Site icon SumutPos

Positif Covid-19 Melonjak Tajam, Sehari Bertambah 13 Kasus

PERIKSA: Petugas keamananan memeriksa suhu tubuh pengunjung yang akan masuk ke area Sun Plaza Medan, Jumat (9/3).
PERIKSA: Petugas keamananan memeriksa suhu tubuh pengunjung yang akan masuk ke area Sun Plaza Medan, Jumat (9/3).

SUMUTPOS.CO – Jumlah pasien virus corona jenis baru atau COVID-19 di Indonesia naik drastis dalam kurun waktu sehari. Senin (9/3), ada 13 pasien yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona. Sehingga total pasien yang positif virus corona di Indonesia menjadi 19 orang.

“Hingga hari ini (kemarin, Red), kasus yang terkonfirmasi positif 19 orang. Yang kami rilis kemarin kasus 1 sampai 6, hari ini saya sampaikan kasus 7 sampai 19,” kata Juru Bicara pemerintah untuk COVID-19, Achmad Yurianto kepada wartawan, Senin (19/3).

Namun, kali ini Yurianto hanya menjelaskan gender, usia, kondisi pasien, hingga keterangan dari kasus masing-masing. Tidak lagi disebutkan di rumah sakit mana pasien diisolasi. Dari 6 kasus sebelumnya, Yuri menyebut RS Sulianti Saroso dan RS Persahabatan yang dijadikan lokasi isolasi pasien kasus 1 hingga kasus 6. Sedangkan kasus 7 hingga 19, Yurianto hanya menyebut pasien diisolasi di Jakarta dan luar Jakarta.

Yurianto mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, karena penyakit ini tidak seperti di Wuhan, Tiongkok. Tidak ada pasien yang menggunakan oksigen dan infus. “Gejala klinis yang kami dapatkan pada mereka yang tanpa penyakit kronis mendahului, tidak demam, tidak batuk, artinya secara keseluruhan tampak sebagai pasien ringan, tidak sakit berat,” paparnya.

Namun, ada beberapa pasien yang dipasang infus dan oksigen karena memang ada penyakit kronis yang mendahului. Berdasarkan hasil lab siang tadi, kata dia, pemeriksaan dilakukan beberapa hari lalu yang menggunakan PCR, kemudian dikonfirmasi dengan Genome Squenzing. “Maka hari ini ada beberapa lagi kasus positif yang kami dapatkan,” katanya.

Pasien 1 (perempuan, 31 tahun) dan pasien 2 (perempuan, 64 tahun). Kluster Jakarta. Tidak ada keluhan. Dokter penanggung jawab pasien yang merawat menyampaikan bahwa pasien 1-2 hanya mengalami beban psikologis karena identitas mereka sudah terpublikasi beberapa waktu lalu.

Pasien 3 (33 tahun) dan pasien 4 (34 tahun). Kluster Jakarta. Jauh lebih bagus dari sebelumnya. Mereka meminta jaminan agar nama atau identitas mereka tak diumumkan.

Kondisi pasien 5 (laki-laki, 55 tahun). Kluster Jakarta. Juga bagus dan tidak ada keluhan. Akan tetapi dia sudah mulai merasa bosan karena berada di kamar terus. Dan pasien 6 (laki-laki, 36 tahun). Kluster Jepang dari kapal Diamond Princess. yang merupakan kasus impor dari Jepang, baik-baik saja dan tidak ada keluhan. Kasus ini merupakan kasus penularan di kapal Diamond Princess.

Kasus pasien 7 (perempuan, 59 tahun). Kondisinya nampak sakit ringan sedang stabil. Ini adalah kasus imported case, pasien baru kembali dari luar negeri dan kemudan menunjukkan gejala-gejala seperti batuk dan pilek. Kemudian dilakukan pemeriksaan baik dengan PCR dan Genome Squenzing.

