Site icon SumutPos

Sebarluaskan Kebaikan dan Memanusiakan Manusia

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin

MEDAN, SUMUTPOS.CO  -Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saefudin, mengajak pemuka agama di Sumatera Utara untuk menjaga hakekat misi agama, yakni menyebarluaskan kebaikan dan memanusiakan manusia.

Oleh karena itu, menteri Agama mengajak seluruh pemuka agama di Sumatera Utara ambil bagian, meredam situasi politik, ekonomi, sosial dan agama yang kian panas di Indonesia saat ini.

Hal tersebut disampaikan Menteri Agama pada acara diskusi publik umat beragama mencegah konflik SARA pada media social/informasi transaksi elektronik yang digelar Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumatera Utara di Aurora Ballroom Grand Antares Hotel, Jalan Sisingamangaraja, Medan, Jumat (18/11) siang.

“Tantangan kita memang semakin berat. Untuk itu, kita harus mengembalikan esensi substansi agama, yakni memanusiakan manusia dan meletakkan harkat martabat manusia pada posisi yang mulia karena manusia adalah ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna,” ujar Menteri Agama dalam sambutannya.

Disebut menteri agama, dengan adanya media social, membuat masyarakat semakin mudah mengekspresikan pandangan dan pikiran, bahkan apa yang dirasakan, sehingga membuat situasi kian marak dan juga menimbulkan kesalahpahaman serta konflik. Oleh karena itu, sebut menteri agama sangat

diperlukan filter, khususnya dari pemuka agama.

Bahkan, disebutkannya jika kepekaan terhadap isu yang dapat menimbulkan

konflik agama, mutlak dimiliki Pemuka Agama. “Penduduk Indonesia saat ini berjumlah 252 juta jiwa. Namun, jumlah handphone yang tersebar di Indonesia saat ini, 308 juta. Kita menduduki rangking empat dunia, paling banyak menggunakan dunia maya. Maka itu, kita harus lebih waspada dalam mengomentari postingan yang kita terima. Dengan begitu akan menurunkan tensi kondisi yang saat ini memanas, “ sambungnya.

Ditambahkannya, bahwa setiap agama memiliki nilai kebaikan,

namun setiap agama juga memiliki ukuran berbeda. “Perbedaan itu datangnya dari Tuhan. Kita harus menyikapi dengan penuh kearifan. Jangan sampai kita terkoyak sebagai sebuah bangsa. Kita saudara sebangsa dan setanah air,” sambungnya. (ain/ije)

Exit mobile version