Site icon SumutPos

Target Tiga Bulan Lalui 26 Kota dan 19 Provinsi

Effendi Soleman, Keliling Nusantara dengan Kapal Rancangan Sendiri

Berbekal pengalaman pernah berkeliling dunia, Effendi Soleman bulan depan berkeliling Nusantara. Dia akan menggunakan kapal rancangan sendiri. Ketika merancang, dia tak menggunakan rumus-rumus perkapalan yang njelimet. Untuk alat ukur pun, dia memakai barang seadanya. Tutup panci pun jadi.

THOMAS KUKUH, Jakarta

MEJA kerja di rumah Soleman terlihat berantakan. Selain dipenuhi kertas berisi coretan, di sudut meja itu terdapat sebuah replika kapal dari kertas karton putih. “Ini replika kapal yang hendak saya pakai nanti. Saya yang merancang sendiri,” kata Soleman bangga saat ditemui JPNN di rumahnya Kamis (3/3).

Tak lama setelah menunjukkan replika kapal dari kertas karton itu dia tampak sedang mencari sesuatu di antara kertas-kertas yang berserakan di atas meja kerjanya. Dia pun tersenyum saat menemukan barang yang dicari. “Nah ini dia. Sebelum membuat ini (replika), saya gambar dulu di sini,” ujar pria 59 tahun tersebut lantas menunjukkan sebuah kertas gambar berukuran A3.

Di kertas itu, tergambar jelas sebuah kapal bercadik dari beberapa sudut pandang. Ada yang tampak samping, ada juga yang tampak atas. Namun, di gambar itu tidak ada angka-angka njelimet disertai rumus-rumus matematika atau fisika yang khas digunakan para perancang kapal profesioal sebelum membuat sebuah kapal.

Soleman hanya menuliskan ukuran panjang dan lebar badan kapal itu. “Ah nggak ada itung-itungan-nya. Ini semua berdasar feeling dan pengalaman saya menjadi petualang bahari. Dulu, orang kali pertama membuat kapal juga nggak ada rumusnya,” ucapnya lantas tertawa lebar.
Bahkan, pria kelahiran Jakarta, 23 April 1951, itu mengaku menggambar rancangan kapal tersebut dengan alat seadanya. Untuk badan layar yang melengkung, Soleman menggambarnya dengan bantuan tutup panci.

Bukan hanya itu, tutup toples, kaleng semir sepatu, dan barang-barang rongsokan lainnya tak luput digunakan untuk menggambar. “Apa pun yang melengkung saya jadikan penggaris. Yang penting cocok,” ujarnya lalu ngakak.

Meski tak disertai hitung-hitungan rumus yang rumit, Soleman tak mau disebut asal dalam merancang kapal. Ketika Jawa Pos bertanya seputar bentuk kapal, dia bisa menerangkan dengan meyakinkan. Meski semua jawaban yang diberikan hanya berdasar pengalamannya beberapa kali berlayar seorang diri ke beberapa pulau dan negara.

Soleman juga menerangkan alasan kapalnya terdiri atas sekat-sekat ruang. Yakni, jika salah satu bagian pecah, kapal tidak langsung tenggelam. Namun, kapal masih bisa bertahan lantaran ada rongga yang lain.

Tentang keselamatan, dia juga benar-benar memikirkan dan menuangkannya dalam rancangan kapal. Jadi, Soleman sebisa mungkin membuat kapal yang benar-benar aman meski tidak ada hitungan ilmiahnya sama sekali.  “Kapal ini saya beri nama Katir Nusantara 02,” ucapnya.

Dia menceritakan, pembuatan kapal tersebut di Bogor kini hampir kelar. Kapal yang diperkirakan menghabiskan biaya Rp 335 juta itu nanti digunakan Soleman untuk berkeliling Indonesia dalam kegiatan yang disebut Ekspedisi Bahari Nusantara 2011.

Dia menargetkan, Ekspedisi Bahari Nusantara 2011 dilaksanakan awal April mendatang. Dia pun berharap dalam waktu dekat kapalnya yang terbuat dari fiberglass itu bisa diuji coba di Ancol.

Lebih lanjut dia menerangkan, ekspedisinya kali ini akan memakan waktu tiga bulan. Dia lalu memperlihatkan proposal kegiatan yang telah dibuat. Dalam proposal itu, tercatat bahwa perjalanan Soleman akan menempuh jarak 6.710 mil dan singgah di 26 kota serta 19 provinsi. “Pokoknya, rute besarnya Jakarta, Sabang, Makassar, Ambon, Merauke, Wakatobi, Denpasar, hingga Jakarta,” jelas alumnus SMAN 10 Jakarta itu.

