Site icon SumutPos

Ibu Ini Niat Ziarahi Makam Suami bersama Putrinya, Malah Diziarahi

Foto: Robert/PM May Adelina boru Lumbantobing dan putri bungsunya Nurmala Lestari boru Sipayung, korban pesawat Hercules jatuh di medan Selasa (30/6) lalu, dimakamkan di Simalingkar Medan, Jumat (3/7/2015).
Foto: Robert/PM
May Adelina boru Lumbantobing dan putri bungsunya Nurmala Lestari boru Sipayung, korban pesawat Hercules jatuh di medan Selasa (30/6) lalu, dimakamkan di Simalingkar Medan, Jumat (3/7/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Korban pesawat Hercules jatuh di Medan Selasa (30/6) lalu, May Adelina boru Lumbantobing (57) dan putri bungsunya Nurmala Lestari boru Sipayung (20), telah dikebumikan di pemakaman Kristen Simalingkar, Jumat (3/7). Sebelum jasad keduanya diantar ke liang lahat, rumah duka di Jalan Pengayoman Gang Bintara, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat dihujani air mata.

Para kerabat yang datang melayat tak menyangka ibu anak itu jadi korban jatuhnya pesawat Hercules. Apalagi, tujuan keduanya ke Pontianak, Kalimantan Barat untuk ziarah ke makam suaminya yang juga anggota TNI-AD yang meninggal 18 tahun lalu. Juni boru Lumbantobing, adik keenam korban dari 7 bersaudara yang tinggal persis bersebelahan dengan rumah duka mengatakan, kepergian kakaknya itu tanpa sepengetahuannya.

“Saya dengar kepergiannya ke Pontianak untuk ziarah, mengurus surat tanah yang ada disana dan juga surat perpindahan anaknya dari kampus di sana. Bahkan kepergian kakakku ini pun saya gak tau sama sekali dek,” terang Juni.

Masih kata Juni, 3 hari sebelum insiden, korban sempat menitipkan pesan kepadanya dan bercerita tentang perubahannya beberapa hari terakhir. “Sempat kakakku ini bercerita. Katanya akhir-akhir ini dirinya cepat tersinggung ia juga mengatakan bahwa perubahan tersebut dikarenakan faktor usianya yang semakin tua. ‘Makin tua, semakin cepat aku tersinggung lah. Baek-baek lah kalian ya dan harus maklum denganku’ gitu dia bilang dek,” kata Juni menirukan ucapan korban.

Pagi sebelum keberangkatannya, korban sempat mengatakan kepadanya untuk melihat anak-anaknya. “Anehnya lagi ’kan dek, saat hari kejadian kakak ini sempat berpesan untuk melihat anak-anaknya. Dia bilang dia mau pergi, tapi dia gak bilang kalau mau pergi ke Pontianak. Saat kejadian itulah baru tau saya kalau mereka mau pergi ke Pontianak,” beber Juni.

Keberangkatan korban diketahui sudah yang kesekian kalinya Medan-Pontianak dengan menumpang pesawat Hercules. Namun, ketika ditanya dengan jumlah rupiah yang harus dibayar sebagai biaya transportnya, Juni enggan berkomentar
“Setau saya sih udah sering kakak ini pulang pergi naik pesawat Hercules dari Medan-Pontianak, dan sebaliknya. Katanya sih biaya jauh lebih murah daripada naik pesawat umum. Untuk harganya saya gak tau pasti dek,” beber Juni.

Lain hal dengan keluarga korban yang mengaku mendapat kabar bahwa korban pergi menumpangi pesawat milik angkatan udara ini dengan biaya Rp350 ribu, lantaran sudah sering menumpangi pesawat tersebut setiap kali mereka ingin ke Pontianak.

“Info yang saya dengar dek, terakhir mereka bayar Rp350 ribu, karena mereka udah sering naik pesawat Hercules itu makanya dikasi murah. Gak taunya, kayak gini kejadiannya kami jadi takut-takut kalau mau naik pesawat sekarang,” ucap N boru Situmorang.

Foto: Robert/PM
Peti jenazah kedua korban Hercules jatuh, May Adelina boru Lumbantobing (57) dan putri bungsunya Nurmala Lestari boru Sipayung (20), dibaringkan di rumah duka di Jalan Pengayoman Gang Bintara, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Jumat (3/7/2015).

Teman-teman SMA Negeri 12 Medan, Nurmala tampak memenuhi rumah duka guna melayat temannya itu. Diketahui, Nurmala yang berstatus mahasiswi semester IV fakultas agrobisnis di salah satu universitas di Kalimantan ini, hendak pergi ke Pontianak untuk ziarah ke makam ayahnya sekaligus mengurus surat resign di kampusnya dan melanjutkan kuliah di USU.

“Setau kami bang, si Nurmala ini mau ziarah dan ngurus surat resignnya. Dia kan kuliahnya di Kalimantan bang, rencananya mau pindah ke USU, makanya mereka pergi ke sana bang. Gak taunya dapat kabar bahwa ia pergi untuk selamanya meninggalkan semuanya, terutama kami teman-teman SMA nya bang,” ungkap Citra, Winda beserta seluruh teman-teman SMA korban.

Sebelum kejadian pun, Nurmala sempat mengupdate status di facebooknya ‘Goes To…. *fly* ‘. Bahkan, ibunya yang merupakan salah satu guru di SMK Negeri 8 Medan, turut serta pergi bersama anak bungsunya. “Kami lihat terakhir kalinya dia buat status bang di facebooknya sebelum pergi. Tapi nama facebooknya kami gak ingat bang, karena alay gitu. Mamanya guru di sekolah SMK Negeri 8 Medan,” tutur teman-teman Nurmala.

Keluarga dan rekan korban memadati rumah duka, dan tak lama, Ester boru Tobing anak keempat dari tujuh bersaudara yang tak lain adalah adik kandung korban yang berasal dari Bandung, tiba sambil menjerit histeris. “Kau bilang kalau kau sumber kemacetan, inilah kau kak yang memacetkan jalan saat peristiwa. Mana oleh-oleh mu yang kau janjikan samaku kak dari Pontianak? Cantik kali kutengok kakak, jahat kali aku baru kutengok kakak, buka petinya kak,” teriak Ester yang langsung dirangkul para kerabatnya.

Dilarang Kerja di Batam
Kesedihan terlihat dari putri ketiga korban, Megawati Pratiwi boru Sipayung (22) yang menyesali tindakannya saat mengadu nasib di pulau Batam. Megawati yang baru diterima di salah satu hotel itu mengaku kaget mendengar peristiwa yang menimpa ibu dan adiknya. Hal ini pula yang membuatnya histeris dan bengong seperti orang yang bingung di rumah duka meratapi peti jenazah ibu dan adiknya.

Diketahui, dua minggu sebelum peristiwa tersebut, ibunya sempat menghubungi dan memintanya pulang. Namun hal itu tak diindahkannya.

“Dua minggu lalu dek, mamanya sempat nelfon dia dan nyuruh pulang ke Medan. Bahkan, sebelum dia pergi untuk merantau dan bekerja di Batam, mamanya sempat melarangnya dan menyarankan untuk bekerja di Medan saja. Tapi, itulah gak diindahkannya, baru sekarang penyesalan itu timbul,” beber Juni.

Korban sendiri meninggalkan ketiga anaknya yakni Immanuel Royandi Sipayung, Daniel Sipayung dan juga Megawati Pratiwi beru Sipayung.(mag-2/deo)

Exit mobile version