Site icon SumutPos

Hercules Diduga Kelebihan Muatan

Foto: Fitra/PM Beberapa jenazah korban pesawat Hercules jatuh, dibariskan di koridor ruang instalasi jenazah RSUP H Adam Malik Medan, Rabu (1/7).
Foto: Fitra/PM
Beberapa jenazah korban pesawat Hercules jatuh, dibariskan di koridor ruang instalasi jenazah RSUP H Adam Malik Medan, Rabu (1/7).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penyebab jatuhnya pesawat Hercules C-130 milik TNI-AU di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara (Sumut), Selasa siang (30/6) belum terungkap. Sejauh ini, dugaan yang berkembang dari petinggi TNI dan pengamat penerbangan adalah kondisi pesawat yang sudah tua. Namun, berdasar pengamatan Jawa Pos di lokasi jatuhnya pesawat kemarin (1/7), muncul kemungkinan bahwa muatan yang melebihi kapasitas juga berperan atas terempasnya pesawat hingga jatuh menimpa ruko dan permukiman.

Kemungkinan itu didasarkan atas temuan jenazah di lokasi kejadian yang dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik sampai tadi malam. Upaya Jawa Pos mengonfirmasi pihak-pihak terkait menemukan data berbeda-beda.

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriatna menyebutkan, kantong jenazah yang ditemukan utuh berjumlah 91. Selebihnya adalah potongan-potongan. “Kalau saya tidak pernah berubah. Saya selalu mengatakan bahwa jumlah yang pasti atau utuh ada 91 kantong jenazah dan lainnya adalah potongan-potongan,” kata Agus di RSUP Adam Malik tadi malam.

Data berbeda diungkap Pangdam I Bukit Barisan Mayjen Edy Rahmayadi yang menyebutkan bahwa mayat yang ditemukan ada 141. Keterangan Edy tersebut juga berbeda dengan informasi dari Kapolda Sumut Irjen Pol Eko Hadi Sutedjo. Alumnus Akademi Kepolisian 1985 itu menyatakan, jenazah yang utuh berjumlah 135 dan enam kantong lainnya berupa potongan-potongan.

Jumlah versi Kapolda Sumut itu pun berbeda dengan yang diberikan anak buahnya, Kabidhumas Polda Sumut Kombespol Helfi Assegaf. Dengan yakin Helfi menerangkan bahwa kantong jenazah yang diterima kamar mayat RSUP ada 142. Dari jumlah tersebut, 140 di antaranya utuh dan dua lainnya berupa potongan tangan dan kaki. Keterangan Helfi juga tidak bisa diragukan. “Berdasar data dari tim DVI, ada 142 kantong jenazah dan 140 di antaranya kondisinya utuh,” tambah alumnus Akademi Kepolisian 1992 itu.

Data jumlah korban mana yang benar” Soal data jumlah orang di dalam pesawat Hercules C-130, semua sumber informasi seragam menyebut 113 orang. Terdiri atas 12 awak pesawat dan 101 penumpang. Semua sumber juga memastikan bahwa semua yang berada di pesawat tidak selamat.

Untuk informasi korban yang dari luar pesawat, ada sepuluh orang. Delapan berasal dari pegawai pengobatan tradisional Karo BS Okup yang gedungnya kejatuhan pesawat dan dua pekerja ruko. “Kabar yang saya terima, ada tiga pekerja di ruko yang jadi korban. Satu selamat dan yang dua belum diketahui nasibnya. Salah satunya adik saya yang bernama Rizaldi, usia 34 tahun,” jelas Iqbal, kakak salah seorang korban, ketika ditemui di kamar jenazah RSUP Adam Malik kemarin.

Iqbal menerangkan, saat kejadian adiknya sedang bekerja mengecat bagian kubah ruko. Ada yang mengabari dia bahwa adiknya jatuh dari atap ruko karena terkena ekor pesawat. “Saya sudah mencari, belum ketemu. Handphone-nya tidak aktif. Saya juga sudah lapor dan sekarang berusaha mencari di sini (kamar mayat RSUP),” ucapnya.

Jika mengacu keterangan-keterangan yang ada, bisa dipastikan ada selisih jumlah korban. Kalau acuannya keterangan Pangdam Bukit Barisan dan Kapolda Sumut, ada selisih 18 jenazah. Hitungannya, jumlah korban di dalam pesawat ada 113 orang dan dari luar pesawat terdapat sepuluh orang. Total ada 123. Padahal, versi keduanya, jenazah di kantong mayat ada 141.

Kalau acuannya keterangan Kabidhumas Polda Sumut, selisihnya lebih besar, yakni 17 orang. Sebab, jumlah kantong yang utuh 140, sedangkan jumlah penumpang 113 dan korban non penumpang 10. “Bisa jadi korban lainnya itu dari masyarakat di sekitar lokasi. Sebab, lokasi jatuhnya pesawat di tempat umum yang padat,” ujar Edy.

