Site icon SumutPos

Charlie Ngamen demi Gedung KPK, Pimpinan KPK Ikut Saweran

PEDULI KPK: Praktisi Hukum Ahmad Rivai (kiri) bersama Musisi Charlie Van Houten (tengah) bersama aktivis  Gerakan Peduli KPK.//Mustafa Ramli/Jawa Pos/jpnn
PEDULI KPK: Praktisi Hukum Ahmad Rivai (kiri) bersama Musisi Charlie Van Houten (tengah) bersama aktivis Gerakan Peduli KPK.//Mustafa Ramli/Jawa Pos/jpnn
JAKARTA – Aksi simpati terkait dengan belum disetujuinya pembangunan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mengalir. Vokalis grup Setia Band Charlie Van Houten kemarin (27/6) mendatangi ruang Komisi III DPR untuk menyerahkan uang hasil mengamen demi pembangunan gedung KPK.

Kehadiran Charlie yang membawa kardus berisi uang sumbangan tersebut menarik perhatian masyarakat dan karyawan parlemen. Charlie datang dengan mengenakan kaus putih sambil membawa gitar. Dia didampingi mantan pengacara terpidana kasus wisma atlet Mindo Rosalina Manulang, Ahmad Rifai, dan sejumlah aktivis.

Charlie menyatakan, sumbangan itu murni merupakan bentuk keprihatinan atas terhambatnya kinerja KPK lantaran fasilitas terbatas. Dia khawatir, belum disetujuinya pembangunan gedung baru KPK bisa menghambat upaya pemberantasan korupsi di tanah air.  “Saya awam politik. Saya melakukan ini karena berharap KPK bisa bekerja maksimal,” ujarnya kepada wartawan.

Uang yang terkumpul sekitar Rp2 juta itu, kata Charlie, adalah sumbangan dari warga sekitar saat dirinya mengamen di kawasan Kramat Sentiong, Jakarta Pusat. Untuk menarik simpati warga, kardus tempat sumbangan diberi tulisan “Gerakan Peduli KPK”.

“Tukang ojek, tukang becak, dan masyarakat biasa mau menyumbangkan uang mereka untuk pembangunan gedung KPK yang baru. Saya salut untuk mereka,” ujarnya.

Rifai menambahkan, dirinya prihatin atas nasib KPK saat ini. Seharusnya Komisi III DPR bisa segera mempertimbangkan untuk mengesahkan pembangunan gedung baru KPK.  “Dengan segera disetujuinya anggaran untuk pembangunan KPK yang baru, kinerja mereka diharapkan semakin baik,” tambahnya.

Namun, maksud Charlie dan rombongan untuk menyerahkan uang sumbangan itu ke Komisi III DPR ternyata bertepuk sebelah tangan. Sebab, tidak ada seorang pun anggota Komisi III yang terlihat di ruang rapat. Charlie beserta rombongan hanya diterima staf Setjen DPR untuk Komisi III. Staf tersebut juga menolak menerima sumbangan itu karena tidak memiliki dasar atau landasan hukum yang pasti.

Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga tidak tinggal diam dalam penggalangan dana saweran yang dilakukan masyarakat untuk pembangunan gedung baru komisi antikorupsi itu. Lima orang dengan jabatan tertinggi di komisi antirasuah itu berkomitmen memotong gaji untuk ikut menyumbang bersama masyarakat lainnya.  “Pada level pimpinan ada hasrat untuk berpartisipasi bersama people power membagun gedung KPK yang mandiri,” kata Busyro dalam pesan singkatnya kepada wartawan, kemarin (27/6).

Menurut Busyro, meski KPK tidak mau mengelola sumbangan yang akan diberikan, namun hal itu merupakan simbol solidaritas jajaran KPK bersama masyarakat. Dia menyatakan, jajaran KPK ingin bersatu dengan masyarakat menggalang aksi moral untuk menghadapi keangkuhan kekuasaan politik.

Gerakan moral penggalangan dana itu mendapatkan respon dari masyarakat. Itu terlihat dari uang yang terkumpul melalui rekening 0056124374 Bank BNI Cabang Melawai atas nama perkumpulan Indonesia Corruption Watch (ICW). Sejak dibuka pada Selasa malam pukul 21.00 WIB hingga Rabu pukul 15.00 WIB, tercatat transfer sejumlah Rp28.925.794.
Uang cash yang terkumpul berjumlah Rp83.700. Selain itu juga diterima melalui wesel sejumlah Rp184.400. ( fal/ari/jpnn)

Exit mobile version