Site icon SumutPos

Hari Ini Mulai USBN Jenjang SMA/SMK

FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS
Seorang petugas saat menempelkan nomer ruangan di depan kelas yang akan dipakai untuk pelaksanaan Ujian Sekolah Berbasis Nasional (USBN) di SMA negri 1 Jakarta, Sabtu (18/3). Sesuai aturan pemerintah pusat, USBN jenjang SMA sederajat diselenggarakan mulai Senin mendatang (20/3).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Gelaran ujian akhir bertajuk ujian sekolah berstandar nasional (USBN) untuk jenjang SMA dan SMK resmi dimulai hari ini (20/3). Meski baru perdana dijalankan, ujian ini memiliki peran sentral. Yakni menjadi salah satu penentu kelulusan.

Di dalam prosedur operasional standar (POS) USBN yang diterbitkab Kemendikbud dijelaskan, ada tiga kriteria yang menentukan kelulusan siswa. Yakni lulus ujian sekolah (US) dan USBN, memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik, dan telah menuntaskan seluruh program pembelajaran. Terkait formulasi pembobotan skor US dan USBN diserahkan ke masing-masing sekolah.

Selain itu sekolah juga dapat menambahkan kriteria kelulusan lainnya. Misalnya jumlah absensi atau kehadiran serta rerata nilai rapor. “Intinya kelulusan ditetapkan dari hasil rapat dewan guru di masing-masing sekolah,” kata Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kemendikbud Nizam di Jakarta kemarin (19/3).

Posisi USBN yang menjadi salah satu penentu kelulusan, menjadikannya rawan kecurangan. Apalagi 20 sampai 25 persen butir soal ujiannya, adalah titipan dari Kemendikbud. Nizam berharap peserta USBN mengutamakan kejujuran. “Prestasi juga penting. Jujur yang utama,” katanya.

Menurut Nizam, meskipun ada embel-embel berstandar nasionalnya, siswa tidak perlu berlebihan menyambut USBN. Sebab USBN sejatinya sama dengan ujian sekolah seperti biasa. Terkait dengan penggandaan naskah USBN yang dilakukan oleh sekolah, juga sama dengan ujian sekolah selama ini.

Guru besar UGM itu menjelaskan, pelaksanaan USBN dipasrahkan 100 persen ke sekolah atau pemda. “Jika pelaksanaan USBN 100 persen oleh pusat, nanti dikatakan sebagai ujian nasional (unas, red),” jelasnya.

Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim menjelaskan, memprediksi penyelenggaraan USBN akan disambut antusias oleh siswa. Sebab menentukan kelulusan. Dia berharap pengawasan bisa maksimal, untuk mencegah kecurangan. “Tidak boleh diremehkan,” katanya.

Selain itu Ramli berharap USBN bisa menumbuhkan kembali greget ujian akhir yang dua tahun terakhir hilang. Yakni setelah Kemendikbud menghapus fungsi unas sebagai penentu kelulusan. Dia menjelaskan untuk sekolah-sekolah tertentu, gairah belajar siswa masih perlu didorong dengan unas maupun USBN. Karena tahun ini masih perdana penyelenggaraan USBN, Ramli memaklumi jika ada kekurangan di sana-sini. Namun ke depan harus ada perbaikan. Diantaranya dia berharap semakin banyak sekolah yang melaksanakan USBN berbasis komputer. Sebab terbukti ujian berbasis komputer dapat mencegah kecurangan. Selain itu juga membuat ongkos USBN lebih hemat, karena tidak perlu cetak naskab ujian.

SOAL RAWAN BOCOR

Sebelumnya, Ramli Rahim sempat meragukan kualitas USBN perdana tahun ini. Menurutnya, ada banyak indikator bahwa penyelenggaraan USBN terkesan “kejar tayang”. “Saya kumpulkan pengaduan dari anggota-anggota IGI di berbagai daerah,” katanya.

