Site icon SumutPos

Aktivitas Sinabung Meningkat, Masih Ada Warga Bertahan

Foto: Anita/PM Gunung Sinabung erupsi,warga Desa Kutatonggal, Kecamatan Namanteran, Karo, banyak yang pindah, Minggu (28/2/2016).
Foto: Anita/PM
Gunung Sinabung erupsi,warga Desa Kutatonggal, Kecamatan Namanteran, Karo, banyak yang pindah, Minggu (28/2/2016). Namun masih ada yang bertahan.

KARO, SUMUTPOS.CO – Aktivitas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, sepekan ini semakin meningkat. Namun begitu, masih ada saja warga di kaki Sinabung yang enggan meninggalkan desanya. Pasahal, BPVMBG dan Pemkab Karo telah melarang warga desa di lingkar Sinabung untuk tidak memasuki wilayah zona merah.

Seorang warga mengaku bermarga Sitepu (50), mengaku enggan meninggalkan desanya karena tak memiliki uang untuk menyewa lahan. “Mau bagaimana lagi? Kalau nyewa lahan pertanian lagi, uang nggak cukup,” kata Sitepu ketika ditemui di Desa Kutatonggal, Kecamatan Namanteran, Minggu (28/2).

Menurutnya, uang yang diberikan pemerintah sebesar Rp5,6 juta tak cukup, karena untuk menyewa rumah saja dalam satu tahun sudah menghabiskan biaya Rp5 juta. “Makanya saya, istri, dan anak, nekat tinggal di desa. Sementara uang itu kamui gunakan untuk beli bibit kol untuk ditanam. Mudah-mudahan kena harga, walaupun harus bertaruh nyawa,” ungkap Sitepu lagi.

Sementara, Kepala Desa Kuta Tonggal Andreas Tarigan ketika disambangi di ladangnya, mengakui kalau masih ada warga yang bertahan di desanya. “Memang benar ada beberapa warga yang memilih tinggal di desa meski telah mendapat dana sewa lahan dan rumah dari pemerintah. Karena dana itu gak mencukupi. Bayangkan saja, harga sewa rumah sekarang ini. Pasti nggak dapat harga Rp2 juta setahun. Makanya terakap (lumayan, Red) berladang di kampung,” ujarnya.

Menurutnya, beberapa warga desa yang masih ada tanamannya di ladang merasa terakap memanen hasil pertanian yang ditanamnya.

“Terakapkan buat jajan dan biaya sekolah anak. Apalagi biaya makan sehari-hari, nggak mungkin kita mengharap terus dari pemerintah,” imbuhnya lagi.

Disinggung soal relokasi tahap kedua secara mandiri, warga desa belum mendapat kepastian dari pemerintah kapan akan di relokasi. Hanya saja lahan untuk relokasi sudah ada. Pemerintah sudah mendapat lahan di desa Lingga. Rencananya setiap KK mendapat Rp110 juta per KK dengan rincian Rp59,4 juta untuk pembangunan rumah dan beli lahan pertanian Rp54,6 juta.

“Kita tinggal terima bersih, mereka yang cari lahannya dan membangun rumahnya. Kita langsung diberikan sertifikat rumahnya. Sementara lahannya jika sudah ada mereka yang yang bayar. Tapi kapan kepastiannya belum tahu kami. Padahal pada rapat kemarin, kata Sekda uang sudah ada. Itu yang membuat kami pusing menunggu yang belum pasti,” ketusnya.

Untuk itu, diharapkan agar pemerintah secepatnya memberikan kepastian kapan akan direlokasi. Sebab dana sewa rumah dan lahan waktunya hanya sampai bulan Agustus. Jadi, warga bisa terkatung-katung. Karena ada sekitar 113 KK/500 Jiwa warga Desa Kutatonggal,

“Kan nggak mungkin pembangunan rumah bisa selesai dalam waktu 4 bulan,” tandasnya.

Pantauan wartawan, dari gerbang pintu masuk Desa Kutatonggal di kiri kanan badan jalan di tumbuhi rumput ilalang setinggi 1 meter yang hampir menutup badan jalan. Tampak beberapa rumah warga atapnya sudah hancur. Kelihatan tak ada lagi penghuni, namun di salah satu rumah yang terbuat dari papan tampak masih ada satu keluarga yang nekat bertahan tinggal di rumahnya.

Seperti diketahui, Desa Kutatonggal merupakan desa yang masuk wilayah zona terlarang 5 kilometer dari puncak Gunung Sinabung. Dan akan direlokasi pada tahap kedua secara mandiri.

Sebelumnya, Gunung Sinabung kembali menyemburkan awan panas. Semburan yang terjadi pada Jumat (26/2) tersebut bahkan hingga mencapai sejauh 3 kilometer ke arah timur dan tenggara.

Menurut pantauan, luncuran awan panas juga telah terlihat dari Pos Pemantau Gunung Api Sinabung di Kecamatan Simpang empat, Kabupaten Karo, yang berjarak 8 kilometer dari Gunung Sinabung. Menurut pantauan, erupsi yang disertai dengan luncuran awan panas dengan jumlah besar tersebut belakangan memang kerap terjadi. Bahkan pada umumnya, hal tersebut terjadi hingga tiga kali dalam kurun waktu sehari.

“Aktivitas Gunung Sinabung masih tinggi. Sehingga, lebih baik masyarakat menjauhi kawasan berbahaya, supaya tidak menimbulkan korban jiwa di masyarakat,” ujar Staf Pos Pemantau Gunung Sinabung, Budi.

Budi mengatakan, pihaknya masih terus melakukan pemantauan atas aktivitas gunung merapi tersebut. Bahkan, pihaknya melakukan koordinasi dengan aparatur pemerintahan dan aparat di sana.

“Kita akan melaporkan setiap perkembangan aktivitas gunung tersebut. Kita harapkan, masyarakat juga bisa diajak kerja sama untuk menjauhi zona berbahaya itu. Kita tidak mau ada korban jiwa,” sebutnya.

Menurutnya, erupsi Gunung Sinabung sudah tiga kali terjadi, terhitung sejak, Kamis (25/2) tengah malam sampai dengan Jumat (26/2). Erupsi gunung tersebut meluncurkan awan panas dan lava pijar. Status gunung itu masih “Awas” (Cr7/spg/adz)

Exit mobile version