Site icon SumutPos

SPBU-Pertamina Main Mata

BBM Bersubsidi Langka, Diduga Dijual ke Pengusaha

MEDAN-Langkanya bahan bakar bersubsidi, khususnya solar, di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di berbagai daerah di Sumut diduga sarat permainan antara oknum di Pertamina dan pemilik SPBU nakal. Keduanya pihak ditengarai terlibat jaringan mafia penjual BBM bersubsidi ke pengusaha, memanfaatkan disparitas harga.
Hasil penelusuran wartawan koran ini dalam beberapa hari terakhir menunjukkan indikasi permainan para mafia tersebut. Seperti yang terjadi di SPBU Nomor 14.205.1139 di Kecamatan Firdaus, di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum). Di stasiun BBM di Km 58 itu, ribuan liter BBM jenis solar bersubsidi dijual kepada pengusaha tiap harinya.
Beruntung, polisi berhasil mengamankan ratusan derigen di lokasi SPBU. Polisi juga mengamankan sebuah truk BK 9169 YM untuk mengangkut puluhan derigen tersebut. Rencananya, BBM solar dalam derigen berbagai ukuran itu akan dijual kepada sejumlah pengusaha di Sergai.

Modus penyelewengan solar bersubsidi seperti ini dibenarkan pemilik salah satu SPBU di Kota Tebing Tinggi. Pria yang namanya minta dirahasiakan mengatakan, kelangkaan solar karena ada permainan pengusaha baik pabrik maupun transportasi dengan SPBU. Salah satu dampaknya, pasokan solar di SPBU-nya berkurang. Biasanya dalam sepekan truk tangki pengangkut solar empat kali masuk, sekarang dibatasi cuma dua kali masuk. Dan itu berlaku bagi seluruh SPBU di Sumut.

“SPBU kami sekarang dalam sebulannya hanya dipasok 144 ton solar dari Pertamina, sementara dulunya 188 ton per bulan,” jelasnya.

Menurutnya, spekulan atau agen pengusaha yang bermain biasanya terlebih dahulu melobi pihak pemilik SPBU. Nah, setelah terjadi kesepakatan, pengelola SPBU melobi supir tangki yang selalu membawa BBM dari depo Pertamina ke SPBU. Untuk mengelabui masyarakat, mobil tangki yang biasanya memuat 18 ton menurunkan BBM di SPBU sebanyak 10 ton saja. Sedangkan 8 ton akan dijual pengelola SPBU ke pengusaha.

“Ciri-ciri pengelola SPBU yang melakukan kegiatan tersebut, biasanya mobil tangki pembawa solar sengaja datang malam hari, saat sepi. Biasanya lampu listrik SPBU akan dipadamkan supaya jangan terpantau. Bahkan biasanya sang supir diberi uang untuk membawa minyak tersebut menuju pabrik. Rata-rata supir tangki menerima Rp400.000 sekali membawa dari pihak pengelola SPBU,” jelas sumber itu.

Untuk permainan pengusaha dengan pembelian menggunakan derigen dengan cara datang pada malam hari menggunakan truk pengangkutan seperti colt disel yang di dalamnya telah disusun derigen kosong. Lampu SPBU akan dimatikan semua dan hanya di bagian depan yang menyala, langsung pekerja SPBU mengisi derigen tersebut.
“Biasanya pihak pengelola  akan mendapat rata-rata Rp2.000 per derigen, model permainan ini sengaja dilakukan malam hari menjelang pagi sekitar pukul 03.00 WIB,” kata sumber itu.

Sementara permainan di tingkat Pertamina Region I Sumut dengan pihak pengelola SPBU adalah dengan pekerja yang membukakan kran saat mengisi tangki mobil. Menurut sumber pihak SPBU akan membayar Rp300.000 per mobil tangki dengan muatan 18 ton. Hal tersebut untuk melebihkan kadar susut dalam perjalanan.
“Untuk mendapatkan jatah terlebih dahulu pihak Pertamina bagian kran pengisiaan rata-rata diminta Rp300.000 per mobil tangki,” jelasnya.

