Site icon SumutPos

HUT RI Bernuansa Batak

Dua Mantan Presiden Absen di Istana Merdeka

ULOS: Ibu Negara Ani Yudhoyono berkostum merah dan berulos serius memegang kameranya untuk mengabadikan peringatan HUT ke-67 RI di Istana Merdeka di Jakarta.//ROMEO GACAD/AFP PHOTO

JAKARTA-Nuansa adat Batak, Sumatera Utara, mendominasi perayaan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-67 Republik Indonesia di Istana Kepresidenan, kemarin (17/8). Ulos, kain khas Batak, tampak menghiasi sudut-sudut istana yang dikombinasi dengan dekorasi bunga dan kain atau bendera Merah Putih.

Tidak hanya itu, musik Gordang Sambilan dan tari Tortor juga ditampilkan di sisi halaman Istana Negara untuk menyambut tamu dan undangan upacara detik-detik proklamasi. Ditampilkannya dua kesenian itu seperti menjadi penegasan setelah sempat muncul kabar adanya klaim oleh Malaysia.

Kesenian lain yang juga ditampilkan di bagian istana yang lain musik daerah Maluku, musik Melayu Kepulauan Riau, dan seni tradisional Banten Calung Renteng Peringatan HUT ke-67 RI, kemarin, hampir sama dengan yang terjadi pada 17 Agustus 1945, yakni jatuh pada hari Jumat di Bulan Ramadan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin langsung sebagai inspektur upacara. Pembawa bendera Merah Putih adalah Mega Ayundya dari SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah.
Usai pengibaran bendera Merah Putih, melintas lima pesawat Sukhoi dan lima pesawat F-16 yang melakukan atraksi fly pass.

Di jajaran undangan, tidak tampak dua mantan presiden RI. Yakni BJ Habibie dan Megawati Soekarno Putri. Mega memilih untuk melaksanakan upacara di kantor PDIP, Lenteng Agung. “Ibu Mega memperingati (HUT RI) bersama partai PDI Perjuangan. Kan sama-sama merayakan 17 Agustus,” kata Ketua MPR Taufik Kiemas, suami Megawati.

Sore harinya, sebelum upacara penurunan bendera, ditampilkan kesenian dari berbagai daerah. Seperti kesenian massal Soya-soya yang merupakan tarian patriotisme dari daerah Maluku Utara. Tarian itu menggambarkan sifat patriot rakyat Maluku Utara dalam upaya pencarian jenazah ayahanda dari Sultan Baabullah, yaitu Sultan Khairun yang diculik penjajah.

Selain itu juga kesenian massal Lengger Calung Banyumasan. Tarian itu diperagakan 100 penari wanita dengan menyajikan gerak khas Banyumasan dengan diiringi Calung, perangkat musik khas Banyumas. (fal/jpnn)

Exit mobile version