Site icon SumutPos

Aceh Larut dalam Doa

ENO SUNARNO/RAKYAT ACEH Warga berziarah di kuburan massal tsunami Ulee Lheu, Banda Aceh, Senin (26/12/2016).
ENO SUNARNO/RAKYAT ACEH
Warga berziarah di kuburan massal tsunami Ulee Lheu, Banda Aceh, Senin (26/12/2016).

BANDA ACEH, SUMUTPOS.CO – Peringati 12 tahun gempa dan tsunami, ratusan warga padati kuburan massal Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, Senin (26/12). Selain ziarah, warga juga larut dalam doa, zikir dan mendengarkan tausiah Prof Farid Wajdi, Rektor UIN Arraniry.

Ani (65), seorang warga mengaku setiap tahun mendatangi kuburan massal tsunami. Ia yakin anggota keluarganya di kuburkan massal tersebut. “Saya sering dimimpikan, dalam mimpi anak saya mengatakan rumahnya di sini, makanya tidak hanya peringatan tsunami, ketika teringat anak dan cucu saya saya berdoa di sini,” kata Ani.

Warga Ulee Lheue itu korban tsunami yang kehilangan suami dan anak. Walau 12 tahun sudah tsunami berlalu, namun ia mengaku masih trauma.

Hal serupa juga dirasakan Mor (62) warga Ule Lheue, dirinya saat ini sendiri seluruh keluarga orang sekampungnya menjadi korban. “Saat bencana 100 orang kerabat dan saudara saya dipangil yang kuasa, makanya saya kemari,” katanya.

Ia mengaku sepanjang hidupnya tetap teringat bencana tsunami. “Karena saya selamat saat tsunami tersangkut di pohon kelapa depan masjid Peukan Bada,” katanya.

Menurut M Yacob, pengurus masjid Ulee Lheue, kuburan massal seluas dua kali lapangan bola itu menampung sekitar 14.500 korban tsunami. “Dulu ini bekas rumah sakit,” katanya. “Saya ikut sejak awal membantu menguburkan jenazah korban tsunami di sini.”

Doa dan zikir bersama juga berlangsung di sejumlah kabupaten dan kota. Di Nagan Raya, peringatan 12 tahun tsunami berlangsung di Masjid Jamik Baiturrahim, Gampong Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir. Usai berdoa, warga mendengarkan tausiah yang disampaikan Tgk Ibnu Arahas.

“Kita bersedih, karena kehilangan sanak keluarga dan harta benda, cobaan yang diberikan Allah ingatkan kita bahwa kehidupan dunia tidak kekal, nyawa, harta, keluarga, dan jabatan tidaklah kekal, semua itu hanya titipan Allah pada kita,” kata Bupati Nagan Raya, T Zulkarnaini, Senin (26/12).

Ia berharap semua pihak introspeksi dan memperbanyak amal baik. Selain itu memperhatikan anak yatim dan fakir miskin. “Masih banyak anak-anak putus sekolah dan rumah ibadah yang belum sempurna,” kata Bupati.

Sementara itu, ratusan warga Kota Langsa juga larut dalam doa dan zikir di Masjid Syuhada, Gampong Meutia, Langsa Kota. Kegiatan yang diselenggarakan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) ini ditutup dengan tausiah dari Abati Seuriget Tgk. Murdani Muhammad.

Ketua DPD BKPRMI Kota Langsa, Tarmizi mengatakan, kegiatan berjalan lancar. “Bahkan dalam renungannya saat membacakan zikir dan doa, masyarakat yang mencapai lebih kurang 500 orang ini larut dalam keharuan,” sebut Tarmizi.

TIDAK MELAUT

Di Aceh Selatan, Panglima Laot setempat menyatakan para nelayan tidak melaut dalam rangka memperingati 12 tahun tsunami. “Seperti tahun-tahun sebelumnya, nelayan Aceh Selatan tidak melakukan aktivitas atau melaut. Warga melaksanakan doa bersama dan tausiah di masjid-masjid dan tempat lainnya,” kata H Muhammad Taslim.

Hal serupa juga disampaikan Panglima Laot Lhok Tapaktuan I, Muhammad Taslim, kesadaran nelayan tidak melaut tumbuh secara tulus dan telah menjadi kebiasaan di setiap peringatan tsunami Aceh.

“Pantauan saya, ratusan nelayan yang berada di Lhok Tapaktuan, seorangpun tidak melaut. Kondisi ini tentunya untuk menghargai dan mengenang musibah 12 tahun lalu,” paparnya.

Pemkab Aceh Selatan juga melaksanakan doa bersama di lokasi MTQ Taman Sahara, Gampong Kuta Baro, Kecamatan Meukek. “Melibatkan para ulama dan teungku-teungku Imam Chiek. Semoga apa yang kita lantunkan hendaknya   mendapat rahmat dari Allah,” ujar Bupati Aceh Selatan, HT Sama Indra. (ibi/ibr/dai/dir/rpg/adz)

Exit mobile version