Waktu yang dibutuhkan adalah 63 hari di laut serta 101 hari di darat. Jadi, nanti Soleman melayarkan kapalnya yang kemudian singgah dari satu kota ke kota lain. Tapi, dia tidak sendiri. Dia akan didampingi beberapa pemuda daerah setempat. Pemuda yang jumlahnya tidak lebih dari lima orang itu akan diturunkan ke kota tujuan selanjutnya dan diganti pemuda di kota yang baru disinggahi. Begitu seterusnya.

Menurut Soleman, pemuda yang akan diajak adalah anggota pramuka dan mahasiswa pencinta alam. Namun, bukan sembarangan pemuda boleh menumpang di Katir Nusantara 02. Sebab, panitia Bahari Nusantara 2011 akan menyeleksi pemuda-pemuda yang berminat di setiap kota. Syarat umumnya, peserta tidak boleh berusia lebih dari 30 tahun dan berat badannya tidak boleh melebihi 60 kg.

Soleman mengatakan, salah satu tujuan ekspedisi ini adalah memopulerkan petualangan bahari di kalangan anak muda. Karena itu, dia memilih pemuda sebagai peserta dalam kegiatan tersebut. Menurut dia, kini minat para pemuda di bidang petualangan bahari sangat kurang.

Suami Gustia Ningsih itu memang bukan orang baru di dunia bahari. Dia sangat dikenal sebagai pelayar tunggal. Pada 1988, dengan kapalnya yang diberi nama Cadik Nusantara, seorang diri Soleman mengarungi samudra dari Jakarta-Brunei-Jakarta. Setahun kemudian dia kembali melakukan ekspedisi Jakarta-Penang, Malaysia. Pada tahun yang sama, dia juga mengikuti lomba layar Ambon-Darwin, Australia.

Dengan prestasi yang telah diraihnya itu, Soleman mendapat penghargaan Pelayar Lepas Pantai Tunggal Pertama Indonesia dari Persatuan Olahraga Layar Indonesia (Porlasi) dan penghargaan Pemuda Pelopor Bidang Bahari Tingkat Nasional dari Presiden Soeharto.
Terakir pada 2005, Soleman menjalankan ekspedisi. Namun, saat itu kapalnya rusak parah lantaran terkena ombak saat mengarungi perairan di Aceh.

Soleman ternyata tidak menyerah. Setelah sekian lama tidak mengarungi samudra, dia merasa “gatal”. Diam-diam pria yang saat ini bekerja di salah satu pabrik pembuatan kapal itu kembali menyusun rencana untuk kembali berekspedisi.

Sejak setahun lalu dia kembali mengumpulkan teman-teman lamanya. Tentu saja, tujuannya membahas keinginannya yang tak terbendung untuk mengarungi samudra. Bak gayung bersambut, teman-teman Soleman yang kebanyakan merupakan para senior organisasi petualang alam dan para mahasiswa pecinta alam di beberapa universitas, seperti Universitas Indonesia dan Universitas Trisakti Jakarta, itu langsung mendukung.

Bahkan, dalam waktu beberapa bulan, mereka bisa mengumpulkan dana dari beberapa sponsor pendukung untuk membiayai ekspedisi ini yang diperkirakan akan menghabiskan biaya Rp 2,3 miliar. “Biayanya memang besar. Selain untuk peralatan, banyak yang digunakan untuk merekrut peserta di daerah-daerah,” ucapnya.

Keinginan Soleman ternyata juga didukung penuh oleh perusahaan tempat dia bekerja. Bahkan, Ruby Tirsana, bos besar Soleman, menyumbang sepenuhnya biaya pembuatan kapal. “Yang lain tim saya mencari dana sendiri,” katanya, lantas terkekeh.

Namun, dana sebesar itu bukanlah halangan yang berarti. Dia sangat yakin bahwa ekspedisinya akan berjalan lancar. Selain sangat yakin dengan kekuatan kapalnya yang berukuran panjang 8,5 meter dan lebar 6 meter itu, dia yakin bahwa semua tim panita akan bekerja dengan baik.

“Saya ingin (ekspedisi) ini menjadi kado ulang tahun saya yang ke-60. Pokoknya saya ingin mencari Soleman-Soleman yang lain,” ujarnya. Di akhir perbincangan, Soleman beranjak dari tempat duduk dan mengambil sebuah kalender Bali dari tembok ruang kerjanya.

Dia lalu menunjuk angka 23 April 2011 yang merupakan hari ulang tahunnya. “Coba apa artinya (23 April) menurut kalender Bali. “Ini adalah hari Saraswati. Yaitu, hari turunnya ilmu pengetahuan,” terangnya sambil menunjukkan keterangan yang ada di bawah angka. “Saya ingin pada hari ulang tahun nanti saya menurunkan ilmu dan pengalaman saya,” imbuhnya. (c5/c4/kum)

Exit mobile version