Site icon SumutPos

2023, Gerhana Paling Langka

Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS Proses gerhana matahari sebagian (GMS) terlihat di atas gedung Kampus Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Jalan Denai, Medan, Rabu (9/3). Fenomena gerhana matahari total dan sebagian terlihat di sejumlah wilayah di Indonesia pada tahun ini setelah sebelumnya terjadi pada tahun 1983.
Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS
Proses gerhana matahari sebagian (GMS) terlihat di atas gedung Kampus Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Jalan Denai, Medan, Rabu (9/3). Fenomena gerhana matahari total dan sebagian terlihat di sejumlah wilayah di Indonesia pada tahun ini setelah sebelumnya terjadi pada tahun 1983.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaludin mengatakan, gerhana matahari total (GMT) yang langka bakal kembali menyapa Indonesia tujuh tahun lagi, yakni pada 20 April 2023 mendatang. Menurutnya, pergerakan GMT dinamis. Artinya, tidak ada lintasan gerhana yang sama. Oleh sebab itu, setiap fenomena alam tersebut terjadi, sangat disayangkan kalau terlewat.

Thomas menyebutkan, gerhana matahari pada 2023 hanya akan melintasi Maluku dan Papua Barat. Jadi, upaya melihat langsung pada 2023 bakal lebih berat jika dibandingkan pada 2016. Sebab, cakupan wilayahnya jauh lebih sedikit.

“Selain cakupan wilayah yang lebih sempit, durasi gerhana matahari totalnya juga lebih singkat,” ungkap Thomas.

Durasi gerhana matahari total kemarin pagi rata-rata mencapai 3 menit 19 detik. Sementara itu, pada 2023, durasinya hanya mencapai 1 menit 50 detik.

“Tentu ini membuat gerhana matahari total 9 Maret 2016 lebih disarankan untuk diamati daripada menunggu tujuh tahun mendatang,” tambah Thomas.

Meski wilayah lintasan lebih sedikit, para astronom muda tidak perlu kecewa. Sebab, gerhana matahari pada 2023 adalah gerhana matahari hybrid. Menurut pengamat astronomi Madhonna Nur Aini, gerhana matahari hybrid adalah jenis gerhana matahari paling langka.

Perempuan yang akrab disapa Donna itu mengatakan, gerhana hybrid adalah perpaduan gerhana cincin dengan gerhana matahari total.

”Dalam satu kesempatan, terjadi gerhana matahari cincin dan GMT,” sebutnya.

Jadi, setelah GMT yang memunculkan korona, terjadi gerhana matahari cincin dengan bentuk matahari yang terhalang bulan bulat seperti cincin.

Untuk diketahui, selama abad 21, Indonesia hanya akan dilintasi dua kali gerhana matahari hybrid. Pertama pada 20 April 2023 dan kedua pada 25 November 2049.

Setelah 20 April 2023, gerhana matahari total baru bisa terlihat lagi pada 20 April 2042. Menariknya, dua gerhana matahari total tersebut terjadi pada tanggal yang sama, yaitu 20 April. Karena itu, selisih keduanya bisa dinyatakan tepat bulat 19 tahun.

Namun, di luar kesamaan tanggal tersebut, dua gerhana matahari total itu sama sekali berbeda. Salah satu bedanya, 2023 adalah gerhana matahari hybrid, sedangkan 2042 adalah ”murni” gerhana matahari total.

Perbedaan lainnya adalah gerhana matahari total 2023 hanya melintasi Indonesia bagian timur, sedangkan 2042 hanya melintasi Indonesia bagian barat. Wilayah yang dilintasi adalah Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Barat.

Artinya, cakupan wilayah yang dilintasi gerhana matahari total 2042 lebih luas daripada 2023, namun masih lebih sempit jika dibandingkan dengan 2016.

Yang juga menarik adalah meski pola lintasan gerhana matahari total berbeda, provinsi yang dilintasi pada 2042 adalah bagian dari provinsi yang dilintasi pagi ini.

Itu menjadi kabar baik bagi provinsi-provinsi yang sekarang sedang merayakan gerhana matahari. Sebab, mereka akan merasakan setidaknya dua kali gerhana matahari total dalam waktu yang relatif singkat.

Durasi gerhana matahari total pada 2042 di Indonesia mencapai 3 menit 30 detik. Hampir sama dengan durasi gerhana matahari total 2016. (jpnn)

Exit mobile version