Site icon SumutPos

Gempa 6,4 SR Guncang NTB, 15 Orang Tewas

Foto: Fatih/Lombok Post/JPG
Rusak Parah: Inilah salah satu rumah warga Dusun Lauk Rurung Baret yang ambruk akibat Gempa, di dusun Lauk Rurung Baret, Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Minggu (29/7/2018).

MATARAM – Nusa Tenggara Barat (NTB)berduka. Gempa bumi berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR) memporak-porandakan sebagian Lombok dan Pulau Sumbawa. Sebanyak 15 orang meninggal dunia, 162 lainnya luka-luka dan ribuan rumah warga rusak. Gubernur NTB pun menetapkan status tanggap darurat selama lima hari.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB H Muhammad Rum menjelaskan, selama tanggap darurat, semua proses evakuasi dan pengiriman bantuan logistik akan dilakukan. Tim BPBD akan membantu korban bersama tim dari kepolisian, TNI, Dinas Sosial, pemerintah kapaten dan lainnya.

Sore kemarin, tiga truk BPBD berisi logistik bantuan dikirim ke lokasi bencana di Lombok Timur. Semua peralatan bencana, seperti dapur umum, tenda pengungsian, makanan siap saji, pakaian anak-anak, selimut dan sebagainya diangkut ke lokasi bencana. ”Kami kosongkan semua gudang BPBD,” katanya.

Bila tanggap darurat lima hari belum cukup, bisa diperpanjang lagi sesuai kondisi di lapangan. Setelah itu, baru masuk masa transisi menuju pemulihan. ”Sampai benar-benar normal,” kata Kepala Bidang Kedaruatan dan Logistik BPBD NTB Agung Pramuja.

Rum menyebutkan, jumlah korban hingga sore kemarin 15 orang, empat orang dari Lombok Utara, dan 11 orang dari Lombok Timur. Satu orang diantaranya merupakan warga negra Malaysia yang sedang melancong di Sembalun.

Korban meninggal tersebar di Kecamatan Sambelia sembilan orang, yakni Papuk Bambang, 60 Tahun asal Desa Sugin. Zahra, 3 tahun asal Dusun Batu Sila, Desa Dara Kunci,  Adiatul Aini, 27 tahun asal Desa Medain. Herniati, 35 tahun dari Desa Medain. Firdaus, 7 tahun Desa Obel-obel. Mapatul Akherah, 7 thun asal Desa Obel-obel. Baiq Nila Wati, 19 tahun asal Desa Madain. Herli, 9 tahun asal Desa Madain. Fatmirani, 27 tahun juga dari Desa Medain.

Untuk korban luka berat dan ringan di Sambelia dirawat di Lapangan Desa Obel-obel 51 orang, Puskesmas Belanting 62 orang, dan Puskesmas Sambelia 9 orang.

Dua orang korban meninggal lainnya berasal dari Kecamatan Sambalun, yakni Isma, 30 tahun, mahasiswa pendaki gunung asal Ampang, Malaysia serta Inaq Marah, 80 tahun asal Dusun Kokok Putek, Desa Sajang. ”Korban luka di Sembalun 29 orang,” kata Rum.

Empat korban meninggal lainnya berasal dari Kabupaten Lombok Utara, yakni Janiarto 8 tahun asal Dusun Pademare, Desa Sambi Elen, Kecamatan Bayan. Rusdin 34 tahun asal Desa Loloan, Kecamatan Bayan. Sandi, 20 tahun asal Sumbawan meninggal di lokasi kejadian Senaru, dan Natrinep, 11 tahun asal Desa Senaru, Kecamatan Bayan. ”Lainnya 34 orang warga di Bayan mengalami luka ringan,” ungkap Rum.

Korban gempa bumi di Dusun Pademare, Desa Sambik Elen, Nusa Tenggara Barat dirawat di tenda darurat, Minggu (29/7) pagi.

Secara keseluruhan dampak gempa di Lombok  Utara empat orang meninggal,  5 orang luka berat, dan 41 orang luka ringan, sehingga total korban 50 orang. Di samping itu, juga terjadi kerusakan materil berupa rumah rusak berat 41 unit, 74 unit rusak sedang, rusak ringan 255 unit. Masjid rusak 4 unit, musalla 4 unit, sekolah 2 unit, dan Pura 3 unit.

Kerusakan materil juga banyak menimpa warga di Lombok Timur. Seperti di Desa Dara Kunci dan Desa Sagian Kecamatan Sembelia 114 rumah rusak ringan sedang dan rusak berat. Kemudian di Desa Obel-obel 144 rusak berat, dan 110 rusak ringan. Di Desa Belanting 170 unit rusak berat, dan 95 unit rusak ringan. Sementara di Kecamatan Sembalun, rumah rusak berat 25 unit, dan 100 unit rusak ringan.

