Site icon SumutPos

Kondisi Kritis, Motif Belum Diketahui

Pelaku Bakar Diri Disebut Mahasiswa Suku Batak

JAKARTA – Teka-teki motif dan siapa pria yang melakukan aksi membakar diri di depan Istana Negara akan sulit terungkap. Sebab, kondisi pria tersebut saat ini sangat mengenaskan. Tubuhnya mengalami luka bakar di seluruh tubuh dengan tingkat 98 persen. Pihak RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) menyebut kondisinya kritis.

Kemarin, dipimpin oleh Direktur Utama RSCM Prof Dr. dr. Akmal Taher Sp.U, pihak rumah sakit menggelar konferensi pers. Dia mengatakan, meski masih hidup, hingga kemarin kondisinya masih mengenaskan. “Keadaan umum sangat buruk. Sekarang dia dibantu alat pernafasan,” ujarnya kemarin.

Dalam gambar, badan korban tampak gosong dan menghitam. Tubuhnya dibalut dengan perban, bibirnya membengkak, matanya memerah dan mengeluarkan air mata berwarna merah. Rambut sisi kiri, belakang, dan kanan terbakar hingga menyisakan bagian depan. Juga terlihat berbagai selang menancap di tubuhnya.

Meski demikian, dia tidak tahu pasti bagaimana peluang pria tersebut bisa bertahan. Yang pasti, pihaknya akan berbuat yang terbaik untuk bisa membuatnya tetap bertahan. Disatu sisi, dia mengakui jika kondisi luka bakar seperti itu sulit untuk disembuhkan.

Saat ini, lanjutnya, belum ada yang mengaku sebagai keluarga pelaku bakar diri hingga 18.00 Rabu (7/12).
Masih gelapnya motif dan identitas pelaku membuat berbagai spekulasi bermunculan. Bahkan, setelah santer berita pria bakar diri menyebar, sekelompok LSM yang menyebut diri dari Pemuda Kebangsaan, Bendera, hingga Petisi 28 langsung menggelar aksi simpati di RSCM.

Kordinator aksi bernama Dani langsung mengaitkan dengan politik. Dia menyebut aksi tersebut sebagai wujud ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Begitu juga pernyataan Ketua Komisi IX DPR RI Ribka Tjiptaning yang menjenguk pelaku. Dia mengaku sudah bertemu pasien dan menyebut aksi dilakukan karena jenuh dengan pemimpinnya.

“Kalau hanya aksi bunuh diri, kenapa di depan istana,” urainya. Entah benar atau tidak, saat pihak RSCM melarang ada yang menjenguk selain tim medis, dia mengaku sempat berkomunikasi dengan korban. Bahkan, dia menyebut pelaku adalah mahasiswa dan dari suku Batak.

Sementara itu, pihak Istana meminta dilakukan upaya penyelamatan yang maksimal oleh kepolisian dan rumah sakit terhadap orang yang melakukan aksi bakar diri di depan Istana Merdeka (7/12). Menurut Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa, setiap kehidupan makhluk adalah anugrah dari Tuhan.

“Tidak seorang pun boleh kita biarkan menyia-nyiakan anugrah itu,” kata Daniel di Nusa Dua, Bali, kemarin (8/12). Pihaknya, kata dia, mendorong semua warga negara menjauhkan dari kekerasan, termasuk terhadap diri sendiri. “Demokrasi kita harus memuliakan keadaban yang di antaranya datang dari moralitas agama dan kemanusiaan,” sambungnya.

Daniel menyatakan keprihatinan dan menyayangkan terjadinya aksi bakar diri tersebut. “Kami berharap itu akan menjadi peristiwa terakhir yang kita lihat dalam masa hidup kita,” katanya. Dia juga tidak ingin aksi yang tergolong nekat tersebut dianggap sebagai sesuatu yang heroik.  (dim/fal/jpnn)

Exit mobile version