Site icon SumutPos

Investasi Dana Haji hingga Saudi

Foto: Triadi Wibowo/Sumut Pos
Sejumlah jamaah calon haji asal Medan tiba di Embarkasi Asrama Haji Jalan AH Nasution Medan, Kamis (27/7). Sekitar 393 jemaah calon haji asal Medan tergabung dalam kloter pertama telah masuk asrama untuk menjalani karantina sebelum diberangkatkan ke Tanah Suci pada Jumat (28/7).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) sudah berancang-ancang untuk menaruh investasi. Tidak tanggung-tanggung, Arab Saudi menjadi sasaran penempatan dana mereka. Saat ini dana haji yang siap mereka kelola mencapai Rp96,6 triliun.

Dana haji yang super jumbo itu terdiri dari dua kantong. Yakni pos setoran awal jamaah dan manfaat sebesar Rp93,5 triliun dan pos dana abadi umat senilai Rp3,2 triluin. Plt Kepala BPKH Anggito Abimanyu menuturkan, sampai saat ini dana haji belum dikelola oleh BPKH. Sebab masih dalam proses audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). ’’Februari atau Maret semoga sudah selesai,’’ katanya di Jakarta kemarin (21/12).

Dia mengatakan, ada beberapa program investasi yang mulai digulirkan tahun depan. Yakni penempatan dana di perbankan Arab Saudi, kerjasama investasi sektor perhajian di Arab Saudi, dan kerjasama investasi dalam negeri yang dijamin pemerintah. ’’Investasi di Indonesia imbal hasilnya cukup tinggi,’’ tutur mantan Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kemenag itu.

Sementara itu terkait dengan investasi dana haji di Arab Saudi menurut Anggito juga menarik. Diantaranya adalah mereka sudah menjalin komunikasi dengan Islamic Development Bank untuk rencana penempatan dana. Kemudian juga komunikasi dengan maskapai Saudi Airlines untuk perjanjian investasi berupa kontrak jangka panjang.

Sedangkan terkait dengan investasi di sektor perhajian, BPKH sudah bertemu dengan jajaran Kementerian Haji Arab Saudi dan muassasah atau penyelenggara haji Arab Saudi. Terkait sektor perhajian ini, Anggito mengatakan BPKH bisa berinvestasi sewa atau membeli hotel atau pemondokan. Atau juga kerjasama membangun hotel bersama dengan pemilik tanah di Arab Saudi.

’’Perusahaan katering juga kami jajaki,’’ tuturnya. Anggito menuturkan sektor-sektor perhajian itu memiliki potensi investasi yang besar. Strateginya cukup menandalkan jamaah haji dari Indonesia sebagai konsumen, sudah bisa memberikan penghasilan yang besar. Tentunya BPKH akan memastikan kerjasama dahulu dengan Kementerian Agama selaku penyelenggara ibadah haji.

Selain rencana investasi, Anggito menuturkan, pembuatan rekening bayangan atau virtual account untuk jamaah haji yang sudah bayar uang muka dan masuk antrean. Dengan rekening bayangan itu, jamaah haji bisa mengecek besaran dana haji mereka. Termasuk juga besaran nilai manfaat atau hasil pengelolaannya. Bahkan suatu saat ketika dana setoran awal ditambah nilai manfaat melebihi ongkos riil ibadah haji, jamaah mendapatkan uang kembalian. Rencananya virtual account jamaah haji diluncurkan tahun depan.

Anggota BPKH bidang menejemen resiko Ajar Susanto Broto rencana pembagian penempatan dan investasi dana haji. Tahun depan 50 persen dana haji ditempatkan di instrumen keuangan bank umum syariah (BUS) atau usaha unit syariah (UUS). Kemudian 20 persen ditempatkan di sukuk, 5 persen di emas, 15 persen investasi langsung, dan 10 persen investasi lainnya.

Kemudian pada 2020 nanati proporsinya mengalami perubahan. Misalnya penempatan di sektor BUS atau UUS turun jadi 30 persen. Kemudian di sukuk naik jadi 35 persen, emas tetap 5 persen, investasi langsung naik jadi 20 persen, dan investasi lainnya tetap di 10 persen.

Menurut Ajar proporsi investasi itu tidak kaku. Ketika ada kelompok investasi lain yang dievaluasi dan kurang menghasilkan keuntungan, maka bisa dipindahkan ke jenis investasi atau penempatan dana lainnya. (wan/jpg)

Exit mobile version