Langkah yang dilakukan tim BPBD antara lain mengevakuasi korban luka. Korban luka ringan dirawat di tenda kesehatan, sementara luka berat dievakuasi ke RSUD Selong. Sore kemarin, enam orang korban luka dari Bayan dan Sambelia dirujuk ke RSUD Provisi NTB.

Tim juga mendirikan posko dan rumah sakit lapangan, di depan Puskesmas Sembalun, Puskesmas Belanting, dan lapangan depan kantor desa Obel-Obel Sambelia. ”Kami mendirikan posko penanggulangan di kantor Camat Sembalun dan kantor Desa Belanting,” katanya.

BPBD juga mendirikan dapur umum di Kantor Camat Sembalun, Kanto Desa Obel-Obel, dan Kantor Desa Belanting. Sejak kemarin, tenda posko penanganan telah didirikan, tim kesehtan dari Mataram sudah bergabung di posko.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menerangkan, dampak terparah terjadi di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Utara. Tapi selain itu, laporan kerusakan rumah juga terjadi di Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Sumbawa Barat, dan Kota Mataram. Hingga kemarin, pendataan masih dilakukan oleh BPBD.

Sutopo menambahkan, kebutuhan mendesak saat ini adalah tenaga medis, tandu, peralatan kesehatan, kids ware dan makanan siap saji. BPBD dan beberapa instansi lain telah menyalurkan bantuan makanan, air mineral, tenda pengungsi, makanan lauk pauk, makanan tambahan gizi dan lainnya.

Mobilisasi peralatan dan logistik terus dilakukan sejak kemarin. BNPB terus mendampingi BPBD dan mengirimkan bantuan yang diperlukan. Logistik dan peralatan yang ada di gudang BPBD disalurkan untuk membantu korban.

Secara umum, infrastruktur seperti komunikasi, jalan, listrik dan lainnya masih baik. Kementerian Komunikasi dan Informatika memastikan layanan telekomunikasi di kawasan terdampak seperti Kecamatan Sambelia, Kecamatan Sembalun dan Kecamatan Bayan masih aman. Operator Telkomsel dan XL Axiata melaporkan layanan komunikasi seluler tetap dapat digunakan. Sementara jaringan Indosat dan H3I tidak dapat digunakan akibat padamnya lairan listrik. Akibat gempa, PLN perlu melakukan perbaikan jaringan.

Seorang pria mengalami luka di kepalanya setelah tertimpa bangunan akibat gempa di NTB.

 Sampai Sore, 133 Kali Gempa Susulan

Hingga pukul 15.00 Wita kemarin, gempa masih terus terjadi. Badan Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi 133 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 5,7 SR. Karena itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta masyarakat waspada terhadap ancaman gempa susulan meskipun dengan intensitas dan magnitude yang kecil.

”Kami meminta masyarakat tetap waspada namun tetap tenang dan jangan panik,” imguh Dwikorita, kemarin (29/7).

Gempa bumi tektonik mengguncang Lombok, Bali dan Sumbawa pada Minggu pagi  dengan kekuatan 6,4 SR. Gempa yang terjadi pukul 06.47 Wita tersebut terletak pada koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT. Tepatnya berlokasi di darat pada jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram, pada kedalaman 24 km.

Dwikorita meminta masyarakat tidak mempercayai berita hoax pasca gempa. Hingga saat ini BMKG terus memantau perkembangan gempa dari Pusat Gempa Nasional (PGN) Jakarta. Guna mengantisipasi munculnya informasi simpang siur, BMKG melalui akun twitter akan terus menginformasikan perkembangan gempa.

Lebih lanjut, Dwikorita menerangkan, hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi yang terjadi di Lombok merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). Gempa bumi dipicu deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Guncangan gempa dirasakan di daerah Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Mataram, Lombok Tengah, Sumbawa Barat dan Sumbawa Besar pada skala intensitas II SIG-BMKG (IV MMI). Denpasar, Kuta, Nusa Dua, Karangasem, Singaraja dan Gianyar II SIG-BMKG (III-IV MMI). Sementara di Bima dan Tuban II SIG-BMKG (III MMI), Singaraja pada skala II SIG-BMKG atau III MMI dan Mataram pada skala II SIG-BMKG atau III MMI.

Dengan masih adanya gempa-gempa susulan, masyarakat dihimbau tidak menempati bangunan-bangunan yang kondisinya sudah rusak akibat gempa utama. ”Gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” imbuh Dwikorita. (ili/jpg)

Exit mobile version