Site icon SumutPos

Kemenag Terapkan Sistem Zonasi, Hotel Jamaah Satu Provinsi di Satu Wilayah

Triadi wibowo/sumut pos
BANTU: Petugas Asrama Haji membantu calon jamaah memasang kartu tanda pengenal pada musim haji 2018 lalu.

SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini, Kementerian Agama (Kemenag) memberlakukan sistem zonasi provinsi. Jadi, jamaah haji yang berasal dari satu provinsi akan tinggal di hotel dalam satu wilayah di Tanah Suci.

Sesuai jadwal, mulai Sabtu (6/7) hari ini, calon jamaah haji asal Indonesia diberangkatkan ke Tanah Suci. Ada empat kelompok terbang (Kloter) yang akan diberangkatkan. Dua kloter berasal dari Embarkasi Surabaya dan dua kloter berasal dari Embarkasi Batam, dengan jumlah jamaah sebanyak 1.800 orang.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyambut kedatangan calon jamaah haji asal Jawa Timur (Jatim) kloter pertama dan keduan

di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (Ahes), Jumat (5/7). Ia meminta ratusan calon jamaah mensyukuri kesempatan berhaji dan menjaga nama baik Indonesia di Arab Saudi.

Dalam sambutannya, Lukman menyebutkan, ada pelayanan baru yang bisa dinikmati para calon jamaah haji tersebut. Selain itu, Kemenang juga menerapkan sistem zonasi haji. “Hotel minimal bintang tiga, makanan, transpor dan bus yang baru. Ini akan dirasakan insyaallah jamaah tahun ini. Tapi ada juga yang baru yang tidak dialami jemaah sebelumnya. Antara lain, bahwa nanti panjenengan (Bapak dan Ibu) tinggal selama di Mekah di satu zonasi khusus Jatim,” imbuh Lukman.

Jadi tahun ini diterapkan zonasi embarkasi provinsi. Biasanya jamaah satu provinsi tersebar, sehingga jamaah yang satu keluarga kerap kesulitan bertemu. Tidak hanya itu, tersebarnya jamaah asal satu wilayah juga membuat koordinasi petugas tidak mudah.

Pada musim haji tahun ini, Kementerian Agama menyiapkan tujuh zonasi. Setiap embarkasi provinsi berada di satu wilayah. “Berada di hotel di satu wilayah ini memudahkan koordinasi petugas. Petugas di sana menguasai bahasa jemaahnya. Karena, maaf saja, ada yang bus daerah, bahasa Indonesia dia kurang paham. Terutama yang sepuh,” tambah Lukman.

Kurangi Aktivitas Tak Perlu

Sementara untuk menjaga kesehatan selama melaksanakan ibadah haji, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau para jamaah untuk mengurangi aktivitas yang tidak perlu. Hal itu penting demi menjaga tubuh agar tetap sehat sampai puncak ibadah haji di Armina (Arafah, Muzdalifah dan Mina).

“Kurangi aktivitas kegiatan yang tidak perlu untuk menjaga kondisi tubuh tetap sehat,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi.

Oscar menyampaikan, ibadah haji itu wukuf di Padang Arafah bersama jutaan manusia dari seluruh dunia. Proses yang melelahkan ini harus disiapkan jamaah agar dapat menjalankan ibadah wukuf.

“Jamaah haji diharapkan untuk dapat berkonsentrasi, tenaga pikiran untuk bisa melalui periode berat ini agar bisa mendapat kondisi sehat dan bugar,” katanya.

Untuk itu Oscar menyarankan, demi menjaga kondisi tubuh tetap sehat dan prima, para jamaah haji harus mempertimbangkan ibadah-ibadah yang bersifat sunnah. “Mungkin perlu untuk mempertimbangkan ibadah sunnah yang betul-betul tidak begitu wajib dan mempersiapakan diri pada saat nanti di Arafah,” katanya.

Jika jamaah ingin melaksanakan ibadah-ibadah sunnah selama di Tanah Suci, harus memperhatikan kondisi kesehatannya. Menjaga kesehatan merupakan kewajiban masing-masing jamaah. “Kerjakan ibadah sunnah dengan kondisi sehat,” katanya.

Oscar menyarankan, jamaah jangan terlalu memaksakan diri melakukan ibadah sunnah ketika kondisi kesehatan sedang tidak stabil. Karena semua jamaah perlu menghemat tenaga dan energi sampai tibanya pelaksanaan puncak ibadah haji di Armina. “Kelola waktu tenaga agar tidak kehabisan pada saat ibadah puncaknya di Armina,” katanya.(dtc/bbs/adz)

Exit mobile version