Site icon SumutPos

Ruhut Ogah Mundur Kecuali Dipecat Demokrat

Foto: Ricardo/JPNN Anggota DPR RI Ruhut Situmpol saat tiba di gedung KPK, Jln Rasuna Sahid, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (12/3). Ruhut menjadi saksi Tindak Pidana Korupsi (TPK) penerimaan hadiah terkait proyek Pusdiklat Olahraga Hambalang.
Foto: Ricardo/JPNN
Anggota DPR RI Ruhut Situmpol saat tiba di gedung KPK, Jln Rasuna Sahid, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (12/3). Ruhut menjadi saksi Tindak Pidana Korupsi (TPK) penerimaan hadiah terkait proyek Pusdiklat Olahraga Hambalang.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Perang terbuka antara Ketua DPP Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, dengan partainya sendiri semakin sengit. Pemicunya adalah dukungan politik Ruhut yang berbeda dengan keputusan tertinggi Partai Demokrat terhadap pasangan calon di Pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

Bahkan, Ruhut lancang mengejek Ketua Komisi Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono atau yang akrab disapa Ibas itu. Menurut Ruhut, putra bungsu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu punya pola pikir sekelas tukang parkir.

Sebelumnya, Ibas yang juga Ketua Fraksi Demokrat di DPR RI menyinggung soal kader partai yang tidak loyal pada keputusan politik partai. Dia mempersilakan kader yang berbeda pandangan mengambil sikap tegas untuk mengundurkan diri atau menempuh jalan lain.

Menjawab anjuran Ibas, Ruhut menyerang balik dengan menggambarkan Ibas sebagai politikus “tukang parkir”.

“Aku hanya bilang, bagaimana negara ini, apalagi partai politik mau maju kalau cara berpikir tokohnya seperti tukang parkir. Karena hanya pekerjaan tukang parkirlah yang mengatakan mundur-mundur, kiri-kiri kanan, stop, gopek bang,” jawab Ruhut ketus, ketika dihubungi wartawan, Rabu (28/9).

“Ya, (Ibas) kayak tukang parkir,” tegasnya, ketika wartawan mengonfirmasi maksud ucapnnya di atas.

Ruhut menilai, pernyataan Ibas yang meminta dirinya mundur dari partai hanya karena Ibas tidak berani memecat dirinya.

“Kenapa mereka mengatakan demikian? Karena mereka enggak berani pecat aku. Karena kalau mereka pecat aku, bisa terbayang kalau Ahok menang. Partainya ‘selesai’ enggak 2019?” ujarnya.

Ruhut bahkan menyebut Ketua Umum Demokrat SBY, yang juga ayah dari Ibas, akan enggan memecat dirinya.

“Pak SBY saja enggak mau pecat Ruhut. Karena dia tahu Ruhut kader yang enggak ada tandingannya di Demokrat,” ucapnya.

Saat disebutkan bahwa yang memintanya mundur adalah Edhie Baskoro Yudhoyono yang merupakan putra bungsu SBY, Ruhut malah bertanya balik. “Bos, aku dah bilang bapaknya. Ibas sama nggak dengan bapaknya? (Lebih tinggi posisi SBY). Ya sudah, kau ini,” ujar Ruhut.

Mantan juru bicara DPP partai berlambang bintang mercy itu juga tidak ingin etikanya dipersoalkan karena tetap mendukung Basuki T Purnama (Ahok) di Pilkada DKI Jakarta, bukan Agus Harimurti Yudhoyono yang diusung Demokrat.

“Bos, kau ngomong etika politik, partai kami sangat demokratis. Pak SBY tahu kenapa aku tetap (pilih) Ahok, karena aku sayang dengan putranya, cinta dengan putranya,” ujar anggota Komisi III DPR itu.

Ia mengingatkan, Agus merupakan perwira menengah TNI terbaik. Dan hanya dia selain orang Yahudi di Amerika Serikat mendapat satu gelar di universitas ternama semua nilainya sepuluh, tapi disuruh mundur dari militer. Itu yang disayangkan Ruhut.

Ruhut kembali menegaskan sikapnya tidak akan mundur meski itu diminta oleh Ibas. “Aku tidak akan mundur. Aku mundur kalau dipecat. Demokrat bukan partai aku yang pertama tapi partai aku yang terakhir,” tegasnya.

Bahkan, politisi asal Medan ini tak mau disamakan dengan mantan kader PDI Perjuangan Boy Sadikin, yang mundur gara-gara beda haluan di Pilgub DKI Jakarta. “Jadi salah kalau orang bilang aku mau pindah partai. Jangan samakan aku dengan Boy Sadikin, dia maju jadi gubernur tapi gak didukung partainya,” pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono meminta agar anggota partai berlogo mercy yang tidak sejalan dengan perintah partai untuk mengundurkan diri. Ini dikatakan setelah Ketua DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul dan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Hayono Isman tidak akan mendukung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni yang sudah diusung oleh Koalisi Cikeas.

“Kader yang berbeda pandangan untuk mengundurkan diri atau menempuh jalan lain,” ujar pria yang akrab disapa Ibas dalam keterangan tertulis yang diterima JawaPos.com, Selasa (27/9).

Ketua Komisi Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat tersebut juga mengaku, jasa-jasa Ruhut Sitompul terhadap partai yang dinakodai Susilo Bambang Yudhoyono tersebut tidak akan pernah dilupakan.

Terlebih, kata dia, Ruhut sudah mendapatkan partai baru, Ibas yakin jika anggota Komisi III DPR tersebut tetap tidak akan lupa terhadap Partai Demokrat.

“Kecintaan Ruhut yang telah berjuang dan menjadi bagian dalam membesarkan Partai Demokrat tidak pernah pudar pada partai yang disayanginya,” tutup Ibas.

Sementara, Partai Demokrat benar-benar geram dengan manuver Ruhut Sitompul yang lantang membela dan mendukung Ahok pada Pilkada DKI. Rencananya, komite pengawas di partai pimpinan SBY itu memanggil Ruhut.

Wakil Ketua Dewan Pembina PD Agus Hermanto mengatakan, partainya akan meminta klarifikasi Ruhut. “Tadinya hari ini, tapi jadinya besok kalau enggak lusa,” ujarnya di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (28/9).

Bagaimana dengan klaim Ruhut yang yakin SBY selaku ketua umum PD tak akan memecatnya? Agus menyodorkan jawaban diplomatis.

“Nanti rekomendasi dari Komwas akan diberikan ke ketum (SBY) yang akan memutuskan. Kecuali, memang yang bersangkutan mau mengundurkan diri, itu secara pribadi,” ujar Agus.

Lebih lanjut adik ipar Ani Yudhoyono itu menambahkan, keputusan PD mestinya dipatuhi oleh seluruh kader. Dalam berpolitik, katanya, kepentingan pribadi berada pada tingkat paling bawah.

Sedangkan kepentingan parpol adalah hal yang utama dan tinggi kedudukannya. “Yang bisa mengalahkan kepentingan parpol adalah kepentingan bangsa dan negara. Kita ikutin apa yang harus dikatakan parpol,” tegasnya.

Agus juga mengingatkan Ruhut bahwa politikus nyentrik itu bisa melanu menjadi anggota DPR karena PD. “Keberadaan saya ini karena partai politik, semua harus sesuai parpol,” pungkasnya.(jpg/adz)

Exit mobile version