Site icon SumutPos

Kendalikan Perilaku Shopaholic

MEDAN – Perilaku konsumtif wanita lebih tinggi dari pada kaum pria. Konsumtif merupakan keinginan seseorang untuk mengkonsumsi barang- barang yang kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Pada umumnya, kebiasaan konsumtif ini didasari oleh faktor gengsi.
Direktur Biro Psikologi PERSONA, Irna Minauli mengatakan pengendalian diri sangat penting. Banyak orang merasa tidak puas, iri, dan ingin mendapat sesuatu dengan cara yang mudah. Jika dilihat secara psikologi, perilaku shopaholic ini dianggap tidak wajar. Karena seorang wanita yang tidak dapat mengendalikan perilaku konsumtifnya adalah ciri orang yang merasa tidak bahagia.

“Memang perilaku shopaholic ini lebih rentan pada wanita. Namun wanita yang memiliki pola perilaku konsumtif ini karena merasa tidak bahagia dalam hidupnya dan dirinya sendiri. Sehingga untuk mencari pelarian, mereka membeli barang-barang yang sebenarnya tidak begitu penting untuk mendapat kepuasan tersendiri,” kata Irna, Senin (30/1).

Menurutnya, perilaku itu merupakan kompensasi dari rasa tidak bahagia tersebut. Seorang wanita yang memiliki sifat shopaholic ini ingin terlihat menonjol dan mendapat perhatian lebih dari orang lain. Mereka tidak mampu membedakan mana yang merupakan kebutuhan dan yang mana keinginan.
Ditambahkannya, meskipun seseorang memiliki materi yang lebih, namun kebahagiaan bukanlah bersumber dari materi tersebut. “Seorang wanita kelas atas atau memiliki uang yang banyak belum tentu merasa bahagia. Karena mungkin saja hubungan dalam keluarga atau pasangannya kurang harmonis sehingga mengakibatkan dia berperilaku shopaholic,” jelasnya.

Selain itu, katanya, kelompok usia remaja sangat potensial berperilaku shopaholic. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. “Remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut -ikutan teman, tidak realistis,dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Dikalangan remaja yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi yang cukup berada, terutama di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang beredar,” ucapnya.

Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga membuat para remaja merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya. “Wanita senang berbelanja produk fashion untuk menunjang penampilannya sehingga tanpa disadari cenderung konsumtif. Apalagi bagi wanita karier yang dituntut untuk tampil lebih menarik dengan penampilannya karena akan lebih dihargai, popular dan menunjang kariernya,” terangnya.

Untuk itu, lanjutnya, orangtua harus mengajarkan kecerdasan finansial pada anaknya sejak kecil. “Perilaku konsumtif ini juga berhubungan dengan pola asuh keluarganya. Solusinya, anak-anak harus diajarkan untuk menggunakan uangnya secara cermat dan mampu memanajemen keuangannya dari kecil. Ini sangat penting dilakukan, agar anak-anak tau untuk mengelola keuangannya dan tidak terpengaruh untuk berperilaku konsumtif,” bebernya. (mag-11)

Exit mobile version