Site icon SumutPos

Sedih Tak Bisa Pakai Baju Loreng Lagi

Sahur Bersama Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Sumut, DR H Asren Nasution

Memasuki pekan kedua Ramadan, Tim Sahur Sumut Pos berkesempatan sahur di rumah Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Sumatera Utara, DR H Asren Nasution di Jalan Eka Suka Kecamatan Medan Johor.

RUDIANSYAH, Medan

Pukul 03.30 WIB Tim Sahur Sumut Pos keliling-keliling mengitari Jalan Eka Suka Medan. Setelah mencari dan mengitari kawasan itu akhirnya Tim Sahur Sumut Pos sampai di rumah Kepala Dinas Infokom Sumut DR H Asren Nasution. Rumah permanen berarsitektur melayu itu berada paling pojok sebelah kanan ujung jalan buntu.

Petugas jaga malam yang sudah menunggu Tim Sahur Sumut Pos mempersilakan naik ke lantai dua. Asren Nasution pun menghampiri Tim Sahur Sumut Pos. Sambil menunggu makan-sahur, Asren Nasution ngobrol dengan Tim Sahur Sumut Pos.

Di ruangan tamu lantai dua berukuran 5X7 meter, ada kursi terbuat dari kayu khas Jawa dan di dinding sebelah kanan terdapat foto Asren Nasution berukuran besar berseragam loreng dan baret hijau. Sedangkan di sisi sebelah kiri terpajang foto ketika Asren Nasution berjabat tangan dengan KASAD yang ketika itu masih dipegang Jenderal TNI George Toisutta.

“Sudah haram saya memakai pakaian loreng dinas TNI, saya sudah tidak anggota TNI lagi. Saya sudah tidak Kolonel lagi. Kalau dilihat-lihat, saya sedih juga sudah tidak bisa lagi memakai seragam TNI. Namun semua itu ada hikmahnya dan ini mungkin sudah kehendak Allah SWT,” katanya. Menurutnya, pilihannya itu sudah direstui oleh KASAD. “Inilah metode Allah mendidik saya belajar menghormati diri orang, yang biasanya diri kita dihormati,” katanya.

Asyik ngobrol, tiba-tiba istri Asren mengajak makan-sahur. Hidangan sederhana berupa telur dadar, sop ikan sambal dan sayur bayam merah serta kurma sudah terhidang di atas meja ruang makan. Hidangan sederhana ini menjadikan cerminan bagi Asren Nasution dalam menjalani hidup sehari-hari. “Beginilah hidangan santapan sahur kita. Tidak ada yang spesial. Kita juga bersyukur dapat menikmati hidangan ini dibandingkan saudara-saudara kita yang nasibnya kurang beruntung,” ujar Buya, panggilan akrab Asren Nasution didampingi istri dan tiga orang putranya.

Sambil makan sahur, Asren melanjutkan cerita, ia harus membiasakan pada keluarga dan anak-anaknya untuk hidup sederhana. “Ini yang saya tekankan pada anak-anak agar mereka bisa hidup sederhana. Saat sahur ataupun berbuka puasa, tidak serta merta menikmati hidangan yang penuh dengan kemewahan yang pada akhirnya mubazir. Di zaman Nabi Muhammad SAW berbuka puasa cukup dengan segelas air putih dan sebiji kurma,” ujar Asren.

Menurutnya, bangun tengah malam menjelang sahur bukan hanya untuk mengisi perut. Tapi bangun tengah malam bisa mengubah atau menempah diri agar tidak melenceng esok harinya.

“Makanya berbuka ataupun sahur saya tidak pernah hura-hura atau seremonial saja. Namun makan sahur menempa jiwa dan roh kita. Inilah yang saya tekankan kepada anak-anak,” kata Asren.

Menurutnya, yang berpuasa itu bukan perut, bukan kerongkongan akan tetapi yang puasa itu jiwa. Nabi Muhammad juga menyatakan, sahur itu juga cukup dengan air putih dan makan dengan apa adanya.

Usai makan sahur Asren Nasution mengajak Tim Sahur Sumut Pos kembali ke ruang tamu untuk menikmati teh manis panas. Tak berselang lama waktu subuh pun tiba, Tim Sahur Sumut Pos pun pamit pulang. (*)

Exit mobile version