Site icon SumutPos

35 Meninggal, 637 Terluka Akibat Gempa Majene-Mamuju, BMKG: Waspadai Tsunami

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dua gempa berkekuatan cukup besar mengguncang Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene, Sulawesi Barat dalam 2 hari secara berturut-turut. Gempa pertama terjadi pada Kamis (14/1) pukul 14.45 WITA dengan kekuatan M 5,9 Gempa dengan kekuatan lebih besar kembali terjadi keesokan harinya, yakni pada Jumat (15/1) dini hari pukul 02.28 WITA.

AMBRUK Kantor Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) ambruk pasca-gempa bumi dengan Magnitudo 6,2 mengguncang Kabupaten Majene, Sulbar, Jumat (15/1) dini hari pukul 02.24 WITA.

Selain berkekuatan cukup besar, gempa ini juga menimbulkan banyak kerusakan, serta jatuhnya sejumlah korban jiwa. Petugas masih terus melakukan pencarian dan penyelamatan terhadap para korban. Informasi terakhir, dilaporkan ada 35 orang yang tewas akibat peristiwa tersebut.

Selain itu, dilaporkan ada 637 orang luka-luka dan 15 ribu orang mengungsi akibat gempa magnitudo (M) 6,2 yang terjadi pada dini hari tadi. Sementara, di Kabupaten Mamuju, rumah sakit dan kantor Gubernur Sulbar mengalami rusak berat.

“Terdapat 10 titik lokasi pengungsian di Kabupaten Majene, antara lain di Desa Kota Tinggi, Desa Lombong, Desa Kayu Angin, Desa Petabean, Desa Deking, Desa Mekata, Desa Kabiraan, Desa Lakkading, Desa Lembang, Desa Limbua yang terdapat di Kecamatan Ulumanda, Kecamatan Malunda serta Kecamatan Sendana,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati dalam keterangannya, Jumat (15/1).

Sementara itu di Kabupaten Mamuju, terdapat lima titik pengungsian yang berada di Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Simboro. Hingga kini, lanjut Raditya, jaringan listrik masih padam.

“Sampai saat ini jaringan listrik juga masih padam dan komunikasi selular tidak stabil pada dua kabupaten tersebut,” ungkap Raditya.

Terpisah, Kepala Basarnas Marsekal Madya Bagus Puruhito menyampaikan, pihaknya telah mengerahkan tim SAR untuk melakukan evakuasi di lokasi terjadinya gempa, yakni Kabupaten Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat. “Tim SAR dari Makassar KN SAR Kamajaya beserta rescuernya dan juga dari Balikpapan KN SAR Wisanggeni beserta rescuernya, dari Palu melalui jalan darat dan dari Jakarta tadi ada Hercules dari TNI AU yang berangkat ke Mamuju, kita ikut sertakan satu tim urban SAR dari pusat bersama dengan perlengkapan tambahan untuk melakukan evakuasi terurama pada bangunan-bangunan runtuh,” ujar Bagus.

Bagus menuturkan, tim SAR melakukan evakuasi terhadap korban yang tertimpa puing-puing bangunan akibat gempa magnitudo 6,2. Dia meminta masyarakat untuk mendoakan agar proses evakuasi berjalan lancar. “Mohon doanya didua, tiga, atau empat kegiatan bencana yang besar ini, ada lagi yang di Bandung, di Kalimantan Selatan semuanya bisa berjalan lancar,” pungkas Bagus.

Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa yang terjadi di Majene, Sulawesi Barat, karena Mamuju Thrust yang masih sangat aktif. Hingga saat ini sudah ada 28 gempa susulan, dan BMKG mengenali 3 dari sumber gempa yang memiliki kesamaan dengan kejadian di masa lalu.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, penyebab gempa ini mirip dengan pembangkit gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 2018. Sementara di Majene diduga kuat pemicu gempa ini adalah sesar naik Mamuju (Mamuju Thrust), yang terbukti dari hasil analisis mekanisme sumber menunjukan gempa memiliki mekanisme pergerakan naik. Mamuju Thrust memiliki magnitudo tertarget mencapai 7,0 dengan laju geser sesar 2 mm per tahun, sehingga harus diwaspadai karena mampu memicu gempa kuat.

