Site icon SumutPos

D’Antoni tak Cocok untuk Lakers

Terpuruk di Peringkat 12

CLEVELAND- Publik Los Angeles sejak awal sudah meragukan kapasitas Mike D’Antoni untuk menangani tim sebesar Los Angeles Lakers. Kekhawatiran tersebut sampai sejauh ini terbukti.

Lakers terus saja kalah, terpuruk dengan menyedihkan di peringkat 12 dari 16 tim wilayah barat. Rekor Lakers jauh dari kata impresif, menang 9 kalah 13 kali.

Kemarin, fans Lakers semakin geram karena kekalahan nomor 13 diraih di Quicken Loans Arena, kandang tim lemah dari wilayah timur Cleveland Cavaliers 94-100.

Kekalahan itu tidak bisa ditolerir. Sebab Cavaliers adalah tim terburuk ketiga di wilayah timur, tim yang sudah tak pernah menang lagi sejak 1 Desember silam.

Penampilan dashyat Kobe Bryant dengan 42 poin serta dominasi Dwight Howard (19 poin dan 20 rebound) tidak cukup untuk mengangkat permainan Lakers.

Harian Los Angeles Times mendeskripsikan kekalahan Lakers itu sebagai penampilan terburuk dari yang terburuk. Tidak ada defense, offense yang membosankan, sedikit kemenangan, dan sama sekali tak menghibur.

Lakers kalah lima kali dalam enam game terakhir, dengan tiga kekalahan secara beruntun. Memang mudah saja mencari alasan bahwa kekalahan tersebut akibat absennya dua starter forward Pau Gasol dan point guard Steve Nash plus shooter Steve Blake.

Namun permasalahan tentu lebih dalam dari itu. Legenda Lakers Earvin ‘Magic’ Johnson menyebut pangkal permasalahannya justru terletak pada D’Antoni. Eks New York Knicks dan Phoenix Suns tersebut terlalu keras kepala untuk memaksakan sistemnya di Lakers. Selama ini, D’Antoni memang mengusung permainan offense secara frontal, cenderung melupakan defense.

’Antoni selama ini dikenal dengan sistem serangan tujuh detik atau kurang. Hasilnya – Suksesor Mike Brown itu hanya mampu menang empat kali dalam 12 pertandingan.

“Jika saya menjadi pelatih, saya tidak akan memaksakan sistem saya. Itu saja,” kata Magic kepada Associated Press. “Sistemnya (D’Antoni) tidak cocok dengan talenta yang dimiliki Lakers. Kamu tidak akan bisa mengajak lari tim ini. Sebab, hanya satu orang yang bisa berlari, hanya Kobe,” imbuh pemain yang membantu Lakers lima kali menjadi juara pada era 1980-an tersebut.

Para pemain terlihat sangat depresi dengan kekalahan demi kekalahan ini. Usai pertandingan, locker room Lakers amat murung. Tidak ada lagi optimisme dan tekad bangkit seperti kekalahan sebelumnya.

“Kami sangat sakit,” ucap Howard kepada Los Angeles Times. “Kami tidak bermain dengan hebat, seperti yang kami inginkan. Ini jelas tidak menyenangkan untuk siapapun,” imbuh pemain yang didatangkan dari Orlando Magic itu.

Optimisnya justru datang dari Magic. Pria yang membela Lakers 1979-1991 dan comeback pada 1996 itu masih yakni Lakers akan bangkit dan secepatnya menemukan tempat yang nyaman di zona playoff (delapan besar).

“Ini musim yang panjang. Kami tidak bisa meremehkan Coach D’Antoni. Kalau Steve Nash kembali mungkin akan lain ceritanya. Kondisi ini jelas tidak akan terjadi pada Lakers kami,” papar Magic.
Dua hari mendatang Lakers akan bertandang ke Madison Square Garden, kandang New York Knicks.. (nur/jpnn)

Exit mobile version