Site icon SumutPos

Di Penjara, Arif Ngaku Seorang Guru

Inilah wajah salah satu pelaku peledakan bom Sarinah, Jakarta.
Inilah wajah salah satu pelaku peledakan bom Sarinah, Jakarta.

SUMUTPOS.CO – Salah satu rekan Afif alias Sunakim –pelaku teror Sarinah- yang pernah dipenjara bersama di Lapas Cipinang, Jibriel Abdul Rahman menuturkan, selama tiga tahun dipenjara, Afif dikenal sebagai sosok yang cukup santun. ”Waktu dipenjara, dia mengaku biasanya bekerja sebagai guru TPA di Sumedang,” jelasnya.

Afif, lanjutnya, terbilang bukan orang yang mengkafirkan orang lain. Namun, dia sangat dekat dengan kelompok yang ekstrim dan mudah mengkafirkan orang lain. ”Terutama ustad Amman Abdurrahman, dia ini yang menjadi pembimbing Afif,” tuturnya.

Amman ini, sebelum ada ISIS sudah tergolong sebagai orang yang pemikirannya ekstrim. Bahkan, kelompok Amman ini menolak untuk sholat bersama dengan napi-napi lainnya. Padahal, banyak rekan yang juga dipenjara karena kasus tindak pidana terorisme. ”Saat dipenjara itu sesama napi kasus terorisme terbelah,” ungkapnya.

Dia menjelaskan bahwa Amman ini kemungkinan yang menyebabkan Afif menjadi pelaku aksi teror di Sarinah. Sebab, dipastikan saat ini Amman telah berbaiat pada ISIS. ”Anehnya, walau sangat ekstrim pemikirannya, namun Amman ini belum pernah ”berjihad” dengan tangannya sendiri,” tuturnya.

Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah sekaligus mantan kombatan Afghanistan Abu Tholut menuturkan bahwa Amman menjadi ketua dari JAKN dan dewan pembinanya merupakan Abu Bakar Baasyir. ”Kelompok ini merupakan gabung berbagai kelompok yang terinspirasi dan berbaiat dengan ISIS,” paparnya.

Kadivhumas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan menjelaskan, ada dua senjata jenis FN dan rakitan yang ditemukan dalam aksi teror tersebut. Saat ini senjata itu sedang diperiksa Puslabfor Polri. ”Semuanya diperiksa mendalam,” tuturnya.

Namun, soal asal dari senjata itu bisa diprediksi, yakni kiriman dari luar negeri, sisa konflik atau merupakan barang curian. Semua kemungkinan itu bisa saja menjadi asal muasal dari pistol yang digunakan oleh para pelaku.

”Tapi, kemungkinan yang paling kecil adalah kiriman dari luar negeri. Itu karena memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengirim ke Indonesia. Kalau mengirim juga tentunya lebih baik dalam jumlah besar ,” paparnya.

Karena itu, kemungkinan paling besar tentunya membeli di Indonesia. Tentunya yang berupa rakitan dan untuk yang organik itu sisa dari konflik. ”Namun, untuk kepastiannya tunggu dari Puslabfor ya. Semua diperiksa mendetil,” tegasnya.

Terkait lima bom yang ditemukan, Anton menjelaskan bahwa bom rakitan itu berdaya ledak rendah. Namun, ada satu bom yang ukurannya ekstra besar, kemungkinan berdaya ledak tinggi. ”Dengan ada bom ukuran besar, kami menduga ini untuk meledakkan saat sudah berkumpul banyak petugas dan masyarakat. Biar dampaknya lebih besar,” tuturnya.

Soal asal muasal bom rakitan, dia mengaku belum mengetahui. Nantinya, Puslabfor Polri yang akan mengumumkan terkait bom tersebut. ”Masih diperiksa, yang pasti ada kandungan gotri, paku dan semacamnya,’ jelasnya.

Untuk zat kimia dalam bom tersebut, juga belum diketahui. Dia mengatakan bahwa yang pasti bom ini dirakit di Indonesia. Tentunya, dengan membeli bahan-bahan kimia di Indonesia. ”Sekarang ini ada banyak cara merakit bom dan bahannya juga bermacam-macam,” ujarnya. (idr/jpnn)

Exit mobile version