaman. “Saat ditanya (PLN) selalu bilang ada perbaikan jaringan,” ujar dia.

Pihaknya mendorong agar PLN mengambil langkah konkrit terkait kondisi listrik ini. “Jika memang melakukan pemeliharaan jaringan sebaiknya dilakukan siang hari. Kalau dilakukan malam hari tidak ada alasan PLN melakukan pemeliharaan jaringan. Jika dari pagi hingga pukul 16.00 WIB itu masih masuk akal,” ujar politisi Gerindra ini.

Tidak dipungkiri, akibat pemadaman itu, dari sisi ekonomi masyarakat memang pasti terganggu. “Seharusnya PLN mencari solusi agar pemadaman tidak berlangsung lama sehingga tidak mengganggu aktivitas masyarakat yang memang sangat besar bergantung terhadap energi listrik,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi VII DPR-RI Gus Irawan mendesak PLN segera memaksimalkan potensi pembangkit yang ada di Labuhan Angin, Tapanuli Tengah dan Pangkalan Susu yang operasionalnya sering bermasalah. “Saya sudah meninjau dua pembangkit tersebut. Setiap saya tinjau selalu bermasalah. Di Labuhan Angin terutama. Di situ ada dua mesin pembangkit berkapasitas 2×110 MW. Tapi ketika saya tinjau yang beroperasi hanya satu. Kemudian daya maksimal yang dikeluarkannya hanya antara 50 MW hingga 60 MW,” kata Gus Irawan Pasaribu, kepada wartawan di Medan melalui sambungan telefon dari Jakarta, Jumat (27/10).

Labuhan Angin, lanjut Gus Irawan, sebenarnya sudah tidak layak dijadikan sumber pasokan utama jika hanya menghasilkan daya tidak sampai setengahnya. Selain tidak maksimal, mesin pembangkit Labuhan Angin juga sering rusak. Lama-lama malah biaya perbaikannya bisa lebih mahal dari daya yang dihasilkan. “Inilah kalau mesinnya buatan China. Sedikit-sedikit rusak,” tuturnya.

Gus mengatakan, kondisi tersebut memunculkan imej bahwa mesin pembangkit asal Cina selalu bermasalah. Sama saja kondisinya dengan Pembangkit yang di Pangkalan Susu. Dulu ceritanya mesin ini akan berfungsi mengatasi defisit listrik. Faktanya, sampai sekarang tidak bisa beroperasi normal,” kata dia.

Kata Gus, ketika akan selesai, prpoyek ini digembar-gemborkan mampu menambah daya hingga 2×220 MW. Namun hal itu belum terbukti. “saya kecewa dengan keberadaan dua pembangkit bermasalah ini. Pembangkit Pangkalan Susu itu kan harusnya sudah harus menambah daya ke sistem pembangkitan Sumbagut. Alasan yang muncul ternyata masih running mesin. Alasan lain, mesinnya masih terlalu muda untuk dioperasikan. Nanti lama-lama mesinnya malah jadi tua tak bisa juga membantu pembangkitan di Sumut,” tuturnya.

Menurut Gus Irawan, salah satu kelemahan mesin pembangkit dari Cina sering tidak maksimal dalam beroperasi. “Bagaimana ini PLN harus cari solusi bagaimana agar mesin yang sudah ada beroperasi maksimal. Ini sebenarnya sudah saya sampaikan ke PLN berkali-kali,” tegasnya.

Politisi asal Sumatera Utara itu mengharapkan sistem kelistrikan Sumbagut ke depan akan lebih baik. “Ke PLN juga sudah saya sampaikan kalau kira-kira mesin asal Cina bermasalah jangan pakai lagi produk mereka,” kata Gus.

Gus Irawan berharap ke depan pasti akan ada pertambahan mesin pembangkit. “Hanya saja menurut saya, yang sudah ada pun harus terus dioptimalkan. Jangan dibiarkan tak berfungsi, atau kapasitas terpasang tidak mencapai daya maksimal,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini sistem kelistrikan Sumbagut sudah mengalami perbaikan. Memang pemadaman tetap saja ada tapi sudah jauh berkurang. “Ke depan pun tentu seperti yang saya sampaikan berkali-kali kita harus punya cadangan yang cukup. Itulah yang harus dikejar. Karena berapa pun kapasitas terpasang, tetap saja nanti akan habis diserap oleh sambungan baru dan industry,” tegas Gus.

Pemadaman Bukan karena Defisit

Sedangkan soal pemadaman listrik yang terjadi akhir-akhir ini, Feby mengatakan, hal itu bukan karena listrik Sumatera Utara defisit. Justru sebaliknya surplus 6 hingga 10 persen dari daya yang tersedia. Pemadaman disebabkan sedang dilakukan pemeliharaan.

“Untuk meningkatkan keandalam tentu dilakukan pemeliharaan. kita harus memelihara namun sifatnya terbatas dan terjadwal secara rutin. Pemeliharaan tersebut sifatnya rutin, bertahap atau progress dengan priodik berkala 6 bulan. Ini berotasi secara penuh. Sama seperti manusia, kita butuh general checkup kesehatan,” papar Feby.

Kemudian, lanjut Feby, dalam pemeliharaan pihaknya memiliki dasar Tingkat Mutu Pelayan yang dilakukan setiap 3 bulan berdasakan durasi. Secara umum, ada 5 tingkatan. Pertama, lamanya padam, jumlah padam, kesalahan baca meter, pasang baru dan perubaha daya. “Ini diukur dan diclearkan. Setiap bulan kita melakukan perhitungan mana saja daerah zonasi yang melewati Tingkat Mutu Pelayanan kita,” bilang Feby.

Nantinya, daerah zonasi pelanggan yang terkena pemeliharaan berdasarkan Tingkat Mutu Pelayanan tersebut, akan mendapat kompesasi atas pemedaman yang dilakukan. Yakni, pelanggan pra bayar akan mendapatkan kompensasi token pada saat membeli akan disertakan kompensasinya. Sedangkan kalau pasca bayar, kompensasi masuk dalam rekeningnya.

”Secara umum pelayanan kita respontime. Petugas datang paling lama 45 menit ke titik lokasi yang terjadi pemadaman. Kemudian, dalam waktu 3 jam paling lama listrik harus menyala. Nah, jaringan yang dilakukan pemeliharaan secara priodik, lalu akan kembali ke titik semula dalam priodik 6 bulan,” papar Feby.

Meski demikian, lanjutnya, pemadaman tidak sertamerta akibat pemeliharan saja, namun juga karena faktor alam. “Paling banyak akibat pohon atau ranting yang menyentuhkabel listrik sehingga menyebabkan padam,” pungkas Feby. (prn/ila)

 

 

Exit mobile version