Site icon SumutPos

Poldasu Diragukan Hadapi Kecurangan

JAKARTA-Banyaknya laporan kecurangan pada Pemilu 2009 lalu, kemungkinan besar akan terulang pada Pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara 2013 mendatang. Padahal laporan-laporan tersebut telah disampaikan hingga ke Mabes Polri. Namun meski demikian, dipastikan Sumut memiliki banyak figur yang mampu memimpin masyarakat menuju lebih baik.

Demikian diungkapkan tokoh masyarakat Sumut di Jakarta yang juga merupakan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S.Pane kepada koran ini di Jakarta, kemarin. “Melihat dinamika politik yang begitu tinggi di Sumut saat ini, bisa jadi Polda Sumut tidak akan mampu mengatasi kecurangan-kecurangan yang ada nantinya.” Argumen Neta mungkin cukup beralasan. Pasalnya sebagaimana IPW bersama Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) pada 2009 lalu, telah melaporkan tingginya angka kecurangan pemilu ke Mabes Polri. “Mereka (Barekrim Mabes Polri) begitu serius awalnya. Tapi tidak satu pun yang diproses. KPUD seakan-akan kebal hukum. Jadi ini mungkin akan terulang lagi dalam pilkada Sumut. Ini situasi politik kita,”ungkapnya.

Situasi politik dimana ketidakpuasan masyarakat pada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD), sudah menjadi gejala di seluruh wilayah NKRI. “Sepertinya terhadap laporan-laporan tersebut, polisi tidak mau repot. Karena akan berhadapan dengan partai-partai politik. Akhirnya dibiarkan mengambang sekian lama, hingga masyarakat lama-lama lupa akan hal tersebut.” Untuk itu agar Pilgub Sumut berjalan lancar, ia berharap Polda dan KPUD dapat menjalankan tugas sesuai aturan yang telah ditetapkan. Jangan sampai justru menjadi pemain dan membantu adanya kecurangan-kecurangan.

Demikian juga ia berharap pada calon-calon yang hendak maju. “Kita berharap mereka dapat bermain secara fair.” Ketika ditanya siapa kira-kira tokoh yang tepat memimpin Sumut, Neta tidak mau menyebut nama. Padahal mungkin saja tokoh tersebut cukup layak memimpin dan membawa perubahan di Sumut. Alasannya sederhana, karena ia khawatir belum apa-apa disebut melakukan kampanye. Namun meski demikian, Neta mengakui jika sebenarnya ada cukup banyak tokoh asal Sumut yang layak menjadi pemimpin. Apalagi tokoh asal Sumut banyak yang menjadi figur nasional. “Sumut itu kan Indonesia kecil dan dia (sumut) multi etnis. Karenanya menurut saya, kepala daerah harus punya wawasan nusantara yang mampu mengadopsi semua etnik yang ada,”ungkapnya.

Untuk itu sebagai masukan, Neta berharap masyarakat dapat memilih sosok yang benar-benar mempersatukan. Jangan justru memilih karena imbalan yang belum jelas maksud dan tujuannya. “Kendala utama dalam Pilkada-Pilkada saat ini, bagaimana kita melihat politik transaksional. Artinya, partai politik tidak mau repot sehingga cenderung akhirnya berdagang. Sehingga mengesampingkan kemampuan dari figur-figur yang ada. Ini benar-benar tidak mendidik menurut saya. Makanya janga heran ketika sosok tersebut terpilih, ia tidak lagi loyal terhadap partai. Demikian juga kepada masyarakat yang dipimpinnya. Sebab ia merasa telah membeli untuk menempati jabatan tersebut. Jadi rakyat Sumut harus kritis dalam memilih calon yang tepat,”ungkapnya.

Bicara sosok bakal calon gubsu, Ketua DPN MPI, Meher Ban Shah malah punya kriteria dianggap lebih realistis. Dari kacamata MPI, sosok yang pantas mengabdikan dirinya untuk melayani masyarakat Sumut sebaiknya dari latar belakang PNS atau TNI/Polri. “Mereka paling berpengalaman menjadi abdi negara,” sebut Meher di rumahnya di Komplek Setiabudi Indah, Jumat (30/3).

Bagaimana calon dari kalangan pengusaha? Pria yang acap disapa Ketum ini langsung menyatakan tidak pantas. Menurutnya, kalangan pengusaha tidak mampu menyelami kehidupan rakyat yang mayoritas dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Pengusaha diidentikkannya seperti sosok yang berada di dekat makanan yang ditutup tudung saji dan diletakkan di meja. “Berada di luar tudung saji saja, makanan bisa berpindah. Apalagi dia masuk kedalam,” ujarnya berpilosofi.
Meski demikian, Meher tidak mau menyebut kriteria lebih khusus, apalagi menyebut nama. “Saya tidak berwenang. Nanti malah dijadikan arah angin pulak,” katanya memberi alasan.(gir/tms)

Exit mobile version