Site icon SumutPos

Kapolri Geram, Banyak Anak Buah Tak Bisa Jawab soal UU Pilkada

Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti menyebut ada empat calon tersangka dalam peristiwa yang menewaskan seorang anak, dan melukai belasan orang di Tolikara, Papua, Jumat (17/7/2015).
Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti 

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kepala Kepolisian RI Jenderal Badrodin Haiti menegur seorang Kepala Polres, saat memberikan arahan saat Apel Kepala Satuan Wilayah 2015, di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta, Selasa (11/8).

Kejadian bermula ketika Haiti memberikan arahan soal pengamanan pemilihan kepala daerah serentak Desember 2015. Orang nomor satu di Korps Bhayangkara itu kemudian bertanya kepada Kapolres Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Ajun Komisaris Besar Jules Abraham Abast tentang Undang-Undang Pilkada.

“Kapolres Mabar, sudah pernah baca UU Pilkada? Saya tanya, kalau mengumumkan hasil quick count pada hari yang sama (hari pemilihan) itu masuk pidana bukan?” tanya Haiti dari atas mimbar.

Kapolres yang mendapatkan pertanyaan itu sambil berdiri dalam posisi siap, hanya diam tak memberikan jawaban atas pertanyaan bosnya tersebut.

Tak cuma sampai di situ, Haiti juga melontarkan pertanyaan kepada seluruh Kapolda, Kapolres, dan pejabat Mabes Polri yang hadir tentang UU Pilkada. “Saya tanya lagi, money politic (politik uang) bisa pidana tidak? Siapa yang bisa angkat tangan,” tanya Haiti lagi.

Namun, tak satupun anak buahnya berani mengacungkan tangan ke atas dan menjawab pertanyaan sang bos. “Ini belum baca Undang-undang ini,” sindir Haiti.

Karenanya, Haiti menyesalkan sejumlah jajarannya yang dianggapnya belum paham UU Pilkada. Padahal, ia menegaskan, ini penting untuk penegakan hukum terkait pilkada.

“Bagaimana mau menegakan hukum kalau tidak tahu deliknya?” sesal Haiti.

Dia mengingatkan, Kasatwil jangan cuma bersikap seperti komandan yang tak tahu masalah kecil. “Padahal ini masalah teknis,” timpalnya.

Lebih lanjut, Kapolri mengingatkan, anggotanya untuk serius mengamankan pilkada. Dia mengingatkan, jangan mengamankan pilkada sambil main game di handphone, menggunakan handphone untuk keperluan tak penting serta penggunaan senjata api yang tidak bisa dikontrol.

“Hindari penggunaan senjata api karena dalam pelaksananya nanti tidak bisa kontrol. Diperintahkan tembak pantul, tapi ada saja yang nembak perut dan dada,” ujarnya.

Menurut Haiti, main handphone dan main games saat pengamanan merupakan sumber kelemahan. “Mungkin (kalau tengah main game) ada mertuanya lewat saja dia tidak tahu. Yang seperti ini tidak boleh,” perintah Haiti. (boy/jpnn)

Exit mobile version