Madus yang sama juga terjadi di daerah Medan Utara. Tapi, di kawasan ini BBM ditimbun dulu di gudang sebelum dijual ke pengusaha pabrik. Gudang-gudang penimbunan itu ada di Jalan Pelabuhan Raya Kelurahan Belawan Dua, Jalan Platina 1 sebelum pintu masuk pintu tol Belmera Medan Deli, Jalan Kapten Rahmad Buddin, Jalan Andan Sari kawasan lahan perkebunan PTPN II Kelurahan Terjun, kawasan Siombak Jalan Nippon Kelurahan Paya Pasir Medan Marelan, Jalan KL Yos Sudarso Martubung dan di samping Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan.
Modus yang dilakukan para pelaku adalah mendirikan gudang untuk melakukan aktivitas penimbunan. Hampir rata-rata gudang tersebut hanya berdindingkan tepas untuk mengelabui petugas.

Seorang sumber yang namanya tidak mau dikorankan mengatakan, setiap harinya mulai dari pagi hingga malam, puluhan mobil tangki secara bergantian masuk ke dalam gudang. Setelah sebagian muatannya dikeluarkan mobil tangki tersebut keluar lagi. Lebih lanjut sumber itu mengatakan, umumnnya jumlah minyak yang dikeluarkan dari setiap mobil tangki seperampat drum. Seluruh minyak tersebut ditampung dan setelah cukup dikirim ke pabrik untuk dijual.

Sumber itu menjelaskan diduga aksi penimbunan minyak tersebut berjalan mulus karena mendapat dukungan dari sejumlah oknum aparat dan supir mobil tangki itu sendiri. “Para supir tangki akan mendapatkan uang tambahan,” jelasnya.

Seorang karyawan SPBU yang namanya minta tak ditulis mengatakan kelangkahan BBM juga disebabkan karena penyaluran minyak oleh Pertamina tidak lancar.

“Mobil tangki Pertamina sering datang terlambat untuk mengantarkan pasokan minyak sehingga SPBU sering kehabisan stok,” ujarnya.

Menurutnya, selain penyaluran yang tidak lancar kelangkaan BBM juga karena banyak pengusaha  yang membeli minyak di setiap SPBU. Mereka membeli minyak dengan menggunakan jerigen bahkan ada juga yang sampai mengakutnya dengan mobil dan becak.

“Banyak juga yang mengambil minyak dengan jerigen, kalau tidak dikasih mereka mempunyai surat keterangan sebagai pengecer. Jadi kita serba salah juga kalau tidak memberikan,”jelasnya.
Belum lagi, truk-truk yang melintas yang melakukan pengisian hingga penuh.

External Relation Pertamina Region I Sumbagut, Fitri Erika, mengakui adanya permainan pengusaha SPBU. Menurutnya, ada 14 SPBU tak lagi mendapatkan pasokan BBM dari Pertamina karena melanggar aturan seperti yang diinstruksikan pemerintah. Seperti memberikan BBM bersubsidi jatah usaha-usaha kecil, nelayan dan pelayanan-pelayanan publik kepada kepada pengusaha pemilik pabrik besar.
“Jadi usaha-usaha atau masyarakat dengan taraf ekonomi menengah ke atas tak boleh memakai BBM bersubsidi. Hal ini tentunya sudah menjadi perhatian serius bagi kita. Kita juga telah melakukan pengawasan ketat terkait hal ini. Kita juga sudah memberikan imbauan keras kepada seluruh SPBU untuk tak lagi mengisi jerigen. Kita juga sudah mengawasi adanya pengisian BBM berulang-ulang oleh mobil dan pengisian BBM dengan mobil tangki besar. Mengenai hal ini kita akan mempertanyakan kegunaan BBM tersebut,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga telah mengimbau industri atau kapal kargo berbendera asing atau rute luar negeri, untuk membeli BBM non subsidi. “Kita juga mengajak masyarakat untuk hemat BBM bersubsidi dengan membeli Pertamax dengan promo hadiah,” kata Erika.

Lebih lanjut Erika mengatakan, pihaknya juga mengajak masyarakat untuk melaporkan jika menemukan kecurigaan adanya penyalahgunakan BBM bersubsidi di saluran informasi dengan nomor telepon 500000.

Adapun ke-14 SPBU yang diberikan sanksi penghentian suplai tersebut yakni dengan nomor 14.201.121 Medan, 14.202.149 Medan Johor, 14.203.163 Lubuk Pakam Deli Serdang, 14.203.1138 Hamparan Perak Deli Serdang, 14.207.182 Langkat, 14.211.237 Karo, 14.211.241 Karo, 14.212.261 Simalungun, 14.212.252 Sei Rengas Asahan, 14.213.264 Asahan, 14.214.246 Labuhan Batu, 14.214.230 Labuhan Batu, 14.214.280 Labuhan Batu, 14.225.311 Sibuluan Sibolga.

