Site icon SumutPos

Jamaah Furoda Mulai Dapat Titik Terang, Keberangakatan Diperkirakan Bergeser

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Hingga beberapa hari lalu, Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) masih mengalami ketidakpastian akan terbitnya visa mujamalah atau furada. Namun, kini persoalan tersebut setidaknya sudah mulai mendapat titik terang.

Ketua Umum Sarikat Penyelenggara Umrah Haji Indonesia (Sapuhi), Syam Resfiadi menyebut, pihaknya telah menerima kabar terkait pengajuan identitas pengguna (user id) di sistem e-Hajj. “Alhamdulillah dari partner Sapuhi sudah meminta akan memberikan user id untuk di-issued di sistem e-Hajj,” kata Syam dalam pesan yang dikutip dari Republika, Senin (26/6).

Meski demikian, ia menyebut, sampai saat ini belum diketahui berapan

banyak jamaah yang bisa berangkat dengan menggunakan visa ini. Perhitungan total jamaah baru bisa diketahui jika visa sudah keluar.

Di sisi lain, Syam juga menyebut, dengan waktu yang pendek ini maka semua persiapan bergeser dari jadwal semula. Ia mengkhawatirkan justru muncul masalah baru untuk mendapatkan tiket penerbangan. “Mereka (maskapai) juga kesulitan karena biaya sudah dikeluarkan dengan kedatangan ke Indonesia. Makanya dikenakan biaya sekali jalan saja,” lanjutnya.

Menurutnya, hal ini akan berbeda jika maskapai yang digunakan sudah berada di Indonesia, seperti maskapai Garuda Indonesia. Jika menggunakan maskapai dari dalam negeri, kemungkinan tidak ada biaya lain yang dikeluarkan untuk menyiapkan pesawatnya di Indonesia.

Lebih lanjut, ia juga menyebut, kuota tambahan 10.000 jamaah yang diberikan Kerajaan Saudi kepada Indonesia cukup sulit jika digunakan untuk jamaah haji khusus. Hal ini menyusul keputusan pemerintah Indonesia untuk mengembalikan kuota tersebut dan meminta agar diberikan untuk mujamalah.

Pemerintah Indonesia disebut tidak memilih untuk terlebih dahulu mengambil kuota tersebut dan diurus di dalam negeri, namun justru mengembalikan dan mengusulkan diurus di negara asal. Langkah ini disebut sedikit tidak nyaman bagi negara pemberi kuota atau Saudi.

“Sudah diberi, tapi dikembalikan, kemudian minta usulan. Agak sulit secara administrasi di sini untuk bisa melakukan hal itu, terlebih dengan tata krama seperti ini. Seandainya diterima dulu dan diselesaikan di Indonesia, itu lain persoalan,” ujarnya.

14 Jamaah Haji Indonesia Wafat di Arab

Sementara, Kementerian Agama (Kemenag) mencatat jumlah jamaah haji yang meninggal dunia di Arab Saudi semakin bertambah. Terbaru penambahan sebanyak dua orang. Juru Bicara Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Akhmad Fauzin mengatakan, jamaah terbaru yang meninggal dunia yaitu, Samiran Mudjiono Kartoredjo, laki-laki, 64 tahun nomor paspor C68 17 415, asal kloter SUB10, dan Yuli Nurani Hidayah, perempuan, 56 tahun, nomor paspor C68 53 185, asal kloter SOC27. “Sehingga sampai hari ini jumlah jamaah Indonesia yang wafat sebanyak 14 orang,” kata Fauzin kepada wartawan, Senin (27/6).

“Sementara jamaah haji sakit sebanyak 95 orang, 76 orang rawat jalan, 14 orang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan 5 orang dirawat di RSAS,” sambungnya.

Fauzin menambahkan, kondisi cuaca di Arab Saudi saat ini dilaporkan rata-rata tertinggi 44 derajat Celsius. Kemenag melalui petugas haji di Arab Saudi selalu mengimbau kepada jamaah untuk membatasi aktivitas di luar ruangan.

“Perhatikan kesehatan diri sendiri, dan tidak memaksakan untuk selalu shalat di Masjidil Haram, tetap selalu memakai masker ketika berkumpul di ruangan terutama ketika di masjid, baik di Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram. Kepada seluruh petugas agar selalu mengingatkan Jemaah, begitu juga Jamaah agar saling mengingatkan demi kesehatan bersama,” tandasnya.

Hemat Tenaga

Jamaah haji Indonesia diminta hemat tenaga hingga dilakukan Armuzna dan tawaf ifadah. Hal itu dilakukan agar jamaah haji tetap sehat untuk menyempurnakan pelaksanaan hingga puncak haji 9 Dzulhijjah bertepatan dengan 8 Juli 2022.

Salah satunya Jamaah diminta tidak memaksakan umrah sunnah. Sebab tidak ada keharusan melakukan berapa kali umrah sunah. Namun cukup banyak jamaah yang berulang kali melakukan umrah sunah sebelum puncak haji. “Kami menyarankan dan menekankan agar jamaah hemat tenaga dan tidak diforsir agar pelaksanaan haji bisa disempurnakan sampai pada Armuzna dan tawaf ifadah,” kata Konsultan Pembimbing Ibadah daerah kerja Makkah Prof Aswadi di Makkah, Minggu.

“Bagi mereka mungkin karena sudah antrian panjang untuk naik haji, mungkin aji mumpung. Tapi jangan berlebihan dilakukan berkali-kali. Pernah itu ada yang sakit akhirnya apa yang menjadi tujuan utamanya yaitu haji tidak bisa terselesaikan,” katanya.

Hal itu hingga menyulitkan bagi panitia untuk menyempurnakan ibadah haji dengan membadal hajikan. Sementara itu, Kepala Daker Makkah Mukhammad Khanif juga mengimbau agar jamaah haji menyiapkan diri baik kesehatan juga menjaga asupan gizi.

Jamaah juga diimbau tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan kondisinya melemah karena ibadah haji pada puncaknya cukup memakan banyak energi. “Jamaah hendaknya bisa mengukur sendiri sejauh mana kesiapan dari masing-masing jamaah dan tidak memaksakan diri untuk melakukan ibadah-ibadah yang sunah,” kata Khanif.

Jamaah yang akan melaksanakan umrah sunah harus berniat umrah di miqat (batas) salah satunya di Masjid Aisha di Tan’im yang berjarak sekitar tujuh kilometer dari Masjidil Haram.

Masjid Aisha menjadi tempat yang banyak dipilih jamaah untuk miqat karena jaraknya yang dekat. Jamaah dapat pergi secara mandiri dengan kendaraan umum seperti taksi dan membayar 10 Riyal Arab Saudi untuk sekali perjalanan dari hotel ke Tan’im lalu diantar ke Masjidil Haram.

Salah satu jamaah calon haji embarkasi Surabaya, Muthik Chasnawati (40) mengaku sudah tujuh kali melakukan umrah yaitu sekali umrah wajib dan selebihnya umrah sunah. Nyaris hampir setiap hari Muthik dan suami ke Masjid Aisha berniat umrah untuk umrah sunah. “Kita tawafnya santai saja, sai juga santai tidak dipaksakan. Kalau ada yang kurang sehat tidak ikut umrah,” katanya. (rep/jpc/ant/adz)

Exit mobile version