Dia mencontohkan untuk ujian yang begitu penting, karena jadi penentu kelulusan siswa, soal ujian baru rampung dan diserahkan ke sekolah lima hari jelang pelaksanaan USBN. Kemudian softcopy master soal itu dicetak sendiri oleh para wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Sejatinya jika waktu penyerahan master soal ujian agak lama, ada waktu untuk dicetak di percetakan khusus.

Dia lantas menjelaskan, kondisi diperparah dengan banyaknya soal USBN yang butuh dikoreksi. Kesalahan kecil seperti abjad pilihan ganda tidak urut, tidak menggunakan huruf kapital, serta tanpa jarak spasi dengan soal di bawahnya. “Revisi butuh waktu lama. Ini yang membuat reputasi USBN diragukan,” kata dia.

Ramli menjelaskan, ada desakan dari daerah supaya USBN digelar berbasis komputer. Supaya bisa mencegah kebocoran soal ujian. Sebab dengan cara ini, soal ujian bisa langsung di-input melalui panitia tingkat provinsi. Sehingga master soal USBN tidak sampai mampir ke sekolah.

Dia mengatakan muncul desakan kepada Kemendikbud supaya USBN cukup tahun ini saja. Ke depan pemerintah fokus memperkuat ujian nasional (unas). Sementara sekolah konsentrasi mensukseskan ujian sekolah (US). Dengan berlakunya USBN, kerja sekolah bertambah. Yakni selain menyiapkan US, mereka juga harus menyelenggarakan USBN.

Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji mengatakan, Kemendikbud harus konsisten ketika menjalankan USBN. Dia menegaskan jika ada unsur “berstandar nasional” maka harus total. Kemendikbud tidak bisa sekedar menitipkan 25 persen butir soal ujian kepada daerah untuk USBN.

Banyaknya sekolah yang memilih USBN dengan kertas, merupakan indikasi minimnya peran serta Kemendikbud. Indra mengatakan panitia ujian di daerah maupun sekolah, sampai sekarang masih belum maksimal menguasai komputer untuk ujian. “Buktinya komputer siap untuk UNBK, tapi tidak digunakan untuk USBN,” jelasnya.

Jika ada pendampingan serius oleh Kemendikbud, sejatinya mudah melatih operator di daerah untuk memasukkan butir soal USBN ke sistem aplikasi UNBK. Tapi pada praktiknya pendampingan seperti ini tidak ada. Alasannya Kemendikbud tidak menyiapkan anggaran. “Eman komputernya jika hanya dipakai untuk UNBK saja. Lebih bermanfaat jika setiap ujian pakai komputer juga,” urai dia.

Gerbong mutasi PNS di daerah, termasuk kepala sekolah, pada Januari 2017 lalu juga ikut andil membuyarkan rencana USBN digelar berbasis komputer. Setelah ada mutasi itu, banyak kepala sekolah baru yang ambil gampangnya. Yakni memilih menjalankan USBN berbasis kertas. Sementara komputer didiamkan sampai UNBK berlangsung.

Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud Nizam mengatakan, pada prinsipnya USBN adalah agenda sekolah. Bukan agenda pemerintah pusat layaknya unas. Sehingga kebijakan teknis terkait USBN diserahkan ke masing-masing kepala sekolah.

Untuk penggandaan naskah USBN, Nizam mengatakan memang bisa digandakan di tingkat sekolah. Anggarannya bisa menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS). Meskipun bisa di gandakan di masing-masing sekolah, Nizam berharap unsur kerahasiaan tetap dijunjung tinggi.

Nizam lantas menjelaskan niat Kendikbud menitipkan butir soal untuk USBN. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas soal ujian sekolah. Sebab selama ini butir soal ujian sekolah cenderung memahami dan menganalisis. Sementara untuk kompetensi kreasi sangat minim. (wan/jpg/adz)

Exit mobile version