Dia mengatakan, sebenarnya tak ada kelangkaan BBM. Menurutnya Pertamina sudah memasok BBM sesuai kuota bahkan berlebih.

“Ngga ada lagi kelangkaan, bahkan kita sudah menyalurkan BBM over kuota di Sumut. Hingga 31 Mei 2011 lalu untuk premium sudah over tujuh persen sedangkan solar lima persen,” ungkapnya.

Erika juga memaparkan, over kuota penyaluran BBM yang tertinggi di Sumut ada di Tebing Tinggi yang mencapai premium 19 persen dan solar 17 persen. Di bawahnya yakni Sibolga dengan premium 17 persen dan solar 16 persen.
“Nah, kemungkinan yang dimaksudkan langka ini karena adanya stop distribusi ke 14 SPBU dari 302 SPBU di Sumut. Kalau di daerah 14 SPBU tersebut tentunya BBM tak ada lagi, dan akan berlangsung seperti itu hingga ke-14 SPBU tersebut mampu memenuhi persyaratan untuk dapat beroperasi kembali,” katanya.

Polisi: Belum Ada Laporan

Sebenarnya dugaan permainan Pertamina dan pengusaha SPBU yang menjual BBM ke pengusaha sudah nyaring terdengar. Namun, polisi tetap tak berhasil membongkarnya. Polisi hanya menangkap pekerja di lapangan tak pernah berhasil menangkap pengusahanya. Alasan polisi belum menerima laporan.

Kasat Reskrim Polres Tebing Tinggi, AKP Lili Astono SiK ketika dikonfirmasi menyatakan begitu pasokan BBM menghilang dipasaran, polisi telah melakukan penyelidikan terhadap spekulan yang coba-coba bermain.
“Kita telah memantau dan melakukan penyelidikan kepada oknum-oknum yang memanfaatkan kesempatan ini, diakuinya pihak polisi belum menerima laporan atapun hasil penyelidikan bahwa ada pengusaha yang membeli solar banyak untuk ditimbun,” tegas Lili.

Kasat Reskrim Polres Serdang Bedagai, AKP TML Tobing juga mengaku belum ditemukan adanya penimbunan oleh oknum pengusaha SPBU. Tapi, katanya, SPBU yang menjual eceran melalui derigen sudah diambil tindakan. “Tindakan yang dilakukan hanya teguran, karena mengganggu konsumen kendaraan,” terangnya.

Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, AKP Hamam mengaku, menurut data kasus yang ditangani Polres Pelabuhan Belawan untuk tahun ini ada 10 kasus. Kasus yang ditangani itu, sambungnya, umumnya menyelewengkan BBM subsidi kepada pengusaha industri.

“Oknum-oknum itu sudah kami tindak tegas,”tandasnya.

Kapolres Tanah Karo AKBP Drs Ig Agung Prasetyoko menjelaskan, dari hasil penyelidikan polisi belum ditemukan adanya pengusaha SPBU yang menjual BBM ke pengusaha indistri. Meskipun demikian, katanya, polisi akan terus melakukan penyelidikan serta pantauan di lapangan. Dia juga meminta segenap lapisan masyarakat  agar saling  menjaga dan memonitoring perjalanan BBM. “Apabila melihat atau menemukan penyelewengan segera melapor kepada polisi terdekat,” katanya. (uma/mag-3/mag-11)

Modus Penyelewengan BBM Bersubsidi

  1. Pengusaha/pemilik pabrik melobi pengelola SPBU.
  2. Setelah terjadi kesepakatan, pengelola SPBU melobi mobil tangki untuk mengurangi pasokan ke tangki SPBU.
  3. Mobil tangki bermuatan 18 ton akan menurunkan 10 ton solarBBM di SPBU. Sedangkan 8 ton lainnya dijual ke pengusaha.
  4. Supir tangki yang membawa minyak menuju pabrik rata-rata menerima fee Rp400.000.
  5. Pengusaha langsung mebeli solar bersubsidi dengan cara datang pada malam hari menggunakan truk pengangkutan seperti colt disel bermuatan derigen kosong.
  6. Ada juga pengusaha SPBU menimbun solar bersubsidi di gudang sebelum dijual ke pengusaha pabrik. Umumnya gudang tersebut berdinding tepas untuk mengelabui petugas.

Sumber: Pengusaha SPBU dan Hasil Investigasi Sumut Pos

Exit mobile version