Yang jelas, jika dibandingkan dengan kapasitas angkut personel Hercules C-130 seperti yang dirilis produsennya, Lockheed Martin, semua data jumlah penumpang tewas dari berbagai sumber itu, termasuk data di manifes resmi yang mendaftar 113 nama, sudah melebihi kapasitas. Produsen pesawat asal Amerika Serikat itu menyebutkan, kapasitas angkut pesawat Hercules C-130 adalah 92 orang (sipil) atau 64 prajurit (militer) atau 74 pasien dengan 2 tenaga medis. Dari pantauan di lapangan, bobot penumpang yang berlebih itu juga semakin bertambah jika berat angkutan logistik berupa persenjataan dan perbekalan penumpang ikut dihitung.

PENUMPANG GELAP
Lantas, apakah Hercules C-130 milik TNI-AU terbang dengan penumpang melebihi daftar di data manifes penumpang yang tercatat 113 orang” Apakah ada penumpang gelap yang tak terdaftar di manifes” Jawa Pos mendapatkan keterangan untuk menguji dugaan itu dari seorang pelajar SMA di Pekanbaru yang datang ke RSUP Adam Malik kemarin. Dia datang bersama pamannya untuk mencari jenazah sang kakak berinisial AS yang ikut menumpang pesawat Hercules yang jatuh di Medan tersebut.

Remaja putri berinisial BS yang masih berusia 16 tahun itu mengisahkan bahwa kakaknya Selasa lalu berniat pulang ke Natuna, Kepulauan Riau, dengan naik Hercules dari Pekanbaru. Sang kakak yang kuliah semester tiga di STMIK Amikom Pekanbaru naik pesawat bersama teman-temannya. “Abang saya naik bersama sekitar 20 temannya dari Pekanbaru. Ini untuk kedua kalinya abang saya naik Hercules ke Natuna dari Pekanbaru,” beber BS yang mengaku dari keluarga sipil.

Meski tidak secara terang menyebut nominal ongkos naik pesawatnya, BS memperkirakan biayanya sekitar Rp 800 ribu. “Biasanya segitu. Abang naik dari Pekanbaru, lalu transit Medan, lalu ke Tanjungpinang dan terakhir ke Natuna pesawatnya,” terang dia.

Sang paman yang enggan disebutkan namanya menjelaskan bahwa warga sipil di kawasannya sudah biasa naik Hercules. Selain cepat, harganya relatif lebih murah daripada pesawat komersial atau kapal. “Kalau naik kapal malah bisa satu minggu dari Natuna ke Pekanbaru. Jadi, jangan salahkan TNI-AU. Kami sebenarnya juga terbantu dengan pesawat ini,” katanya yang diamini BS.

BS dan pamannya menyebutkan, biasanya untuk pembelian tiket, penumpang tinggal datang ke bandara yang merupakan pangkalan udara milik TNI-AU. Selain membayar, mereka tinggal menunjukkan surat keterangan identitas untuk naik.

Keterangan yang tak jauh berbeda disebutkan Sahata Sihombing yang dua anaknya, Ester Yosephine Sihombing dan Rita Yunita Sihombing, menjadi korban kecelakaan. “Meski dari keluarga TNI, kami tetap bayar Rp 750 ribu. Bisa jadi pesawat ini keberatan muatan karena dipaksakan banyak yang naik,” ungkapnya.

KSAU Bantah
KSAU Marsekal Agus Supriatna membantah dugaan tersebut. Menurut dia, jumlah penumpang sudah sesuai dengan manifes. “Jumlah manifes 113: 12 awak pesawat dan 101 penumpang dari keluarga tentara. Tidak ada yang lainnya. Ingat, jumlah kantong yang utuh ada 91. Itu yang pasti,” tegasnya.

Sementara itu, hingga pukul 20.30 WIB, sudah ada 56 jenazah yang teridentifikasi. Dari jumlah tersebut, 33 merupakan anggota TNI-AU, 6 anggota TNI-AD, dan selebihnya masyarakat sipil. Salah satunya adalah bocah berusia empat tahun asal Natuna bernama Afifah Yasmi Nofalia.”
Selain berfokus melakukan identifikasi, tim gabungan TNI dan Polri kemarin mengevakuasi pesawat. Dari hasil evakuasi kemarin, ada beberapa senjata yang diamankan. Hal itu tidak lepas dari isi pesawat yang juga mengangkut logistik berupa persenjataan. “Ada 14 senjata laras panjang yang semua sudah ditemukan. Enam pistol, dua di antaranya sudah ketemu, dan 22 ribu amunisi yang 60 persen sudah diamankan,” papar Edy. (fim/c9/kim)

Exit mobile version