Site icon SumutPos

Nobar Film G30S/PKI Disuguhi Jagung, Pisang, dan Kacang Rebus

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Ratusan warga nonton bareng film G30 S-PKI yang diadakan oleh Kodim 02/01 BS dan pemko Medan di Lapangan benteng Medan, Jumat (29/9). Nonton bareng tersebut dalam rangka menyambut peringatan hari bersejarah G30 S-PKI.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ribuan warga Medan mengadiri Nonton Bareng (Nobar) Film G30S/PKI di Lapangan Benteng Medan, Jumat (29/9) malam. Masyarakat yang tergabung dari Oganisasi Masyarakat, Ormas Islam, Organisasi Pemuda, Perorangan dan lainnya, terlihat serius menonton film tersebut. Terlebih, mereka mendapatkan snack berupa jagung rebus, pisang rebus dan kacang rebus yang dibungkus dengan plastik kresek yang dibagi-bagikan prajurit TNI-AD.

Acara dimulai dengan doa, dipimpin Buya Amirudin MS. Selanjutnya, Ketua MUI Kota Medan, M Hatta memberi kata sambutan. Setelah itu, MC menyatakan film akan diputar yang disambut tepuk tangan ribuan orang yang hadir. Kemudian, lampu dimatikan, disusul menyalanya layar besar menampilkan film G30S/PKI. “Film ini menggambarkan tentang sejarah kelam yang pernah terjadi di Negara kita pada 52 tahun silam,” ujar Hatta dalam sambutannya.

Lebih lanjut, disebut Hatta, salah satu fungsi film adalah memberi informasi. Termasuk film G30S/PKI, dikatakannya untuk memberikan informasi kepada masyarakat seluas-luasnya, bahwa di Indonesia pernah terjadi kenistaan yang dilakukan oleh PKI. Disebutnya, kejadian itu tidak hanya membuat gugurnya anak Bangsa yang terbaik, namun juga turut menghancurkan budaya masyarakat di Infonesia yang sangat dijunjung tinggi di dalam mencintai NKRI. “PKI menanamkan yel-yel di tengah masyarakat, untuk anti kepada Tuhan. Kalimat yel-yel agama adalah racun sering digembar-gemborkan Pemuda Rakyat dan Gerwani di mana-mana, ” sambung Hatta.

Kemudian dikatakan Hatta yang dilakukan PKI adalah adu domba di tengah-tengah masyarakat, sehingga masyarakat merasa tidak memiliki pemimpin di tengah-tengah kehidupan. Selanjutnya, disebut Hatta jika Ummat beragama, di mana-mana dihina serta Al-Quran diinjak-injak dan dicincang oleh PKI. Dikatakan Hatta, pada tahun 1948 di Madiun, Ulama dan Tokoh Masyarakat yang dianggap anti terhadap Komunis, dibunuhi.

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Ratusan warga nonton bareng film G30 S-PKI yang diadakan oleh Kodim 02/01 BS dan pemko Medan di Lapangan benteng Medan, Jumat (29/9). Nonton bareng tersebut dalam rangka menyambut peringatan hari bersejarah G30 S-PKI.

“Pada 1965 merupakan klimaks atas kekejaman mereka yang menurut saya sangat dilaknat Allah SWT. Namun Allah akhirnya menunjukkan Kuasa-Nya. Masyarakat yang tadinya tercekam oleh kaum ateis itu, akhirnya bangkit, tanpa dikomandoi, mengikis habis PKI beserta antek-antek dari Sumatera Utara. Semua menunjukkan patriotisme kebangsaan yang luar biasa. Terlebih ditopang oleh TNI, ” lanjut Hatta.

Sebelum mengakhiri, Hatta menyebutkan, jika 8 tahun belakangan, sejarah bangsa mau coba dibelokkan oleh sekelompok orang. Dikatakan Hatta, hal itu bertujuan untuk menafikan apa yang telah dilakukan oleh musuh Bangsa, yakni PKI. Namun, Hatta mengaku senang mendengar pernyataan dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo yang telah menyatakan, bahwa PKI adalah organisasi terlarang di Negeri ini.

“Untuk itu kita minta kepada Pemerintah, bersama-sama dengan masyarakat, menggalang persatuan dan kesatuan, menghilangkan paham ateis, anti Tuhan yang kita lihat belakangan ini mencoba muncul kembali, ” tandas Hatta.

Sebelumnya, Kepala Penerangan Kodam I/BB, Kolonel Inf Edi Hartono menyebut, pemutaram Film G30S/PKI sebagai suatu bentuk pemahaman perjalanan sejarah Bangsa. Dengan memahami sejarah Bangsa, disebutnya akan tahu identitas dan jati diri sebagai Bangsa Indonesia. Begitu juga dikatakan Edi untuk memperkokoh ideologi Pancasila yang sangat tepat bagi Bangsa Indonesia yang beraneka ragam, dari rongrongan ideologi lain.

” Agar masyarakat tahu bagaimana Komunis itu. Selama ini tidak pernah melihat, apalagi anak-anak muda kita karena sejak tahun 1998, film ini tidak lagi diputar, ” ujar Edi. (ain/adz)

Exit mobile version