Site icon SumutPos

Medan, Metropolitan dengan Udara Terbersih

Raih Penghargaan Langit Biru dari Menteri Lingkungan Hidup

JAKARTA-Wajah Wali Kota Medan Rahudman Harahap sumringah. Rabu (14/12), dia kembali menerima Penghargaan Langit Biru untuk kategori Kota Metropolitan dari Menteri Lingkungan Hidup (LH) Balthazar Kambuaya.

Kota Medan selevel dengan Kota Surabaya dan Kota Jakarta Timur, yang juga meraih penghargaan serupa. Tiga Kota ini dinilai berhasil menekan konsumsi bahan bakar minyak dan menurunkan emisi gas.

Hanya skor nilai yang berbeda yakni Surabaya dengan nilai 7,21, Kota Medan dengan nilai 6,72, dan Kota Jakarta Timur 6,57.

Menteri LH Balthazar Kambuaya menjelaskan, penghargaan ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi masalah pemanasan global dan perubahan iklim, yang sudah menjadi isu dunia.

“Kami berharap program Langit Biru bisa mendorong upaya menurunkan konsumsi bahan bakar minyak dan mengurangi emisi gas rumah kaca,” ujar Balthazar Kambuaya saat acara penyerahan hadiah simbolis berupa sepeda kepada pemenang, di Hotel Darmawangsa, Jakarta Selatan, kemarin.

Menurut Kambuaya, kualitas udara penting karena bisa mendukung pembentukan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah, mulai dari tingkat pusat, provinsi, sampai kabupaten dan kota, wajib menyediakan udara yang bersih dan segar. “Kewajiban tadi merupakan amanah yang diberikan bangsa kepada pemerintah,” tegas mantan rektor Universitas Cendrawasih itu.
Kambuaya menjelaskan, selain harus menyediakan udara berkualitas bagus, pemerintah juga wajib menyediakan air yang layak minum. Tidak ketinggalan juga menciptakan lingkungan tempat tinggal yang sehat. Khusus untuk kondisi udara, menteri pengganti Gusti Muhammad Hatta itu mengatakan sulit sekali dipantau. “Jika air gampang. Jika dilihat keruh berarti tidak layak,” terangnya.

Untuk itu, program Langit Biru ini cukup penting karena membantu pemerintah setempat mengetahui kondisi kualitas udara. Bagi daerah yang kualitas udaranya masih buruk, diharapkan bisa segera meningkat dengan cepat.

Bagaimana mekanisme penilaiannya? Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Karliansyah, menjelaskan, aspek yang dinilai meliputi aspek  fisik dan nonfisik.

Untuk aspek fisik, tim penilai melakukan uji emisi kendaraan bermotor selama tiga hari di masing-masing kota. Penelitian ini dilakukan serentak di tiga ruas jalan raya yang sudah ditetapkan. Hal-hal yang dipantau adalah kondisi SO2, CO, NO2, HC, dan PM10. Setiap harinya, uji emisi dilakukan terhadap 500 kendaraan pribadi.

Tim penilai juga melakukan pengukuran kualitas udara di jalan raya utama masing-masing kota. Kerapatan kendaraan yang melaju di jalan raya juga menjadi bagian penilaian.

Karliansyah menjelaskan, untuk aspek nonfisik, tim penilai mengkaji upaya Pemko dalam pengurangan polusi. Kebijakan masalah transportasi yang ramah lingkungan juga menjadi aspek penilaian nonfisik. “Tim melakukan penilaian pada Maret hingga September 2011,” terang Karliansyah.

Sayang, Karliansyah tidak menjelaskan tiga ruas yang dinilai oleh tim penilai. Namun, jika mengarah pada program car free day yang digelar Pemko Medan maka tersebutlah beberapa ruas jalan yang dimaksud seperti Jalan Suprapto, Multatuli, Haji Misbah, Saman Hudi, Sudirman, Imam Bonjol, Cut Nyak Din, A Rivai, Agus Salim, Sam Ratulangi, Selamat Riadi, Linggar Jati, Suryo, Juanda, Walikota, S Parman, Uskup Agung, DR Cipto, Cit Dik Tiro, Hang Kesturi, dan Gatot Subroto.

Selain kategori Kota Metropolitan, KLH juga membuat penilaian untuk kategori kota besar. Untuk kategori ini, Kota Surakarta mendapatkan nilai tertinggi dengan nilai 8,42, disusul Kota Batam (8,31) dan Kota Malang (7,53).

Program langit biru ini sendiri diikuti 26 kota metropolitan. Antara lain, lima kota di DKI Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Bandung, Tangerang, Makassar, Palembang, dan Bekasi. Kemudian, untuk kota besar, ada 12 kota yang bersaing. Antara lain, Surakarta, Batam, Malang, Bogor, Yogyakarta, Denpasar, Samarinda, Banjarmasin, dan Padang.

Terkait dengan penghargaan ini, Rahudman Harahap berujar keberhasilan tersebut tak lain adalah hasil dari kerja sama segala lini. “Jadi mari kita terus menjalin kebersamaan dengan masyarakat dengan membulatkan tekad, hanya dengan kebersamaan kota ini dapat kita bangun,” kata Rahudman ketika membuka Jambore Posyandu Kota Medan 2011 di Jalan Karya Wisata, Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Selasa (13/12) lalu.

Sebelumnya Medan meraih penghargaan Kinerja Pemerintah Daerah Bidang Pekerjaaan Umum Kategori Kota Metropolitan dari Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dan penghargaan ICT Pura Tahun 2011 dari Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Tifatul Sembiring.

Menariknya tidak hanya Medan yang mendulang prestasi. Langkat dan Deliserdang juga mendapat penghargaan dari pemerintah pusat belum lama ini. Kabupaten Langkat menerima penghargaan dalam hal peningkatan produksi beras nasional. Penghargaan berlabel Atyalancana Wirakarya yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu diserahkan langsung oleh Menteri Pertanian Suswono di Ruang Auditorium Kementerian Pertanian Jakarta Selatan kepada Bupati Langkat Ngogesa Sitepu. Sedangkan Deliserdang meraih Adhikarya Pangan Nusantara.

Bupati Deliserdang Amri Tambunan bersama 15 kepala daerah lain meraih penghargaan ini di kategori pembina ketahanan pangan. (sam/adl)

Kota dengan Udara Terbersih

Kota Metropolitan

  1. Surabaya (7,21)
  2. Medan  (6,72)
  3. Jakarta Timur (6,67)

Kategori Kota Besar

  1. Kota Surakarta (8,42)
  2. Kota Batam (8,11)
  3. Kota Malang (7,53)

Aspek Penilaian Fisik

  1. Uji emisi kendaraan bermotor selama tiga hari di masing-masing kota. Setiap harinya, uji emisi dilakukan terhadap 500 kendaraan pribadi
  2. Pengukuran kualitas udara di jalan raya utama masing-masing kota
  3. Kerapatan kendaraan yang melaju di jalan raya

Nonfisik

  1. Mengkaji upaya Pemko dalam pengurangan polusi
  2. Kebijakan masalah transportasi yang ramah lingkungan

Waktu Penilaian

Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup

Exit mobile version