Site icon SumutPos

Naik Hercules, Warga Sipil Bayar Rp800 Ribu

Foto: Reuters Ekor pesawat Hercules C-130B yang jatuh di Medan, tampak dari atas, Selasa (30/6/2015). Penumpang sipil pesawat ini dikenai biaya Rp800 ribu.
Foto: Reuters
Ekor pesawat Hercules C-130B yang jatuh di Medan, tampak dari atas, Selasa (30/6/2015). Penumpang sipil pesawat ini dikenai biaya Rp800 ribu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pesawat jenis Hercules milik TNI Angkatan Udara besar dugaan dikomersilkan. Pasalnya dari beberapa keterangan keluarga dan sanak saudara korban, diungkapkan ada dikutip bayaran untuk bisa naik ke pesawat tersebut.

Kepada Sumut Pos, Selasa (30/6) malam, Ibnu Alian, sanak saudara dari korban pesawat jatuh yakni Irma Anggraeni (19), membeberkan hal itu. Meski tidak mendapat cerita langsung soal pembayaran, namun bukan kali perdana Irma menumpangi jenis pesawat dimaksud untuk mengunjungi orangtuanya sekaligus berlibur di Natuna Kepulauan Riau.

“Saya dengar ayahnya membayar Rp1 juta untuk bisa menumpangi pesawat tersebut,” katanya di RS Adam Malik Medan.

Ibnu merupakan ipar dari ayah Irma, yang diduga menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat Hercules. “Irma ini keluarga dari istri saya. Ayah dia satu bapak dengan istri saya. Mereka asli Kutacane,” katanya.

Diungkapkan Ibnu, ayah Irma yang bernama Khairul bekerja sebagai wiraswasta di Natuna. Sementara Irma bersekolah di Kutacane, Aceh. Setiap musim liburan sekolah, Irma kerap berlibur ke Natuna sembari bertemu dengan orangtuanya yang kerja di sana. “Sejak kemarin malam dia berangkat dari Kutacane menuju Medan via darat. Kalau dia sempat singgah ke rumah kami, mungkin gak seperti ini kejadiannya,” tuturnya.

Menurut Ibnu, Irma tidak kali ini saja menggunakan transportasi pesawat Hercules milik TNI AU, sebelumnya, sulitnya Medan yang ditempuh membuat pesawat tersebut jadi pilihan. “Kalau dari Natuna ke Medan dengan transportasi laut memakan waktu hingga dua minggu. Mungkin dia tahu ada transportasi dari TNI AU ini karena kenalannya, kami pun kurang tahu,” ucapnya.

Ibnu juga memastikan, Khairul bukanlah prajurit TNI melainkan sipil wiraswasta. Menurutnya, kepulangan Irma ke Natuna untuk melaporkan kepada orangtuanya bahwa dia ingin melanjutkan kuliah. Irma merupakan satu dari tiga anak Khairul “Dari informasi bapaknya, ketika sudah berada di pesawat, Irma sempat memberi kabar bahwa sudah di pesawat dan mau take off melalui sms,” katanya.

Setelah menerima pesan singkat anaknya, ia coba menghubungi sang buah hati namun tak kunjung dijawab. Alhasil ia menelepon Ibnu guna memastikan kondisi Irma. Hal itu pula yang melatarbelakangi Ibnu dan keluarga datang ke RS Adam Malik tadi malam.

Sementara itu, keluarga korban lainnya, S Sihombing juga tidak bisa menahan tangisnya. Sembari menujukkan foto keponakannya, Ester Yosephine Sihombing, siswi kelas III SMA Ignatius dan Yunita Sihombing yang masih duduk di kelas II SMP Ignatius Medan.

Katanya, kedua keponakannya tersebut ingin mengunjungi ayahnya yang bertugas sebagai Babinsa di Pulau Natuna. Lanjutnya, kedua keponakannya membayar tiket masing-masing sebesar Rp800 ribu per orang. Jadi totalnya Rp1.600.000. “Kalau naik pesawat komersil satu jutaan satu orang, mahal. Makanya mereka naik pesawat tersebut,” ujarnya.

Sementara itu, A Sihombing juga tidak bisa menahan jeritannya. Anaknya, Risma yang baru saja tamat SMA berencana akan mengunjungi kakaknya yang bekerja di Natuna, ikut menjadi korban. “Anak saya baru kali ini naik pesawat ini, dia ditawari temannya. Anak saya bayar Rp900 ribu,” ujar warga Batubara ini.

Warga sipil dari Natuna juga disebut ikut di penerbangan itu. Ada empat mahasiswa Ranai dikabarkan ikut penerbangan Hercules tersebut. Keempatnya merupakan lulusan SMA Negeri I Ranai. Mereka adalah Sugiono, Viki, Jefry, dan Anand.Dari Polres Natuna juga ikut berduka. Salah seorang anak perwira Polres Natuna yang biasa disapa Pak Lukmin, tercatat ikut di penerbangan tersebut. Dikonfirmasi Tanjungpinang Pos (grup Sumut Pos), Lukmin mengatakan, dia sudah lama tak jumpa anaknya yang kuliah di Pekanbaru. Anaknya ingin jumpa dan karena transportasi dari Pekanbaru ke Natuna susah, maka dia lewat Medan dengan menumpang pesawat Hercules yang nahas tersebut. “Saya sudah ikhlas. Tapi kalau bisa saya berharap jenazah anak saya dikebumikan di Pekanbaru,” jawab Lukmin yang sudah pasrah.

Kasau Sebut Korban Keluarga TNI
Kepala Staf Angkat Udara, Marsekal Agusa Supriatna, ketika dikonfirmasi soal Hercules berbayar dan mengangkut warga sipil, langsung memberikan bantahan. “Tidak ada itu, tidak benar. Informasi dari mana? Ngarang itu,” sangkal Agus.

Disebutnya, kalau warga sipil yang turut menjadi korban dalam kejadian itu adalah keluarga dari personel. Disebutnya, hal itu memang biasa dilakukan. Namun, diakui Agus kalau pihaknya masih menyelidiki jumlah personel yang turut membawa keluarga dalam kejadian itu. Dijelaskan Agus, pengangkutan manusia dengan pesewat Hercules type B, hanya boleh, bila ada perintah dari dirinya dan pimpinan TNI-AU.

“Kalau ada dikomersilkan, kita pecat komandannya. Ini lagi kita investigasi. Kita ingin secepatnya. Namun saksi dan bukti sudah tidak ada, sehingga kita hanya mengandalkan pengamalan kita dari kejadian sebelumnya seperti di Condet dan Magetan,” ungkap Agus melanjutkan penjelasannya.

Atas kejadian itu, Agus juga menyebut kalau operasi pesawat tipe B, oleh pihaknya, dihentikan. Disebutnya, penghentian itu sampai masalah yang mengakibatkan kejadian itu, terungkap sehingga dapat dijadikan pelajaran. Oleh karena itu, untuk tetap dapat menopang tugas seperti mengirim logistik, disebut Agus kalau pihaknya akan menggunakan pesawat tipe H. (rpg/put/prn/ain/ris/rbb)

Exit mobile version