Site icon SumutPos

Antisipasi Virus Zika, Jangan Dulu ke Singapura Ya…

Foto: AFP PHOTO / CHAIDEER MAHYUDDIN Seorang pekerja melakukan penyemprotan mencegak nyamuk di Banda Aceh, 31 Agustus 2016. Pemerintah Indonesia mengimbau warga agar menunda kunjungan ke Singapura, mengantisipasi merebaknya virus Zika.
Foto: AFP PHOTO / CHAIDEER MAHYUDDIN
Seorang pekerja melakukan penyemprotan mencegak nyamuk di Banda Aceh, 31 Agustus 2016. Pemerintah Indonesia mengimbau warga agar menunda kunjungan ke Singapura, mengantisipasi merebaknya virus Zika.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Punya rencana mengunjungi Singapura? Jika itu akan dilakukan dalam waktu dekat, sebaiknya ditunda dulu. Apalagi, bagi ibu hamil. Sebab, di kawasan tersebut saat ini sedang berkembang wabah virus Zika yang mengakibatkan sakit mirip demam berdarah.

Virus yang menular lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti itu disebutkan telah berkembang cepat di sana. Dikutip dari Channel News Asia, Kementerian Kesehatan dan Badan Lingkungan Hidup Nasional (NEA) Singapura telah mengkonfirmasi adanya 26 kasus baru infeksi virus zika. Dengan temuan ini, total 82 kasus virus zika terjadi di Singapura.

Zika sendiri bukanlah virus berbahaya yang bisa menyebabkan kematian. Namun, virus tersebut sangat berbahaya bagi janin. Sebab, berdasarkan pengalaman di Brasil, jika terserang virus ini, janin dalam rahim akan mengalami kelaian otak atau mikrosepalus.

Cacat pada janin tersebut yang membuat sejumlah negara langsung meningkat kewaspadaannya. Tak terkecuali Indonesia. Beberapa cara dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan masuknya zika ke Indonesia.

Salah satunya, dengan screaning penumpang yang baru tiba dari negara terjangkit di bandara dan pelabuhan. Dengan demikian, penumpang yang diduga terjangkit virus Zika bisa segera mendapat perawatan. Langkah ini untuk mencegah adanya outbreak di Indonesia, mengingat vektor penularan virus Zika (nyamuk Aedes aegypti) banyak ditemukan di Indonesia. Bahkan WHO sendiri menyakatan Indonesia masuk kategori dua, country with possible endemic transmission untuk virus ini.

Cara lainnya, dengan memberikan travel advisory bagi masyarakat yang berniat mengunjungi negara terjangkit, termasuk Singapura. Peringatan ini dikeluarkan setelah adanya koordinasi matang antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), kemarin (31/8) pagi.

”Saya imbau masyarakat, artinya yang mau bepergian boleh, tapi dipikirkan dulu. Kalau memang sangat penting, ya apa boleh buat. Tapi kalau hanya sekedar, bisa ditunda, kenapa tidak,” papar Menteri Kesehatan (Menkes) Nila MOeloek ditemui di kompleks DPR/MPR, kemarin.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Mohamad Subuh menambahkan, kesiagaan ini sudah dilakukan sejak lama. Sejak virus ini pertama kali merebak di kawasan Amerika. ”Tapi memang, kita ingatkan kembali dengan mengirim surat pada Gubernur, Bupati dan Walikota,” tutur Subuh.

Dalam surat itu, Kemenkes sekaligus memberi sosialisasi singkat soal virus ini. termasuk menyangkut upaya pencegahan yang bisa dilakukan dengan kegiatan 3 M (Menguras, menutup dan mengubur lokasi-lokasi yang berpotensi jadi sarang nyamuk). ”Kami himbau untuk kembali menggalakkan Jumat bersih,” ujarnya.

Menurutnya, upaya ini sangat efektif untuk mencegah virus zika mewabah. Dia menjelaskan, siklus hidup nyamuk sejatinya terjadi 8-10 hari. Bila pada hari Jumat dibersihkan, lalu dilakukan kembali pada minggu selanjutnya maka dipastikan jentik tidak bisa berkembang menjadi nyamuk. Jadi saat perubahan di hari ke 9, di hari ke 8 sudah kembali dibersihkan.

”Ini sekali kayuh lima pulau terlampaui. Bukan hanya Zika, tapi juga DBD, cikungunya, yellow fever, japanese encephalitis,” paparnya. Sebab, seluruh virus penyebab penyakit tersebut ditularkan oleh vektor yang sama. Yakni Aedes aegypti. ”Kalau fogging kan kalau sudah ketahuan ya. Ini untuk nyamuk dewasa,” sambungnya.

Disinggung soal kondisi WNI di Singapura, Subuh memastikan hingga kini tidak ada WNI yang terjangkit. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan KBRI Singapura untuk menelusurinya. ”Kalau pun ada, akan dirawat di sana sampai sembuh, baru bisa kembali ke sini,” ujarnya.

Kalau pun dipulangkan, lanjut dia, akan diisolasi dan dihindarkan dari serangan serangga, termasuk nyamuk hingga sembuh. Dalam kesempatan itu, Subuh turut meluruskan soal kasus yang terjadi di Jambi yang sempat dilontarkan Menkes.

Dia mengatakan, itu dimaksudkan untuk kasus yang ditemukan oleh lembaga Eijkman pada 2014 lalu. Itupun, penelitian yang dilakukan untuk sequencing pemeriksaan DBD karena adanya outbreak. Bukan khusus soal Zika.

”Hasil itupun perlu dikonrimasi dengan adanya pemeriksaan epidemologi. Tidak hanya mengacu pada hasil tersebut,” tegasnya.

Oleh karenanya, hingga saat ini dia mengatakan belum ada dilaporkan kasus zika pada manusia di Indonesia.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, Kementerian Luar Negeri telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk memonitor penyebaran virus Zika. Hal tersebut sudah dilakukan sejak kasus Zika pertama muncul di negara tetangga Singapura.

’’Yang perlu diperhatikan adalah entry points antara Singapura dan Indonesia sendiri tak hanya di Jakarta. Misalnya, Batam. Titik-titik ini harus dilengkapi alat-alat deteksi bagi penumpang yang masuk dari Singapura ke Indonesia,’’ ungkapnya.

Retno mengatakan, pihaknya juga berkoordinasi dalam pengeluaran peringatan perjalanan. Namun, dalam kasus ini peringatan tersebut bakal berupa health advisory. Peringatan tersebut merupakan kewenangan dari kementerian kesehatan.

’’Untuk satu WNI di Singapura yang katanya terjangkit Zika masih belum kami konfirmasi. KBRI Singapura masih mengupayakan konfirmasi terkait informasi tersebut,’’ jelasnya. (mia/bil/jpg)

Exit mobile version