Site icon SumutPos

Tak Ada Biaya, Bayi Penderita Meningoensefalokel Tiga Bulan Terbiarkan

Tubuh Aqila Harahap tampak sehat. Ia terbaring di atas tempat tidurnya di kamar 1 Ruang Anak, Rumah Sakit Putri Hijau saat Sumut Pos berkunjung. Posisi tidur bayi yang lahir pada tanggal 2 Mei 2015 ini selalu menyamping ke arah kiri lantaran kelainan yang dialami di bagian kepalanya.

Foto: Puput Julianti Damanik/Sumut Pos
Aqila Harahap, bayi penderita Meningoensefalokel, yakni penyakit selaput otak berada di luar tengkorak kepala.

Puput Julianti Damanik, Medan

Tak sendiri, kembaran Asifa Harahap ini ditemani setia oleh abangnya, Mirza Pratama Harahap (3) dan kedua orangtuanya, Rahmat Rifa’i Harahap (33) dan Murniati (23). Ketiganya terlihat bahagia, Aqila sudah keluar dari ruang ICU dan telah menjalani operasi pertamanya sehingga dapat pindah ke ruang rawat inap.

Rasa syukur dan ucapan terima kasih tak ada habisnya disampaikan Rahmat Rifa’i kepada Tuhan serta orang-orang yang telah membantunya. Maklum, pria yang sehari-hari bekerja menjadi juru parkir ini sempat pesimis lantaran tidak memiliki biaya dan pengetahuan mengenai pengurusan BPJS Kesehatan yang katanya dapat menanggung pembiayaan perobatan masyarakat.

“Sempat terpikirku juga buat mencuri, tapi juga terpikir harus sabar. Sedih, mana pencarian pas-pasan buat makan aja, tapi anak saya yang kembar harus minum susu premium karena Asi mamaknya gak keluar. Makanya saya sempat pesimis,” ujar Rahmat.

Tanpa segan, Ia kembali bercerita. Warga Jalan Setiabudi, Bunga Cempaka Pasar III ini mengaku istrinya baru melahirkan bayi kembar Aqila dan Asifa pada Mei lalu di Sibolga. Asifa terlahir sehat, sementara Aqila mengalami kelainan di bagian kepalanya, bagian otaknya keluar tanpa tempurung kepala atau disebut Meningoensefalokel Posterior.

“Lahirannya normal di rumah mertua di Sibolga. Asifa sehat, Aqila disuruh bidannya untuk dibawa ke RS karena ada kelainan pada kepalanya. Kemudian, saya bawa Aqila dironsen di salahsatu RS Sibolga. Pihak RS bilang saya harus cepat-cepat bawa ke RS Adam Malik, namun karena gak ada biaya, jadi gak kami bawa. Setelah itu, sekitar 2 bulan saya bawa istri dan anak-anak kembali ke Medan. Tak ada penanganan karena kami pun tak ngerti dan tak punya biaya,” katanya.

Kesedihan ini kemudian diceritakan Rahmat kepada teman-temannya di lapangan. Setelah itu, melalui teman ke teman, akhirnya Ia pun bertemu dengan salah satu Yayasan Sosial di Medan, Yayasan Tangan Kanan atau The Right Hand Foundation. Dari sini, harapan baru terlahir.

“Saya dijumpakan dengan yayasan ini. Mereka langsung bawa dokter ke rumah kontrakan kami untuk dilihat gizinya dan kesehatannya. Besoknya, anak saya dibawa ke RS Columbia untuk citiscan dan setelah itu, Yayasan Tangan Kanan mempertemukan kami dengan dokternya yang kebetulan praktik di Rumkit ini. BPJS kami pun langsung diuruskan,” katanya.

Hingga hari ini (Jumat-red), Rahmat dan istrinya sudah terhitung dua minggu di RS. Biaya untuk kebutuhan sehari-hari pun dibantu oleh yayasan tersebut lantaran Rahmat tidak memungkinkan untuk bekerja.

“Sudah hampir dua minggu saya gak kerja, uang untuk makan dan kebutuhan sehari-hari di RS pun dibantu. Saya gak bisa kerja, karena anak saya yang pertama di sini, istri saya kalau ngurus dua-dua mana bisa. Ini saja Asifa kami titip di rumah saudara di Tebing,” katanya.

Rahmat mengaku, saat istrinya hamil tidak ada mengonsumsi obat-obatan dan merasakan hal lain. Bahkan, saat di USG, dokter tidak mengatakan bila istrinya mengandung anak kembar. “Tidak ada kelainan dan saat di USG, gak ada nampak kalau kembar. Kami pun gak punya keturunan kembar,” katanya.

Rahmat dan istrinya tidak berharap apapun, karena bagi mereka, anaknya Aqila telah mendapat perawatan dari tim ahli sudah sangat puas. “Kami gak ada berharap apa-apa, kami dibantu dan diterima sama Rumah Sakit dan biaya gratis itu sudah lebih dari cukup. Saya berterima kasih karena Yayasan Tangan Kanan sudah membantu saya, mendamping hingga semua dipermudah. Saya cuma hanya disuruh berdoa buat kesembuhan. Saya sudah sangat bersyukur,” kata Rahmat.

Sementara itu, Ketua Yayasan Tangan Kanan, Fahmi mengaku pihaknya bertemu dengan Rahmat melalui volunteernya yang bertepatan tinggal tidak jauh dari kontrakan Rahmat. “Saat itu, kondisinya memang memprihatinkan dan harus cepat mendapat penanganan. Kami langsung cepat ambil tindakan dan akhirnya sekarang sudah bisa dioperasi. Namun, masih ada operasi lanjutan beberapa bulan kemudian dan kami akan tetap pantau,” katanya.

Lanjutnya, saat ini Aqila dalam pantauan dokter atau team medisnya, Dr Bayu Dewanto, SpBS, Dr Eddy Sutrisno H, SpBP, dan Dr Fitri, SpA. “Kami juga memantau dan memenuhi kebutuhan keluarga karena ayahnya, Rahmat tidak bisa bekerja. Biaya yang kami berikan semua amanah dari donatur-donatur kami,” katanya. (rbb)

Exit mobile version