Site icon SumutPos

Pakar Geofisika: Belum yang Terbesar

SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Gempa bumi dengan magnitudo 6,3 mengguncang wilayah Jawa Timur (Jatim) dan Bali, Kamis (11/10) pukul 01.57 WIB. Ahli Geofisika menilai, gempa yang berlangsung 5 detik itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Ada beberapa faktor kenapa gempa tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Pertama, kekuatan gempa bumi masih di bawah magnitudo 6,5. Kedua, harus ada pergeseran lempeng bumi secara vertikal. Ketiga, harus tergolong gempa dangkal.

Pakar Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Ir. Amien Widodo mengatakan, wilayah Jatim memenuhi semua unsur gempa yang berpotensi tsunami. Namun kekuatan magnitudonya masih di bawah magnitudo 6,5.

“Kalau tergolong gempa dangkal, iya. Namun kekuatan gempanya masih 6,3 SR. Tapi tetap harus melihat sejarah. Surabaya sendiri sudah pernah tsunami belum?,” kata Amien, Kamis (11/10).

Menurut Amine, gempa dini hari tadi belum yang terbesar. Meski demikian, masyarakat diimbau tetap waspada. Sebab gempa serupa diprediksi masih akan terjadi lagi.

Jatim masih menjadi wilayah yang tergolong rawan gempa. Karena sering terjadi pergeseran patahan lempeng bumi di wilayah tersebut. Tapi waktu terjadinya gempa belum dapat diprediksi. “Memang daerah potensi di situ. Terutama Selat Madura (Sumenep). Sebabnya, ya ada patahan tadi,” tukas Amien.

Guncangan gempa terasa di seluruh wilayah Jatim. Antara lain di Kabupaten/Kota Situbondo, Jember, Banyuwangi, Lumajang, Kabupaten/Kota Probolinggo, Bondowoso, Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Kabupaten/Kota Pasuruan, Kota Batu, Kabupaten/Kota Malang, Blitar, Surabaya, Sidoarjo, Jombang, Kabupaten/Kota Mojokerto.

Berdasarkan analisis peta gempa dirasakan, intensitas gempa dirasakan III-IV MMI di Denpasar, III MMI di Karangkates, III MMI di Gianyar, III MMI di Lombok Barat, III MMI di Mataram, III MMI di Pandaan.

246 Rumah di Sumenep Rusak

Sebanyak 246 rumah warga di Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, tercatat mengalami kerusakan akibat gempa yang berpusat di timur laut Situbondo, tersebut. Rumah rusak tersebar di 2 kecamatan di Pulau Sapudi, yakni di Kecamatan Gayam dan Kecamatan Nunggunung. Di Kecamatan Gayam, ada 210 yang rusak.

“30 rumah rusak berat, 80 rumah rusak sedang, dan 100 rumah rusak ringan,” kata Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Kamis (11/10/2018) sore. Sementara di Kecamatan Nunggunung, ada 36 rumah warga yang rusak. Namun hanya 1 yang rusak parah, sisanya kategori berat dan kategori ringan. “Dari total rumah yang rusak, ada 2 rumah yang rata dengan tanah, dan mengakibatkan korban jiwa,” ucapnya.

Sementara total warga yang menjadi korban, kata Soekarwo, ada 27 orang. Tiga orang meninggal dunia dan 24 lainnya luka-luka. “Saya, kapolda dan pangdam tadi sempat ikut pemakaman salah satu korban,” terangnya. Puluhan rumah juga rusak di Kabupaten Jember. Dari data yang dihimpun Kepolisian Resort (Polres) Jember, sebanyak 23 rumah milik penduduk dan satu mushalla rusak. Puluhan rumah itu tersebar di lima kecamatan.

“Paling banyak ada di wilayah kecamatan kota, yakni di Kecamatan Kaliwates sebanyak 11 rumah rusak dan 1 mushala,” ungkap Kapolres Jember, AKBP Kusworo Wibowo kepada Kompas.com, Kamis. Untuk kerusakan rumah yang dialami warga, lanjut Kusworo, cukup bervariatif.

“Ada temboknya yang retak, atap rumahnya ambruk, bahkan ada juga yang tembok rumahnya ambruk,” tambahnya. Adapun wilayah yang terdampak di antaranya, Kecamatan Kaliwates, Mumbulsari, Sukorambi, Tempurejo, dan Arjasa. “Kita sudah menerjunkan 120 personel untuk kerja bakti membantu warga yang menjadi korban gempa itu,” pungkasnya.

Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, menarget 246 rumah rusak akibat gempa di Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep, rampung diperbaiki 3 pekan ke depan. “Targetnya, 3 pekan ke depan perbaikan rumah rusak dan pembangunan rumah yang rusak berat sudah selesai. Besok bahan baku semen sudah bisa dikirim,” katanya, Kamis (11/10).

Pembangunan rumah rusak di Pulau Sapudi, sambung Soekarwo, ditanggung seluruhnya oleh Pemprov Jawa Timur, dengan tenaga melibatkan polisi dan Satuan Zeni Angkatan Darat. “Malam ini sedang dihitung pasukan polisi dan Zeni yang akan dikirim ke Pulau Sapudi,” ungkapnya.

Sejumlah Bangunan Rusak di Jembrana

Gempa yang berpusat di Situbondo, Jawa Timur pada Kamis (11/10) dini hari juga dirasakan di Bali. Terutama Kabupaten Jembrana. Bahkan dampak gempa tersebut membuat sejumlah bangunan mengalami kerusakan.

Yang terparah terjadi di Pura Puseh Desa Mendoyo Dauh Tukad,Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana. Kori Agung Pura, Bale Pengaskaran Pemangku dan juga Bale Piasan rusak parah. Diperkirakan menimbulkan kerugian hingga ratusan juta rupiah.

Data dihimpun BPBD Jembrana, ada sejumlah kerusakan akibat gempa. Di antaranya selain kerusakan terjadi di Pura Puseh Mendoyo Dauh Tukad juga kerusakan terjadi pada tembok bangunan setengah jadi milik Komang Ariyanta di Banjar Pasar, Desa Yeh Embang, Kecamatan Mendoyo, atap rumah milik Pariana Wijaya, 60 di Banjar Pasar, Desa Yeh Embang, rusak.

umah milik Pak Gading di Banjar Pasar, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo mengalami kerusakan. Demikian juga tembok LPD Mendoyo Dangin Tukad roboh sepanjang 6 meter, tembok SD 1 Loloan Timur juga mengalami kerusakan, tembok kamar mandi milik Wahidin di dekat puskesmas pembantu di Lolohan Barat, Kecamatan Negara juga jebol, tembok milik Ibu Marwati di Jalan Gunung Semeru Gang VII Ketugtug, Loloan Timur, Kecamatan Jembrana jebol akibat gempa di perairan Situbondo.

Papua Nugini Juga Diguncang Gempa
Beberapa jam usai gempa Situbondo yang berkekuatan M 6,3, gempa bumi berkekuatan 7,0 SR dilaporkan terjadi di Papua Nugini. Gempa Papua Nugini dilaporkan terjadi Kamis (11/10/2018) pukul 06.48 waktu setempat.

Melansir AFP, otoritas setempat telah mencabut peringatan tsunami.

Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat, pusat gempa berada di sekitar 125 km timur dari Kimbe pada kedalaman 40 km. Tercatat ada guncangan gempa hingga 6,2 magnitudo sebelum dan setelah gempa utama berlangsung.

Pusat Peringatan Tsunami Pasifik pada mulanya mengeluarkan peringatan terjadinya gelombang tsunami, yang kemungkinan melanda kawasan pesisir sejauh 300 km dari pusat gempa.

Kemudian, peringatan tersebut dicabut. “Berdasarkan data yang tersedia, ancaman tsunami akibat dari gempa bumi telah berakhir,” demikian pernyataannya.

Juru bicara Kantor Manajemen Bencana Nasional Papua Nugini menyatakan, belum ada laporan mengenai kerusakan setelah guncangan gempa. Namun, biasanya informasi kerusakan memakan waktu beberapa jam untuk mencapai ibu kota, di Port Moresby.

Asisten Direktur Observatorium Geofisika Papua Niugini di Port Moresby, Chris McKee, menanggapi laporan-laporan sebelumnya yang memperkirakan kekuatan gempa mencapai 7,3 magnitudo.

“Kami yakin magnitudo bukan 7,3 seperti yang disebut dalam beberapa laporan, dan kedalamannya 50-70 km,” katanya.

“Di dalam parameter dan kedalaman itu, kami tidak akan memperkirakan terjadinya tsunami,” imbuhnya.

Sementara situs resmi USGS menyatakan, kemungkinan kecil adanya korban dan kerusakan akibat gempa.

Papua Nugini terletak di Cincin Api Pasifik, lokasi utama aktivitas seismik karena gesekan antara lempeng tektonik. Negara tersebut masih belum pulih usai diguncang gempa 7,5 magnitudo pada Februari lalu, yang menewaskan 125 orang. (HDR/JPC/(bx/tor/yes/JPR)

Exit mobile version