Site icon SumutPos

Tubuh Korban Lebam, Kepala Luka di Kiri dan Kanan

Foto: Moral Sitepu/Sumut Pos Korban tewas dalam bentrok antara warga Desa Lingga Karo dengan aparat kepolisian, dalam aksi demo di Polres Karo, Jumat (29/7/2016).
Foto: Moral Sitepu/Sumut Pos
Jenazah Abdi Saputra Purba, korban tewas dalam bentrok antara warga Desa Lingga Karo dengan aparat kepolisian, dalam aksi demo di Polres Karo, Jumat (29/7/2016), ditangisi sanak keluarga.

KARO, SUMUTPOS.CO – Histeris, jerit tangis sontak pecah saat jenazah Abdi Saputra Purba (28) tiba di kampung halamannya di Desa Budaya Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Sabtu (30/7) sekira pukul 17.00 WIB petang.

Abdi Saputra Purba (26) , korban tewas saat terjadinya bentrok antar ribuan warga Desa Lingga dan ratusan personel polisi.  Aksi warga desa yang melakukan penyerangan ke Markas Komando (Mako) Polres Karo, Jumat (29/7) malam.

Keluarga dan warga desa di Jambur (Losd) Desa Lingga didampingi Kepala Desa Lingga, Serpis Ginting dan beberapa perangkat desa saat menyambut jasad korban yang berada di dalam peti jenazah, untuk acara adat.

Amatan wartawan, di sekujur tubuh korban terlihat beberapa luka dibagian wajah, bibir pecah, luka lebam dan bocor di bagian kepala. Menurut warga, luka di bagian kepala korban sangat mencurigakan karena luka tersebut seperti luka tembusan yang terdapat di bagian kiri dan kanan kepala.

“Malam ini, kami akan memeriksa kondisi jenazah korban. Apakah ada tanda-tanda yang mencurigakan. Jika ada, jasad korban akan kembali dibawa ke Medan untuk diotopsi ulang guna memastikan penyebab kematiannya,” tegas Kepala Desa Lingga, Serpis Ginting saat ditemui di Jambur Desa Lingga.

Menurutnya, sesuai keterangan pihak Propam Poldasu yang tiba di Desa Lingga siang tadi, hasil otopsi jasad korban akan terbit seminggu ke depan. Jika merasa tidak puas atas hasil otopsi nantinya, pihak keluarga dapat mengajukan otopsi ulang dan bebas memilih tempat dilakukannya otopsi terhadap jasad korban.

“Tadi Propam Poldasu sudah datang ke sini (Desa Lingga) untuk meminta keterangan para saksi, para korban dan barang bukti terkait peristiwa bentrok tadi malam. Rencananya, jenazah korban akan dikebumikan Minggu (31/7) sore,” ungkapnya

Dikatakan, terkait bentrokan yang terjadi antara warga desanya dan aparat kepolisian, pihaknya akan membawa kasus ini ke ranah hukum. Sebab, peristiwa ini telah memakan korban jiwa dan korban luka.

Dipaparkan, insiden malam itu, mengakibatkan 21 orang warga Desa Lingga menjadi korban, termasuk korban tewas, Abdi Saputra Purba. Kemudian korban luka di antaranya, Ganefo Tarigan (kritis), Juslim Tarigan, James Sinulingga, Payo Sinulingga, Bp. Tarjan Sinulingga, Veri Sinulingga.

Selanjutnya, Jesaya Ginting, Sejahtra Tarigan, Suyitno Sitepu, Risformi Sitepu, Anugerah Ginting, Modal Sinulingga, Acon Sinuraya, Imanuel Sembiring, Nd. Riva beru Sembiring, Karim Sinulingga, Julita beru Tarigan, Pilmon Manik, Sri Ulina beru Purba dan Nita Sari beru Tarigan.

“Ganefo Tarigan hingga saat ini masih dalam kondisi kritis dan masih mendapatkan penanganan medis di RSUP H. Adam Malik Medan. Akibat luka yang sangat serius yang dideritanya, ia terpaksa menjalani operasi. Ia memiliki lima orang anak dan sehari-hari bekerja sebagai petani,” jelas Serpis.