Kasus pasien 8 (Laki-laki, 56 tahun). Pasien ini tertular oleh pasien 7. Karena memang suami istri. Kondisinya sekarang menggunakan beberapa peralatan seperti infus dan oksigen. Sebab sebelum kontak dengan 7, pasien 8 ini sudah sakit duluan tetapi bukan sakit COVID-19. Tetapi memang sakit karena diare, ditambah riwayat diabetes. Sekarang terpapar, kondisinya sakit sedang ke arah berat.

Pasien 9 (perempuan, 55 tahun). Kondisinya sekarang nampak sakit ringan sedang. Tanpa ada penyakit penyulit sebelumnya. Pasien ini juga imported case, bukan dari bagian kluster mana pun. Baru datang dari luar negeri.

Pasien 10 (laki-laki, 29 tahun) adalah Warga Negara Asing (WNA). Nampak dalam kondisi sakit ringan sedang. Ini adalah bagian dari kluster Jakarta. Pasien 11 (perempuan, 54 tahun) adalah WNA. Kondisi nampak sakit ringan sedang. Ini bagian dari kluster Jakarta. Pasien 12 (laki-laki, 31 tahun). Sakit ringan sedang juga. Bagian dari kluster Jakarta.

Pasien 13 (perempuan, 16 tahun). Merupakan bagiaj penelusuran dari pebularan subkluster pasien 3. Pasien 14, (laki-laki, 50 tahun). Gambaran sakit ringan sedang. Imported case baru pulang dari luar negeri. Pasien 15 (perempuan, 43 tahun). Ini juga Imported case. Baru pulang dari luar negeri.

Pasien 16 (perempuan, 17 tahun) ini terkait dengan pasien 15. Kontak eratnya dan tertular dari pasien nomor 15.

Pasien 17 (laki-laki, 56 tahun) adalah imported case. Baru pulang dari luar negeri. Begitu juga dengan Pasien 18 (laki-laki, 55 tahun, dan Pasien 19 (laki-laki, 40 tahun) yang juga imported case. Baru pulang dari luar negeri.

Yurianto menjelaskan, saat ini keadaan pasien kasus 1 dan 2 dalam tekanan psikologis. Walaupun keadaan secara pengamatan klinik tidak mengalami keluhan apa pun. “Dari dokter penanggung jawab pasien (DPJP) artinya yang merawat pasien itu, menyampaikan ke saya, komunikasi secara intens dan didominasi oleh pasien 01 dan 02 beban psikologis,” kata Yurianto.

Dia menjelaskan, tekanan psikologis pasien positif Corona tersebut lantaran indentitas sudah terpublikasi beberapa lalu. Hal tersebut, kata dia, jadi pukulan berat. “Akibat aib identitasnya sudah terpublikasi beberapa saat yang lalu, ini jadi pukulan berat secara psikologis untuk mereka berdua,” ungkapnya.

Yurianto juga menjelaskan, kondisi psikologis tersebut bisa jadi salah satu yang mempengaruhi imunitas pasien Corona. Sebab itu, tim medis pun sudah menyiapkan psikiater. “Sudah berjalan,” jelasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Direktur Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI)Sulianti Saroso, Mohammad Syahril menjelaskan, saat ini pihaknya telah merawat enam orang pasien yang positif terinfeksi virus korona atau Covid-19. Syahril menjelaskan, mereka yang terinfeksi diantaranya empat orang warga negara Indonesia (WNI) dan dua orang lainnya merupakan warga negara asing (WNA). “Jadi dari empat positif tambah lagi dua menjadi enam (positif Korona),” kata Syahril, Senin (9/3).

Syahril enggan membeberkan secara rinci dua WNA itu berasal dari negara mana. Namun, Syahril menyebut, pasien itu berjenis kelamin laki-laki usia 29 tahun dan satu pasien lagi berjenis kelamin perempuan usia 54 tahun. “Dua orang baru, orang baru ini WNA,” ujarnya.

