Site icon SumutPos

Tetap Semangat Meskipun Puasa

Ngatiran, Petugas Pos Kereta Api 9 Jalan Mandala By Pass

Panas yang membakar, Selasa (2/8) siang itu tak mengurangi kewaspadaan Ngatiran (50). Petugas pos kereta api ini pun tetap semangat meskipun, menjalankan ibadah puasa.

INDRA JULI, Medan

Setelah berjabat tangan dan berkenalan sekilas, Ngatiran yang ditemui di Pos 9 Jalan Mandala By Pass mendadak berdiri sigap. Keberadaan Sumut Pos pun sekilas terabaikan. Peluit yang tergantung di jendela segera diambil kemudian ditiup berulang-ulang. Mengingatkan kedatangan kereta api kepada masyarakat yang masih juga terlihat hilir-hudik di lintasan kereta. Palang pintu lintasan seolah tak ada, tak peduli dengan ancaman yang kian mendekat.
Wajah Ngatiran pun terlihat tegang lalu berangsur reda kala kereta api sudah melewati bangunan pos yang ditempatinya tepat pukul 13.52 WIB. Empuknya tempat duduk baru bisa dinikmati kala palang pintu lintasan kembali terangkat.

“Tadi sudah dua kali kereta lewat, ini yang ketiga. Karena memang saya sudah dari tadi sampai di sini. Insya Allah, sampai detik ini saya masih tahan (puasa, Red),” ucap Ngatiran yang siang itu mengenakan seragam dinas dan lobe rajut berwarna coklat dan putih di kepala.

Sebagai umat muslim, Ngatiran pun bertekad melaksanakan ibadah di bulan Ramadan. Selama 30 hari menahan godaan terhadap lapar, dahaga, dan nafsu duniawi lainnya. Di tengah tuntutan dari tanggungjawab besar sebagai penjaga pintu lintasan kereta api yang dikenal dengan penjaga pintu neng-nong. Tantangan baru bagi eksistensinya dalam kehidupan fana ini dalam pemahaman yang sangat sederhana pula.

Ya, meskipun dapat giliran masuk siang tepatnya pukul 14.15 WIB, Ngatiran mengaku sudah tiba di Pos 9, posnya bertugas dari Senin hingga Rabu itu pukul 13.30 WIB. Melanjutkan jadwal temannya yang memiliki keperluan mendadak untuk diselesaikan. Untuk itu pukul 12.45 WIB Ngatiran sudah memacu sepeda motor Yamaha Vega R dari kediamannya di Jalan Rahayu Dusun XI Desa Sungai Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan.

“Pengaruh kediaman saya jauh. Jadi lebih cepat berangkat dari rumah dan sampai nya juga lebih cepat. Tapi memang saya nggak pakai perhitungan kalau bekerja. Apalagi ada teman yang minta pertolongan, kita harus pengertian kan. Apalagi di bulan Ramadan saat kita melatih diri untuk beramal,” tutur Ngatiran bersemangat.

Hal itu pun diterapkan di setiap tahap pekerjaan yang dilakoni Ngatiran sejak 1990 silam. Dimulai dari perbaikan jalur kereta api selama tujuh tahun sebelum lulus seleksi untuk ditempatkan sebagai penjaga pos lintasan.

Sebagai petugas perwakilan, pria lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) ini ditugaskan di dua pos yaitu Pos 8 di Jalan Aksara setiap Kamis hingga Sabtu dan Pos 9 di Jalan Mandala By Pas setiap Senin hingga Rabu. Bergantian dengan sift siang dan malam hari.

20 tahun menjalani pekerjaan saat ini dengan senang hati, tidak sedikit peristiwa, baik suka juga duka yang dialami. Memberi sebuah pemahaman akan peranannya di kehidupan ini sebagai penjaga keselamatan masyarakat di seputar lintasan kereta api.

Meskipun terkadang harus menanggung resiko seorang diri dikarenakan beberapa pejabat yang acuh. Belum lagi rasa ngantuk dan sikap bandel masyarakat yang tetap melintas meskipun palang pintu lintasan sudah diturunkan.
“Pernah waktu saya dinas pagi ada warga yang berjalan kaki di lintasan kereta api, keretanya diparkirkan di pinggir palang. Terseret sampai 100 meter. Juga orang tua yang tidak mau keluar dari lintasan meskipun sudah ditarik warga. Artinya saya tidak boleh kompromi. Karena teledor sedikit saja, nyawa orang melayang. Lihat warga yang bandel gini saya sebenarnya trauma,” kenangnya.

Anehnya, selama Ramadan, Ngatiran mengaku tidak menemui kendala dalam menjalankan tugasnya. Rasa kantuk yang kerap membuatnya terlena misalnya, tak pernah datang selama dirinya tetap berpuasa. “Justru selama Ramadan sejak dulu saya tidak ada gangguan. Aman-aman saja. Karena memang, kita berpuasa bukan untuk melupakan tugas-tugas kita di dunia ini. Justru dengan tekun berpuasa kita mendapat pertolongan dari Allah,” pungkasnya.(*)

Exit mobile version