Site icon SumutPos

359 Jamaah Indonesia Tiba di Tanah Suci, 13 Jamaah Umrah Positif Covid

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Direktur Bin Umrah dan Haji Khusus Kementerian Agama (Kemenag) Arfi Hatim menyampaikan, ada 13 jamaah umrah yang positif Covid-19. Adapun mereka diketahui positif setelah tiba di Arab Saudi. Saat ini, Indonesia telah mengirimkan 359 jamaah dalam 3 kloter pemberangkatan. Pertama pada 1 November dengan 224 jamaah, lalu 3 November 89 jamaah, dan 8 November 46 jamaah.

Dok. KJRI Jeddah UMRAH: Jemaah kloter pertama bersiap melaksanakan ibadah umrah dari hotel tempat mereka dikaratina, Rabu (4/11) lalu.

Dari situ, untuk yang gelombang pertama diketahui ada 8 jamaah yang positif, lalu gelombang dua ada 5 terkonfirmasi positif. Sedangkan gelombang tiga, dinyatakan bebas Covid-19 dan langsung diperbolehkan umrah.

“Betul ada jamaah kita yang terkonfirmasi positif pada melakukan swab test di Mekkah, itu gelombang pertama pada 1 November dari 2 swab, ada 8 jamaah yang positif, gelombang kedua ada 5 orang yang positif, ketiga sampai saat ini tidak ada, keseluruhan ada 13 orang yang positif,” ungkapnya dalam siaran YouTube BNPB Indonesia, Rabu (11/11).

Dia memastikan, itu merupakan tanggung jawab dari pemerintah Arab Saudi. Sebab, mereka dikonfirmasi terinfeksi virus ketika di sana. Untuk saat ini, mereka pun tengah menjalankan proses isolasi. “Sudah dilakukan proses isolasi dan sambil menunggu waktu nanti akan dilakukan swab test pas pulang juga, ini sudah ditangani, perhatian terhadap konsumsi itu sudah menjadi perhatian dari pihak Kementerian Kesehatan Saudi,” ucapnya.

Arfi mengatakan, sebenarnya para jemaah asal Indonesia telah menjalani tes PCR dan karantina sebelum berangkat. Makanya, dia mengaku belum mengetahui penyebab jamaah umrah bisa tertular Covid-19 saat tiba di Arab Saudi.

Untuk itu, katanya, Kemenag akan mengkaji segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. “Yang jadi pertanyaan, kenapa pada waktu tiba di Arab Saudi terkonfirmasi positif. Ada berapa kemungkinan tertentu nanti akan kami kaji sebagai bahan evaluasi dalam konteks pencegahan seluruh penyelenggaraan ibadah umrah,” ungkapnya.

Dia juga sangat mengharapkan kepatuhan para calon jamaah haji dalam menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Hal ini dilakukan agar tidak ada lagi kasus positif dari jamaah Indonesia. “Inilah kemudian yang menjadi titik-titik yang perlu kita harus itu bahwa kita berharap jamaah yang berangkat ke sana itu sehat dan pulangnya juga sehat,” harapnya.

Menurut Arfi, Kerajaan Arab Saudi sendiri telah mengeluarkan kebijakan terkait penyelenggaraan ibadah umrah dalam masa pandemi ini pada Oktober 2020. Arfi menekankan, dalam kebijakan itu diatur jelas bagaimana proses pelaksanaan umrah, khususnya di Masjidilharam. ”Yang pertama tentu waktunya terbatas, kemudian dari pandangan visual yang saya lihat tentu diatur, ditata sedemikian rupa physical distancing, artinya penerapan protokol kesehatan sangat ketat,” katanya.

“Pemandu yang mendampingi pelaksanaan ibadah umrah di Masjidilharam, mulai dari tawaf, sai, sampai selesai, itu betul-betul sesuai dengan protokol kesehatan. Ada petugas khusus memang yang memastikan itu,” imbuhnya.

Arfi menilai, memang banyak perubahan pelaksanaan umrah dari sebelum hingga memasuki pandemi saat ini. Namun, Arfi menilai hal itu wajar karena semua yang dilakukan Arab Saudi demi keselamatan bersama. “Jadi di lapangan ada beberapa hal dinamika perubahan kebijakan Arab Saudi yang disampaikan Pemerintah Arab Saudi sebelum 1 November. Tentu semua harus memahami itu dalam konteks pencegahan dan perlindungan warna negara kita dan warga negara yang lainnya,” kata Arfi.

Terpisah, Konjen RI Eko Hartono mengungkapkan, saat ini ada perubahan peraturan yang dilakukan Pemerintah Saudi. Sebelumnya, para jamaah yang tiba di Arab Saudi harus menjalani karantina selama 3 hari terlebih dahulu lalu dites swab. Sementara kini, begitu jamaah tiba, langsung tes swab, ketika hasil negatif maka bisa langsung umrah. “Iya jamaah yang bebas Covid bisa lngsung umrah. Jadi setelah datang, terus swab dan begitu negatif mereka langsung umrah,” kata Eko.

Menurutnya, aturan yang berubah-ubah ini cara pemerintahan Raja Salman untuk menemukan pola yang tepat untuk umrah jamaah luar negeri di masa pandemi ini. “Jadi swab dulu baru karantina. Supaya bisa umrah dulu. Arab Saudi juga masih cari pola penanganan yang pas saat pandemi,” jelasnya.

Pemda Diminta Waspada

Sebelumnya, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo meminta pemerintah daerah (Pemda) mempersiapkan diri menyambut kepulangan WNI dari luar negeri, baik karena repatriasi maupun umrah. Ia mengingatkan, jumlah mereka tidak sedikit.

Data yang dikantongi Doni, ada lebih dari 350 ribu orang yang tersebar di beberapa negara di dunia. Khusus untuk jamaah umrah sendiri, kuota yang dimiliki Indonesia mencapai 800 hingga 1.000 jamaah per hari dan mulai berangkat pada 1 November lalu. “Selalu waspada. Kira-kira demikian,” ucap Doni.

Penanganan pencegahan Covid-19 jamaah ini perlu mendapat perhatian karena mereka melakukan perjalanan jauh dan bertemu dengan jamaah dari negara lain. Pemerintah Arab Saudi sendiri membuka kuota visa sebanyak 10 ribu jamaah umrah untuk seluruh dunia.

Kementerian Agama juga telah memberikan syarat ketat untuk penyesuaian protokol kesehatan selama pandemi melalui Keputusan Menteri Agama No. 719 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019.

Aturan ini menyangkut batasan usia, swab test, hingga disiplin protokol kesehatan sepanjang perjalanan dan ibadah. Protokol tersebut meliputi #ingatpesanibu untuk #pakaimasker, #cucitangan pakai sabun, dan #jagajarak hindari kerumunan.

Satgas-Covid-19 sendiri akan terlibat dengan pelaksanaan karantina. Karantina ini menggunakan asrama haji atau hotel yang ditunjuk Satgas Covid-19 pusat dan daerah. Oleh sebab itu perlu antisipasi yang lebih baik lagi untuk menyambut kepulangannya dalam keadaan sehat dan tidak terpapar Covid-19. (jpc/jpnn)

Exit mobile version