“Kalau ini robekan atau deepnya miring ke timur ke bawah Majene. Ini mirip sekali dengan gempa Lombok 2018, jadi sampai Flores itu juga mengalami deformasi slip ke arah selatan miring ke bawah Lombok,” jelas Daryono.

“Thrust Mamuju terlihat naik dari Mandar, Majene, Mamuju, dan ini merupakan sesar yang sangat aktif,” tambahnya. Meski ada potensi gempa susulan, dia mengharapkan gempa utama yang terjadi dini hari sudah terjadi sehingga gempa berikutnya tidak sekuat gempa utama.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, Indonesia merupakan wilayah yang rawan gempa dan pihaknya mengimbau masyarakat, dan pemerintah daerah untuk mewaspadai gempa yang kecenderungannya semakin meningkat.

Untuk gempa Majene, dia menegaskan, masih ada potensi gempa susulan berikutnya yang masih kuat bisa mencapai kekuatan yang seperti terjadi 6,2 atau sedikit lebih tinggi. Pasalnya,batuan sudah diguncang 28 kali dan sudah rapuh dan pusat gempa ada di pantai. Sehingga ada kemungkinan terjadi longsor ke dalam laut, dan masih atau dapat berpotensi terjadi tsunami apabila ada gempa susulan berikutnya, terutama jika pusatnya di pantai atau pinggir laut.

“Kami mengimbau masyarakat tidak hanya menjauhi bangunan rentan, tetapi apabila kebetulan masyarakat di pantai dan merasakan guncangan gempa lagi, segera jauhi pantai tidak perlu menunggu peringatan tsunami. Kejadian bisa sangat cepat, catatannya tsunami pada menit 2-3 padahal peringatan dini baru pada setelahnya jadi sudah keduluan tsunaminya kalau terjadi lagi gempa,” katanya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan belasungkawa atas jatuhnya korban dalam bencana alam gempa bumi yang melanda wilayah Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), Jumat (15/1), dini hari tadi. ‘’’Saya atas nama pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia menyampaikan duka yang mendalam atas korban yang meninggal dunia,’’ ujar Jokowi dalam keterangannya, Jumat (15/1).

Presiden pun langsung memerintahkan sejumlah jajarannya untuk bertindak cepat melakukan langkah-langkah tanggap darurat. Jokowi mengatakan pagi tadi dirinya juga bertelepon kepada Gubernur Sulawesi Barat dan saya juga telah memerintahkan kepada Kepala BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), kepada Menteri Sosial, kepada Kepala Basarnas (Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan), dan Panglima TNI dan Kapolri beserta jajarannya, untuk segera melakukan langkah-langkah tanggap darurat. ’’Mencari dan menemukan korban, serta melakukan perawatan kepada korban yang luka-luka,’’ jelasnya.

Kepala Negara juga meminta kepada masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti petunjuk-petunjuk yang disampaikan oleh petugas di lapangan. Dalam kesempatan tersebut, Presiden juga menyampaikan dukacita yang mendalam atas korban meninggal dunia akibat tanah longsor di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.

Untuk penanganan longsor di Kabupaten Sumedang, Presiden juga telah memerintahkan Kepala BNPB, Menteri Sosial, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk segera melakukan relokasi warga terdampak bencana.

’’Terakhir, saya mengimbau agar kita semuanya untuk terus meningkatkan  kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem baik berupa hujan lebat dan yang lainnya dan selalu memperhatikan peringatan dini mengenai cuaca dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika),’’ pungkasnya.(jpc/kps/bbs)

Exit mobile version