Amatan terakhir, suasana duka atas kematian Abdi Saputra Purba, masih menimbulkan situasi mencekam dan ‘panas’ di Desa Lingga. Warga bersama sejumlah perangkat desa terlihat masih berkumpul disekitaran Losd Desa Lingga.

Pergi Pagi, Pulang Malam
Sosok Abdi Purba yang dikenal periang dan mudah bergaul, membuat warga desanya merasa kehilangan atas kepergian putra tunggal pasangan Mansur Purba dan Tamulina beru Ginting ini. Baik, tidak banyak tingkah, gigih bekerja! Demikian diterangkan warga.

“Abdi ini orangnya sangat baik, nggak banyak tingkahnya. Setiap hari dia bekerja di ladang supaya dapat menafkahi ibunya. Mereka hanya tinggal berdua di rumah, orangnya pekerja keras. Kalau dia kerja di ladang, pergi pagi dan pulang malam. Malam hari barulah dia datang ke kedai kopi,” tutur warga desa setempat, Asean Sembiring.

Dirinya berharap, agar kasus kematian Abdi Purba dapat diusut tuntas dan ditangani secara netral oleh pihak yang berwenang.

Kasus ini harus diusut tanpa adanya kekeliruan. Kami sangat berharap agar kasus ini diketahui oleh Kapolri (Jenderal Pol Tito Karnavian) dan Menteri Hukum dan HAM (Yasonna Laoly),” harapnya.

Warga Tolak Bupati Karo

Warga Desa Lingga menolak kehadiran pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo dalam hal ini Bupati Karo Terkelin Brahmana SH bersama jajarannya serta Muspida Karo. Hal ini menyusul adanya rencana Pemkab Karo untuk melayat jasad korban yang rencananya akan dikebumikan besok.

“Kami dengan tegas menolak kehadiran Bupati Karo bersama jajarannya dan Muspida Karo untuk datang ke desa kami besok, terlebih untuk aparat Polres Karo. Sejak adanya penolakan kami atas rencana relokasi mandiri di desa ini, mereka sama sekali tidak berpihak kepada kami. Jelas terlihat adanya diskriminasi,” cetus beberapa warga desa.

Mereka menilai, dalam permasalahan lahan relokasi mandiri itu, Bupati Karo tidak bijak dalam menuntaskan permasalahan tersebut. Terlebih, kata mereka, persoalan tersebut memiliki kerawanan dan tingkat konflik yang sangat tinggi.

“Ketegasan Bupati Karo dalam masalah ini benar-benar tidak ada. Kenapa disaat kami melakukan penolakan, Bupati Karo malah menghilang. Bupati Karo tidak dapat membuat keputusan atas rencana itu,” jelas mereka.

Disebutkan, buntut kemarahan warga sore itu hingga merusak dan membakar pos polisi dan alat berat excavator (beko), diakibatkan atas ketidakadilan pihak berwenang.

“Contohnya, sebelumnya kami telah membuat pengaduan atas dugaan pengrusakan lahan pertanian warga dan jalan menuju pemakaman di lahan tersebut. Namun pengaduan kami tidak diterima oleh Polres Karo. Demikian juga laporan warga atas pengrusakan pagar batas jalan menuju desa yang dilakukan pihak pengembang, juga tidak diterima mereka,” papar mereka.

Lebih jauh diungkapkan, seputar peristiwa pembakaran pos polisi di lahan tersebut, personel Polres Karo juga telah mengamankan sejumlah warga dari dalam kawasan desa. Menurut mereka, para warga yang diamankan mayoritas tidak mengetahui permasalahan.

“Kebanyakan warga yang diamankan sore itu di desa kami, sama sekali tidak mengetahui duduk permasalahan. Mereka baru saja pulang dari ladang, kenapa mereka diangkut oleh polisi ke dalam mobil dan dibawa ke Polres Karo? Ini kan tidak wajar,” cetus mereka. (Moral Sitepu)

Exit mobile version