Syahril menyampaikan, kini terdapat 10 pasien di RSPI Sulianti Saroso. Namun, empat orang dalam pengawasan yang juga di ruang isolasi hingga kini masih memunggu hasil pemeriksaan laboratorium. “Empat lainnya masih menunggu hasil,” tukas Syahril.

Tes Dilakukan Sehari

Dilansir dari laman covid19ID, sejauh ini 53 persen pasien corona adalah laki-laki dan sisanya perempuan. Virus corona baru atau Covid-19 dimulai di Wuhan, Tiongkok pada akhir Desember 2019 lalu. Setelah itu menyebar ke seluruh dunia. Hingga saat ini sudah ada 111.354 kasus positif infeksi di seluruh dunia. Sebanyak 3.892 pasien meninggal, namun 62.375 pasien dapat sembuh.

Lantas, bagaimana Indonesia dalam melakukan tes pengujian kasus virus corona tersebut? Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Dr dr Vivi Setiawaty MBiomed menyatakan, pemeriksaan sampel tes uji virus corona membutuhkan waktu sehari. Sejak sampel diterima, uji tes hanya memerlukan waktu sehari dan kemudian langsung dapat diketahui hasilnya. “Satu hari atau 1×24 jam sejak sampel diterima di Litbang,” kata dr Vivi.

Prosedur pemeriksaan spesimen dilakukan di Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes), Kementerian Kesehatan. Adapun alat dan kemampuan di lab Balitbangkes Kemenes disebutkan sudah terstandar World Health Organization (WHO).

Bagaimana alur pemeriksaan di lab Litbangkes? Prosedur pemeriksaan spesimen di Lab Badan Litbangkes mulai dari Penerimaan Spesimen, Pemeriksaan Spesimen, dan Pelaporan. Sebelumnya spesimen diambil dari rumah pasien di rumah sakit rujukan. Kemudian spesimen dikirim ke Lab Badan Litbangkes. Spesimen yang diterima tidak hanya 1 spesimen, tapi minimal 3 spesimen dari 1 pasien.

Di tahap ini, spesimen yang diterima diekstraksi untuk diambil RNA-nya atau asam ribonukleat. Dilansir Britannica, RNA adalah senyawa kompleks dengan berat molekul tinggi yang berfungsi dalam sintesis protein seluler dan menggantikan DNA (asam deoksiribonukleat) sebagai pembawa kode genetik pada beberapa virus.

Setelah mendapatkan RNA, spesimen kemudian dicampurkan dengan Reagen untuk pemeriksaan dengan metode Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (PCR). PCR adalah pemeriksaan dengan teknologi amplifikasi asam nukleat virus untuk mengetahui ada tidaknya virus/DNA virus dan untuk mengetahui genotipe virus.

Genotipe virus bisa diketahui dengan melakukan sekuensing DNA. Setelah itu dimasukkan ke mesin yang gunanya untuk memperbanyak RNA supaya bisa dibaca oleh alat spektrofotometer.

Setelah dilakukan serangkaian tahapan tersebut, hasilnya akan muncul berupa tanda positif dan negatif virus corona. Positive control digambarkan dengan kurva sigmoid, sedangkan negative control tidak terbentuk kurva (hanya datar). Itu adalah satu quality assurance untuk memastikan apakah yang diperiksa benar corona atau tidak. Untuk mengerjakan pemeriksaan spesimen banyak hal yang harus dipenuhi sebelum menyatakan sampel yang diperiksa positif atau negatif.

Jadi apabila positif corona, sampel tersebut akan menyerupai dengan positive control-nya. Setelah itu memasuki tahap pelaporan. Kasus positif dilaporkan setelah semua alur dilalui. Kepala Bidang Humas Kementerian Kesehatan Busroni menjelaskan cara tes virus corona di Indonesia yang dilakukan saat ini masih sama seperti saat belum ada kasus positif virus corona di Indonesia. “Ya benar, masih sama,” ujarnya. (jpc/kpc/bbs)

Exit mobile version