Site icon SumutPos

Omicron Siluman Lebih Ganas

SUMUTPOS.CO – Virus Covid-19 telah berkembang pesat selama dua tahun pandemi. Sejak kemunculan varian yang mengkhawatiran, mulai dari Alpha, Beta, Gamma, dan Delta, kini muncul varian terbaru Omicron lebih cepat menular dibandingkan yang lainnya. Tak hanya itu, Omicron juga terus membelah diri dan melahirkan berbagai sub-varian, salah satunya BA.2 atau disebut juga Omicron siluman.

MENURUT penelitian laboratorium oleh peneliti Jepang, subvarian BA.2 tidak hanya lebih menular daripada strain Omicron asli, BA.1, tetapi juga dikatakan, menyebabkan penyakit yang lebih parah. Selain itu, subvarian BA.2 menyebar 30 persen lebih mudah daripada varian omicron asli. Namun, lebih sulit dilacak daripada virus Omicron asli.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kemenkes telah mengidentifikasi setidaknya 330 kasus dari varian Omicron siluman atau subvarian BA.2 di Indonesia. Adapun kasus Omicron siluman di Indonesia ini, kata Nadia, didapatkan dari pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) pada sampel pasien Covid-19.

Tujuan dari pemeriksaan sampel menggunakan WGS ini yaitu, untuk memberikan gambaran varian apa yang saat ini mendominasi di wilayah tertentu. “Kita sudah mendeteksi kurang lebih 330 (kasus infeksi) BA.2, jumlah ini proporsinya masih kecil kalau kita bandingkan dengan BA.1.1, BA.1 (sekitar) 5.000-an kasus yang kita temukan,” ungkapnya, Kamis (3/3).

Untuk diketahui, subvarian BA.2 adalah garis keturunan dari mutasi varian Omicron. Varian Omicron sendiri memiliki beberapa subvarian di antaranya BA.1, BA.1.1, BA.2, dan BA.3. Terkait varian Omicron siluman BA.2 ini, dijelaskan Nadia, subvarian ataupun varian virus corona sebenarnya bukan merupakan suatu pemeriksaan rutin pada kasus infeksi Covid-19. Sebab, terlepas dari variannya penanganan maupun perawatan pasien tetap sama. “Tetapi yang menjadi penting adalah kita memahami pola penyebarannya, makanya varian itu kita identifikasi melalui sistem surveillance, jadi merupakan sampel yang diambil secara acak mewakili sampel-sampel positif yang ada di Indonesia,” imbuhnya.

Lantas, bisakah varian Omicron siluman dideteksi dengan tes PCR? Dokter Nadia menuturkan, varian virus corona, baik Alpha, Delta, Beta, maupun Omicron tidak bisa dideteksi dengan tes PCR biasa. Namun demikian, hasil tes PCR dan rapid test antigen dinilai masih sensitif untuk menunjukkan positif atau negatif Covid-19. “Enggak bisa (dideteksi dengan PCR biasa), semua varian tidak bisa diperiksa dengan PCR biasa, harus dengan genome sequencing,” terang Nadia sembari menyebutkan, Omicron siluman juga tak terdeteksi PCR biasa.

Dengan demikian, melalui pemeriksaan Whole Genome Sequencing dapat dibedakan garis keturunan Omicron yang menginfeksi apakah subvarian BA.1.1, BA.1, BA.2, atau BA.3. Dia menambahkan, Omicron siluman BA.2 yang juga dijuluki ‘Son of Omicron’ ini, memiliki kemampuan untuk menghindari dari hasil pemeriksaan S-gene Target Failure (SGTF). “Varian siluman ini, kan, dibilang BA.2, kenapa dibilang begitu, karena biasanya (pada varian) Omicron protein S-nya tidak bisa kita deteksi karena ada mutasi di protein S-nya,” terang Nadia.

“BA.2 tidak ada fenomena SGTF itu, sehingga pada pemeriksaan SGTF untuk menentukan apakah kemungkinan seseorang probable Omicron, bisa terdeteksi pada pemeriksaan WGS,” sambungnya.

Nadia juga memaparkan gejala Omicron siluman BA.2 cenderung sama dengan infeksi varian lain yakni gangguan pada saluran pernapasan. Lebih lanjut dia berkata, pada varian Delta ditemukan gejala seperti demam, sesak napas, hingga hilangnya penciuman (anosmia). Akan tetapi, gejala Omicron justru ditemukan lebih ringan.

Nadia pun membeberkan beberapa gejala Omicron siluman yang paling banyak dikeluhkan pasien, di antaranya: Sakit tenggorokan Demam Pilek atau hidung meler Tubuh terasa pegal dan meriang.

Belum Ditemukan di Sumut

Meski Omicron Siluman sudah masuk ke Indonesia, namun belum ditemukan di Sumut. Kadis Kesehatan Sumut drg Ismail Lubis mengaku, memang belum ada menemukan pasien corona yang terinfeksi varian baru tersebut. “Belum, belum ada ditemukan di Sumut,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (3/3).

Ismail juga mengaku, pihaknya belum mendapat arahan dari Pemerintah Pusat terkait penanganan kasus Omicron Siluman. “Belum ada arahan atau petunjuk dari pusat terkait varian baru itu. Kita masih fokus penanganan terhadap kasus Omicron versi pertama,” ucapnya.

Menurut dia, untuk mengantisipasi penularan virus corona, tidak lain dengan disiplin protokol kesehatan secara ketat. Di samping itu, mengikuti vaksinasi hingga dosis tiga atau booster. “Kita juga terus melakukan testing, tracing dan treatment terhadap kasus-kasus baru. Kemudian, menyiapkan rumah sakit rujukan untuk menyediakan fasilitas isolasi,” kata Ismail.

Ia menyatakan, memang belakangan ini penambahan kasus baru corona cenderung meningkat. Namun, kebanyakan penderitanya karena belum vaksin Covid-19. “Ayo masyarakat yang belum vaksin agar segera vaksin dan lengkapi sampai dosis tiga,” tukasnya.

Sementara itu, data Dinas Kesehatan Sumut, jumlah kasus baru Omicron versi pertama mencapai 28 kasus per tanggal 2 Maret 2022. Dari jumlah ini, enam kasus merupakan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Selebihnya, sebanyak 22 kasus non PPLN. Sekretaris Dinas Kesehatan Sumut dr Aris Yudhariansyah mengatakan, penambahan kasus baru terkonfirmasi positif kini perlahan mulai menurun kembali. Namun demikian, penurunan angkanya belum begitu signifikan. “Terkonfirmasi positif bertambah 1.648 kasus, dengan akumulasi 144.932 kasus. Penambahan ini sedikit menurun dibanding hari sebelumnya yang bertambah 1.701 kasus,” kata Aris.

Lanjutnya, penambahan kasus baru terkonfirmasi kali ini didapatkan dari 29 kabupaten/kota. Penambahan terbanyak diperoleh dari Medan 750 kasus dan Deliserdang 250 kasus. Aris menyebutkan, untuk penambahan angka kematian akibat terinfeksi corona cukup meningkat yaitu 11 kasus yang disumbang dari empat kabupaten/kota. Dengan penambahan ini, akumulasinya menjadi 2.990 kasus. Sedangkan kesembuhan, menurut Aris, juga mengalami penambahan yakni 1.747 kasus dari 17 kabupaten/kota. (bbs/ris)

Exit mobile version